Bacaan: Bilangan 27 : 1 – 11 | Pujian : KJ. 375
Nats: “Perkataan anak-anak perempuan Zelafehad itu benar; memang engkau harus memberikan tanah milik pusaka kepadanya di tengah-tengah saudara-saudara ayahnya; engkau harus memindahkan kepadanya hak atas milik pusaka ayahnya.” (Ayat 7).
Hukum atau peraturan yang berlaku diciptakan untuk membuat suatu keteraturan dalam kehidupan bersama. Namun bagaimana jadinya jika hukum atau peraturan tersebut, justru menimbulkan ketidakadilan dan kesengsaraan bagi seseorang atau sekelompok kaum berdasar gender/ ras/ golongan tertentu?
Bacaan kita hari ini memperlihatkan hal tersebut, yakni ketika Musa diperhadapkan pada kasus lima anak perempuan Zelafehad, yang meminta hak waris. Tindakan mereka menghadap Musa itu, karena mereka merasa bahwa sistem patriarki yang berlaku saat itu, sangatlah menyengsarakan mereka. Sistem patriarki itu menganggap bahwa laki-laki memiliki posisi lebih tinggi daripada perempuan. Sehingga hak waris atas tanah pusaka milik ayah mereka hanya dapat diturunkan kepada anak laki-laki, bukan pada anak perempuan. Jika Zelafehad hanya memiliki anak perempuan, maka harta waris atas tanah pusakanya akan diberikan kepada saudara laki-laki sang ayah. Nama Zelafehad pun juga akan hilang dari tengah-tengah kaumnya, dikarenakan tidak memiliki anak laki-laki sebagai generasi penerus. Kehidupan kelima anak perempuan Zelafehad, juga akan semakin terkatung-katung. Hal ini dikarenakan, mereka tidak memiliki tanah pusaka untuk ditinggali dan menghidupi keluarga mereka selanjutnya.
Di tengah pergumulan dan kecemasan akan masa depan, mereka tetap meyakini janji Allah atas hidup mereka. Mereka meyakini bahwa Allah yang mereka sembah, bukanlah Allah yang abai dan yang menutup mata atas berbagai ketidakadilan yang terjadi. Melalui perikop ini, kita dapat melihat bahwa iman anak-anak Zelafehad, tidak meleset sedikit pun. Nyatanya Tuhan mau menolong dan memberikan jalan keluar terbaik atas ketidakadilan yang mereka hadapi. Bahkan pertolongan Tuhan tersebut, turut menjamin kehidupan mereka selanjutnya.
Melalui perikop ini kita kembali diingatkan, untuk selalu melibatkan Tuhan dalam segala pergumulan hidup dan kekhawatiran yang kita alami. Yakinlah bahwa Tuhan pasti akan memberi pertolongan dan tidak akan pernah menutup mata, atas setiap duka dan luka yang kita alami. Amin. [YAH].
“Dalam setiap duka, pertolongan-Nya sungguh nyata.”