Menganiaya Tuhan

9 June 2016

Bacaan: Kisah Para Rasul 22: 6-21  |  Nyanyian: KJ 424
Nats:
“Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?”  (ay.7 )

Beberapa waktu lalu, media negri ini dihebohkan dengan adanya komunitas bernama Gafatar yang merupakan kepanjangan dari Gerakan Fajar Nusantara. Komunitas yang belakangan disebut sebagai aliran sesat ini mencuat karena menghilangnya beberapa orang di berbagai wilayah Indonesia akibat menggabungkan diri dalam Gafatar. Ternyata organisasi ini memiliki pemukiman di Kalimantan Barat. Seiring dengan dilarangnya organisasi itu para pengikutnya dikembalikan ke daerah asalnya masing-masing. Yang menyedihkan, pemukiman Gafatar dibumihanguskan, harta benda hilang dan haknya sebagai manusia merdeka yang bisa menentukan nasibnya sendiri dicabut. Tentu di sini saya tak hendak bicara atau membela ideologi Gafatar. Namun hendak mengajak kita untuk berempati pada para pengikutnya yang terusir, teraniaya dan bahkan dihilangkan kemanusiaannya karena cara pandang yang berbeda.

Keterusiran dan aniaya yang dialami para pengikut Gafatar baru-baru ini sudah pernah dialami oleh para pengikut Kristus di era jemaat mula-mula. Para orang Kristen perdana dikejar, ditawan bahkan dibunuh dengan cara yang keji karena dianggap penganut aliran sesat. Saulus, adalah seorang pemuda Yahudi militan yang setuju dengan penganiayaan terhadap orang percaya. Namun, di jalan ke Damsyik Tuhan Yesus sendiri menegurnya dengan sebuah pertanyaan sederhana yang menohok, “mengapakah engkau menganiaya Aku?” (ay. 7). Pertanyaan itulah yang mengubah jalan hidup Saulus yang kemudian berubah menjadi Paulus, seorang rasul besar yang mengabarkan Injil dan membuahkan jemaat-jemaat Kristus.

Jelas, bahwa aniaya pada manusia berarti juga menganiaya Penciptanya. Perbedaan kepercayaan, cara pandang dan ideologi adalah hal biasa yang perlu disadari dan dihargai. Perbedaan ini hendaknya tak membuat manusia satu menganiaya manusia lainnya. Sebagai pengikut Kristus, mari belajar untuk jadi agen keadilan, menyiarkan kabar rahmat dan berhenti untuk ambil bagian dalam menganiaya Tuhan. (Rhe)

“Jadilah orang yang tetap sejuk di tempat yang panas dan yang tetap manis di tempat yang pahit.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak