Bacaan: Yeremia 13 : 1 – 11 | Pujian: KJ. 401
Nats: “Sebab seperti ikat pinggang melekat pada pinggang seseorang, demikianlah tadinya segenap kaum Israel dan segenap kaum Yehuda Kulekatkan kepada-Ku, demikianlah firman TUHAN, supaya mereka itu menjadi umat, menjadi ternama, terpuji dan terhormat bagi-Ku. Tetapi mereka itu tidak mau mendengar.” (Ayat 11)
Nabi Yeremia menyampaikan peringatan kepada bangsa Yehuda, dengan menggunakan dua perumpamaan yang berbeda, namun mempunyai tujuan yang sama, yaitu jangan bermain-main dengan hak istimewa dan jangan sekali-kali melepaskan diri dari Allah. Peringatan pertama menggunakan aksi simbolik, yaitu Yeremia membeli ikat pinggang, memakainya, dan menjaganya supaya tidak tercelup air. Kemudian ikat pinggang itu dibawa ke sungai Efrat dan disembunyikan di celah-celah batu. Beberapa bulan kemudian ikat pinggang itu diambil dan ternyata telah lapuk dan tidak berguna lagi.
Ikat pinggang itu melambangkan bangsa Yehuda yang kudus dan tak bercacat ketika pertama kali dipanggil Allah. Seperti ikat pinggang yang dekat dengan pemakainya, melekat pada pinggang, segenap bangsa Yehuda dulu juga lekat dan dekat dengan Allah, sehingga mereka menjadi umat-Nya yang memuji dan memuliakan Allah di hadapan bangsa-bangsa. Yehuda menjadi berarti ketika mereka mengikatkan diri kepada Allah. Namun kini mereka menjadi tercela karena persekongkolan mereka dengan Asyur, mereka meminum air dari sungai Efrat (2:18) dan menjadi penyembah berhala (Ay. 10). Mereka menjadi seperti ikat pinggang yang lapuk dan tidak berguna. Mereka tidak lagi ternama, terpuji, dan terhormat bagi Allah. Bagaikan ikat pinggang lapuk dimakan kelembapan sungai Efrat, itulah gambaran situasi Yehuda di luar Tuhan. Mereka yang hidup di luar Tuhan tidak akan pernah menghasilkan kebaikan. Kelapukan itu sendiri merupakan akibat sekaligus hukuman Allah kepada Yehuda, yaitu penjajahan Babel yang menyengsarakan mereka.
Hak istimewa kita sebagai umat Allah selalu disertai dengan tanggung jawab. Kita yang tidak bertanggung jawab tidak dapat berharap bahwa Allah akan meluputkan kita dari hukuman. Sementara itu ketika kita melekat kepada Allah, Firman Tuhan dinyatakan dengan jelas bahwa kita akan menjadi ternama, terpuji, dan terhormat bagi Allah. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa melekat erat kepada Tuhan. Kita bersedia memaksimalkan diri dan terus bersedia untuk dipakai-Nya agar nyatalah hidup kita, berguna, dan menjadi berkat. Amin. [Sv].
“Hidup di luar Tuhan tidak pernah menghasilkan kebaikan”