Bacaan : 1 Yohanes 3 : 11 – 18 | Pujian : KJ. 178
Nats: “…. marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” (Ay. 18)
Ada seorang ibu bertanya pada ketiga anaknya, seberapa besar mereka mengasihinya. Anak pertama mengatakan bahwa kasih kepada ibunya seperti kuku jarinya, sekalipun dipotong akan tumbuh lagi. Anak yang kedua berkata bahwa kasihnya seperti langit yang kelihatan tetapi tidak bisa terukur tingginya. Anak yang ketiga berkata kasihnya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ibu tersebut sangat berbahagia mendengar jawaban mereka terutama jawaban dari anak pertama dan kedua. Singkat cerita, pada sore harinya saat sedang memasak si ibu kehabisan garam dan meminta tolong salah satu dari mereka untuk pergi ke warung. Anak pertama dan kedua menolak dan beralasan mereka sedang lelah karena baru selesai mengerjakan tugas sekolah. Tetapi anaknya yang ketiga mengatakan dia yang akan pergi membeli. Si ibu bertanya apakah dia tidak lelah, dia menjawab aku bisa beristirahat setelah pulang dari warung. Siapakah sebenarnya yang paling mengasihi ibunya?
Nats hari ini menggambarkan sesuatu yang sangat dalam tentang kasih. 1.Kata lidah (Yunani: glossa) dalam ayat ini dapat menunjuk kepada organ tubuh tapi juga bisa berarti kemampuan berbicara. 2.Tindakan kasih itu harus dalam kebenaran. Kebenaran (Yunani: Aletheia) dalam ayat ini memiliki beberapa arti antara lain: apa yang sebenarnya dan sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Melalui ayat ini Rasul Yohanes mengingatkan jika ingin mengasihi jangan memakai atau mengandalkan kemampuan berbicara untuk menyenangkan telinga yang mendengar, tetapi tunjukkan dalam tindakan nyata. Kasih yang dimiliki bukan juga sebuah kepura-puraan belaka, bukan sekedar pencitraan tetapi kasih itu penuh ketulusan, sungguh-sungguh ada dan nyata terwujud dalam setiap tindakan.
Dalam kehidupan sehari-hari sama seperti anak pertama dan kedua tadi kita bisa saja sangat pandai mengungkapkan kasih dalam kata-kata yang manis dan karena manisnya maka sulit untuk diwujudkan. Atau sama seperti si ibu, kita masih sering tertipu dengan kata-kata indah yang dikatakan seseorang untuk menggambarkan kasihnya. Ingatlah, kasih itu harus nyata dalam tindakan. [eS]
“Kasih adalah tindakan nyata, itulah yang Yesus buktikan di kayu salib”