Bacaan: Markus 12 : 38 – 44 | Pujian: KJ. 302
Nats: “Sebab, mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya semua yang dimilikinya, yaitu seluruh nafkahnya.” (Ayat 44)
Ada seorang pemuda yang senang memberi bantuan kepada temannya. Pada suatu hari, dia mengalami kesulitan, maka datanglah dia kepada teman yang pernah dia tolong. Namun dia merasa kecewa karena temannya itu tidak memberi bantuan kepadanya. Kemudian pergilah dia kepada pendeta di gerejanya dan bertanya, “Mengapa teman saya tidak memberi bantuan kepada saya, di saat saya membutuhkan bantuannya? Padahal saya sudah menolong dan bersikap baik kepadanya?” Pendeta itu menjawab, ”Ketika engkau memberi bantuan kepada orang lain, maka lakukanlah itu dengan tulus. Janganlah terlalu mengharapkan imbalan atau balas budi dari orang lain sebab engkau akan kecewa.”
Bacaan firman Tuhan hari ini mengisahkan tentang persembahan seorang janda miskin. Pada waktu itu, Yesus duduk menghadap peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang-orang memberikan persembahan mereka. Banyak di antara mereka adalah orang kaya yang memberikan persembahan dalam jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda miskin yang mempersembahkan dua peser, jumlah yang sangat sedikit dibandingkan persembahan orang lain. Namun di mata Tuhan Yesus justru persembahan janda miskin ini lebih banyak dibandingkan orang lain. Sebab janda miskin ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya (Ay. 44).
Dari dua kisah di atas kita dapat mengambil hikmah: 1. Memberi kepada sesama harus disertai ketulusan, tanpa pamrih. 2. Memberi kepada Tuhan adalah memberi yang terbaik, apa yang ada pada diri kita. Di bulan budaya saat ini, kita diajak untuk membudayakan sikap hidup memberi dengan tulus dan memberi yang terbaik. Tuhan Yesus telah memberikan hidup-Nya bagi kita, Ia rela mati disalibkan agar kita beroleh keselamatan. Karena itu, mari kita juga rela hati memberi dengan tulus kepada sesama kita yang membutuhkan. Mari kita meneladani sikap hidup janda miskin, yang tidak menunggu menjadi kaya untuk memberi yang terbaik kepada Tuhan. Mulailah dengan apa yang kita miliki, seperti talenta yang kita gunakan untuk melayani Tuhan, waktu yang kita berikan untuk mendengarkan keluh kesah saudara kita, atau tenaga yang kita persembahkan untuk ikut serta membangun gereja, dll. Mari bersama kita tumbuh kembangkan budaya memberi di tengah-tengah konteks hidup kita. Amin. [AR].
“Kita memberi bukan supaya kita mendapat, tetapi karena kita sudah mendapat yang terbaik dari Tuhan maka kita memberi dengan syukur.”