Bacaan: Lukas 1:57-80 I Pujian: KJ. 78
Nats: “Tetapi ibunya berkata: “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.” (ayat 60)
Umumnya, ketika seorang anak akan dilahirkan ke dunia, orang tua mempersiapkan kebutuhan sang buah hati. Selain menyiapkan kebutuhan sang buah hati, orang tua juga akan mempersiapkan nama. Inspirasi nama bisa didapat dari sosok yang terkenal pada masa itu, dari bahasa tertentu, peristiwa yang pernah terjadi, bahkan tokoh yang ada di Alkitab, dll. Tentu saja, dibalik rangkaian nama ada sebuah harapan.
Demikian juga, bagi bangsa Israel kuno. Nama bukanlah sebutan yang tidak berarti. Itu sebabnya bayi yang lahir, biasanya diberi nama menurut nama ayahnya atau leluhurnya. Begitu pula yang terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh Elisabet. Sesuai dengan kebiasaan, bayi itu akan diberi nama seperti nama ayahnya yaitu Zakharia. Tetapi Elisabet menolak karena ingin memberi nama bayinya: Yohanes (ayat 60). Orang banyakpun menentang karena tidak sesuai dengan tradisi pada saat itu. Lalu mereka menanyai Zakharia. Zakharia memberikan jawaban yang sama seperti yang telah disebutkan istrinya. Mereka berdua bersikukuh memberikan nama bayi itu Yohanes karena nama itu diberikan oleh malaikat. Zakharia tidak mengikuti keinginan orang banyak atau tradisi yang ada. Kepatuhannya membuat hukuman bisunya berakhir (ayat 64).
Yohanes, dipilih oleh Allah untuk mempersiapkan jalan bagiNya (ayat 76b). Itulah yang juga menjadi nubuatan dari Zakaria. Memang bukan tugas yang mudah dikemudian hari, tetapi itulah rencana dan ketetapan Allah yang telah memilih Yohanes.
Bagaimana kita dikenal oleh orang lain? Apakah cukup hanya lewat nama? Tentu saja tidak. Kita bisa dikenal lewat sikap hidup kita kepada orang lain. Hal tersebut bisa membuat pengenalan menjadi semakin mendalam. Kehadiran kita ditengah dunia ini, harus dapat menjadi berkat bagi orang lain yakni dengan berkarya, melakukan hal-hal yang baik untuk kemuliaan namaNya. (Itha)
“Namamu memang indah, tetapi akan jauh lebih indah jika berkarya untuk kemuliaan namaNya.”
