Bacaan : Matius 3 : 13 – 17 | Pujian : KJ. 369a
Nats: “Lalu Yesus menjawab, kataNya kepadanya: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Dan Yohanes pun menuruti-Nya” (Ay.15)
“Untuk pelayanan ibadah perkunjungan keluarga Kamis depan saya minta diganti” ucap seorang majelis yang masih muda. “Lho kenapa pak?” tanya pendeta kepadanya. “Soalnya tempat ibadahnya di rumah Bapak Senior yang sudah puluhan daur menjadi Majelis Jemaat, apakah pantas majelis baru seperti saya ini melayani, saya tidak berani pak”.
Tidak jarang ketaatan untuk melakukan kehendak Allah terhalang dengan ragam perasaan yang muncul dalam diri – mulai rasa takut, tidak percaya diri, ataupun perasaan tidak layak – sehingga kehendak Allah yang mestinya menjadi posisi utama menjadi bergeser.
Hal ini pun sempat dialami oleh Yohanes Pembabtis! Ketika ia menyerukan pemberitaan babtisan pertobatan di padang gurun Yudea, banyak orang datang memberi diri untuk dibabtis. Namun tidak disangka, Yesus juga datang dari Galilea untuk memberi diri dibabtis oleh Yohanes. Kehadiran Yesus tentu membuat Yohanes terkejut (Mat.3:14). Yohanes sadar bahwa Yesus bukanlah sosok berdosa dan yang seharusnya memberikan babtisan pertobatan adalah Yesus kepada dirinya.
Ada sebuah penolakan dari Yohanes untuk melakukan babtisan itu kepada Yesus, tetapi Yesus merespon dengan begitu indah di Mat.3:15. “Lalu Yesus menjawab, kataNya kepadanya: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Saya tertarik dengan kata ‘kita’ yang diungkapkan oleh Yesus – kata tersebut berarti setiap orang yang percaya tentunya berkenan melakukan panggilan dengan penuh ketaatan dalam bingkai kehendak Allah.
Sekilas dilihat ada sikap rendah hati dalam diri Yohanes – rendah hati memang perlu dihayati dalam menjalani kehidupan, namun jangan sampai rendah hati bergeser pada rendah diri! Ketika Tuhan telah menetapkan sebagai rekan dan mitra sekerjaNya, maka lakukan segala yang menjadi kehendakNya dengan penuh ketaatan pada Dia yang mengutus. Jauhkan segala ‘penjara’ pikiran kita yang mengungkung kita dalam sifat rendah diri. Selama laku hidup masih ada dalam bingkai kehendak Allah, maka lakukanlah tugas pelayanan itu dengan penuh ketaatan kepadaNya. (gus)
“Landasi hidup dengan sebuah ketaatan kepada DIA”