Bacaan : I Samuel 3 : 11 – 21 | Pujian : KJ. 451
Nats: “Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka!” (Ay. 14)
“Apakah saudara berjanji akan mendidik dan membimbing anak saudara dengan penuh kasih dan ketaatan kepada Allah, sehingga kelak mereka berani mengakui imannya kepada Allah?” secara otomatis orang tua menjawab, “Iya saya berjanji”. Tentunya formulasi kata ini sering didengar ketika ada sakramen babtis anak. Namun ketika dicermati, benarkah orang tua itu melakukan hal yang demikian? Ketika saat ini banyak ditemukan masalah kenakalan anak, mulai dari masalah penyelewengan sexual, sifat candu teknologi, yang semakin memprihatinkan, adalah terjadi pembiaran oleh orang tua dan dianggap sesuatu yang biasa!
Hal ini pula yang dialami oleh Imam Eli ketika ia melakukan pembiaran kepada anaknya, yaitu Hofni dan Pinehas. Mereka menyimpang dari Allah dengan memandang rendah korban yang sebenaranya untuk Allah, melakukan permintaan paksa atas korban yang akan diberikan kepada Allah, dan yang semakin parah, mereka tidur dengan perempuan-perempuan di pintu kemah pertemuan. Dan Imam Eli tidak bergeming akan segala tindakan mereka, ia tidak bertindak tegas, ia memilih untuk tidak menegur mereka. Hal ini disinyalir bahwa Imam Eli lebih mengasihi anaknya daripada mengisihi Allah (Lih. 1 Sam.2:29).
Segala bentuk pembiaran kepada anaknya, merupakan sebuah indikasi bahwa kepekaan dan relasinya bersama dengan Allah mulai memudar, meskipun dia adalah seorang imam. Kepekaan dan relasi yang memudar menjadikan Imam Eli secara tidak sadar menggeser posisi Allah dari tempatnya yang semula, sehingga murka Allah terjadi dalam diri dan keluarganya. Tanggungjawab orangtua sebagai pendamping merupakan hal yang sangat penting, oleh karena itu bersama mari mengingat dan menghayati kembali satu kata yang pernah diucap, “Iya,saya berjanji!” (gus).
“Orang tua adalah ruang kelas seorang anak mengecap pendidikan kehidupan”