Bacaan : Keluaran 32 : 15 – 35 | Pujian : KJ. 400
Nats: “Lalu berkatalah Musa kepada Harun: “Apakah yang dilakukan bangsa ini kepadamu, sehingga engkau mendatangkan dosa yang sebesar itu kepada mereka?” (Ay. 21)
Anda penggemar sepakbola? Tim mana yang Anda dukung? Para penggemar sepakbola biasanya memiliki tim favorit yang didukung dengan sepenuh hati. Mereka tidak malu-malu menunjukkan dukungan terhadap tim kesayangannya melalui atribut-atribut dengan logo tim pujaan. Bahkan dukungan kepada tim sepakbola ini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka, menjadi semacam identitas diri. Sebuah wawancara pernah dilakukan kepada tiga orang fans sepakbola asal Jerman untuk mengukur kesetiaan mereka pada tim kesayangan. Mereka ditawari sejumlah uang dengan nilai yang fantastis, syaratnya mereka harus beralih mendukung tim rival. Hasilnya, ketiganya menolak. Mereka beranggapan bahwa kesetiaan kepada tim kesayangan tidak bisa ditukar dengan apapun, seberapapun nilainya.
Kesetiaan semacam ini adalah sebuah kesetiaan yang diharapkan Tuhan, dimiliki oleh bangsa Israel. Namun bangsa Israel melakukan hal yang sebaliknya. Ketika menunggu Musa kembali, mereka merasa berada dalam sebuah ketidakpastian. Musa tidak terlihat lagi sejak naik ke gunung Sinai. Mereka berupaya menenangkan diri dengan mencari pengalihan situasi, yakni membuat “tuhan” baru untuk disembah. Kejadian ini menggambarkan betapa sulitnya manusia untuk selalu setia dan terfokus kepada Allah. Kesetiaan yang telah ditunjukkan oleh Tuhan dalam penyertaan sepanjang perjalanan bangsa Israel rupanya tidak cukup untuk menumbuhkan kesetiaan bangsa Israel. Berkat dan kebaikan Tuhan cenderung untuk sekedar dinikmati sesaat dan dilupakan seketika. Padahal, kesetiaan sangat berharga di mata Tuhan, itu sebabnya Tuhan sungguh murka atas pembelotan bangsa Israel.
Sebagai umat yang telah menerima dan merasakan kasih pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, kita juga diharapkan memiliki kesetiaan kepada Tuhan. Janganlah mengulangi kesalahan yang telah dilakukan bangsa Israel. Hendaknya himpitan permasalahan yang mungkin saat ini sedang kita alami, maupun gelimang materi dan kesenangan sesaat tidak membuat kita berpaling dari iman percaya kita kepada Tuhan. Berhati-hatilah, ketergantungan kita secara batiniah kepada sesuatu atau seseorang, termasuk pada kemampuan diri kita sendiri, melebihi Tuhan, bisa menjadi berhala baru bagi kita. (TWP).
“Tetaplah setia menjadikan Tuhan yang utama.”