Bacaan: 1 Raja-raja 10 : 26 – 11 : 8 | Pujian: NKB. 128
Nats: “Salomo melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, dan ia tidak sepenuhnya mengikuti TUHAN, seperti Daud, ayahnya.” (11:6)
Salah satu tulisan Anthony De Mello dalam bukunya “Doa Sang Katak 1” menceritakan tentang seorang Rabbi tua yang sedang sakit. Rabbi itu berbaring, sementara murid-muridnya berada di sekitarnya dan sedang membicarakannya. Mereka menyanjung kebaikan gurunya itu. Mereka menyamakan kebijaksanaan gurunya dengan kebijaksanaan Salomo, iman gurunya dengan iman Abraham, kesabaran gurunya dengan kesabaran Ayub, bahkan menyamakan kedekatan gurunya dengan Tuhan, seperti Musa. Namun, Rabbi itu justru gelisah karena murid-muridnya lupa berbicara soal kesederhanaannya. Pada awalnya, Rabbi ini digambarkan begitu hebat oleh para muridnya. Namun, kehebatan itu menjadi tidak berguna karena Rabbi ini merasa sanjungan para muridnya itu kurang, yaitu tentang kesederhanaannya. Ternyata sikap yang keliru dalam menanggapi berkat-berkat Tuhan, bisa membuat kita jatuh dan jauh dari Tuhan. Rabbi tua yang sakit itu sudah diberkati luar biasa, tetapi ia terjatuh pada kesombongan, dengan menghitung kebaikannya sendiri.
Begitu pula Salomo dengan berkat hikmat serta kekayaan yang ia miliki justru ia terjatuh pada kesenangannya sendiri, yaitu memiliki istrinya yang mencapai ribuan. Padahal Salomo terkenal akan kebijaksanaanya. Bagaimana mungkin Salomo yang diberkati dengan hikmat dan kebijaksanaan dapat melakukan kesalahan yang fatal? Salomo justru berpaling dari Tuhan dan menyembah ilah-ilah lain yang dibawa oleh istri-istrinya. Bagian nats kita menyebutkan apa yang dilakukan oleh Salomo adalah jahat di mata Tuhan. Dia tidak lagi hidup taat kepada Allah seperti Daud ayahnya (Ay. 6).
Berkat dari Tuhan itu penting, namun ada yang jauh lebih penting dari berkat-berkat itu, yaitu relasi pribadi kita dengan Tuhan. Jika kita merasa berpuas diri dengan berkat yang Tuhan berikan, kita bisa terjatuh pada kesombongan. Oleh karena itu, kita harus terus bergantung kepada Tuhan, lebih dari sekedar mengharapkan berkat-Nya, sehingga kita sadar, tanpa Dia kita bukanlah apa-apa. Mari kita senantiasa berserah diri dan dekat dengan Tuhan. Kita bergantung sepenuhnya kepada Tuhan Sang Pemelihara hidup kita. Amin. [fani].
“Berbahagia orang yang mengandalkan Tuhan lebih dari berkat-berkat-Nya.”