Bacaan: Amos 8 : 4 – 12 | Pujian: KJ. 260 : 1, 2
Nats: “Aku akan mengubah perayaan-perayaanmu menjadi perkabungan, dan segala nyanyianmu menjadi ratapan.” (Ayat 10a)
Kita hidup di tengah dunia yang seringkali mempertontonkan ketidak-adilan yang memprihatinkan. Praktik kehidupan masyarakat yang diwarnai ketidak-jujuran, kecurangan bahkan penindasan terhadap kaum yang lemah seolah telah menjadi pemandangan yang lumrah. Ketamakan bisa menjadikan manusia kehilangan empati dan kepedulian terhadap sesamanya. Bahkan demi keuntungan, tak masalah jika harus mengorbankan sesama. Kenyataan ini memungkinkan semakin besarnya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Bahkan banyak kasus kejahatan moral muncul sebagai buah dari sistem masyarakat yang timpang, karena tidak adanya jaminan kesejahteraan hidup yang memadahi bagi orang-orang kecil. Tentu kita tak bisa menutup mata terhadap realitas semacam itu dengan hanya memikirkan kepentingan pribadi.
Amos sangat keras mengecam praktik kehidupan orang Israel yang penuh kecurangan dan ketidak-adilan pada zamannya. Perdagangan yang tidak jujur hanya demi keuntungan orang kaya, menyebabkan orang miskin menjadi semakin miskin, semakin tergantung dan bahkan direndahkan menjadi budak. Tindakan-tindakan semacam itu sangat tidak pantas dilakukan oleh orang-orang Israel sebagai umat pilihan. Maka Amos menubuatkan akan datang saatnya hari perkabungan dan ratapan. Penghukuman akan tiba. Mereka akan menanggung akibat dari perbuatan mereka. Orang Israel akan mencari Tuhan dan haus akan firman-Nya. Namun dahaga mereka tidak akan terpuaskan, karena dosa dan pemberontakan mereka yang amat besar.
Hidup di masa penantian akan kedatangan Tuhan membuat kita harus terus mawas diri. Masa-masa ini mengandung seruan pertobatan agar kita semua meninggalkan dosa, termasuk tindakan-tindakan yang mencerminkan ketidak-adilan, kecurangan atau penindasan terhadap mereka yang lemah. Menahan diri dari godaan ketamakan, kerakusan, dan kekayaan yang anti-manusiawi. Marilah kita hidup dalam solidaritas dan kesetiakawanan untuk turut memperjuangkan kehidupan orang lain yang mengalami ketidak-adilan. Pertobatan yang sungguh-sungguh memungkinkan pulihnya kehidupan bersama. Juga merupakan cara kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan. Amin. [wdp].
“Nantikan Tuhan dengan mengupayakan pertobatan yang memulihkan kehidupan.”