Bacaan : 1 Korintus 5 : 9 – 13 | Pujian: KJ 426
Nats: ”Tetapi yang kutuliskan kepadamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu….” [ayat 11]
“Aduh, saya itu lebih senang dengar lagu-lagu rohani. Kalau dengar lagu sekuler itu kurang sreg saya”. Begitu celetuk seorang mbak berparas cantik. Ia selalu bereaksi ekstrem ketika mendengar lagu anak muda masa kini, atau lagu orang tua tempo dulu. Ia pun selalu mengenakan pernak pernik yang kristen banget. Gelangnya salib, kalungnya salib, kaosnya gambar Tuhan Yesus, tapi dia suka nyinyir jika bertemu orang yang kurang religius. “Oala mbaaak.. mbak, ini masih di dunia! Kalau mau ketemu semua yang baik, ya sana, pergi ke surga!”
Ya.. ya… sangat baik jika hidup kita dipenuhi dengan kebenaran firman Tuhan. Tetapi bukankah firman Tuhan itu mampu menjawab tantangan dunia ini, dan mendamaikan? Benar, jika Rasul Paulus pun memperingatkan kepada jemaat di Korintus untuk tidak berteman dengan orang-orang yang tidak baik (ayat 9). Tetapi bukan berarti kita harus menyeleksi semua orang yang ada di sekitar kita seperti kita menjadi orang tersuci di dunia. Ah, ini masih di dunia, maka wajarlah bertemu dengan banyak hal duniawi. Yang penting kita lakukan bukanlah menyingkirkan hal-hal duniawi untuk memaksa dunia menjadi tiba-tiba surgawi. Kita hanya diminta untuk waspada, dan tidak bergaul terlalu dekat dengan orang-orang yang tidak baik (ayat 11).
Bisa jadi, mbak cantik itu, yang pakai perhiasan salib ke mana-mana, juga bukan orang baik karena ia suka nyinyir menghakimi sesamanya. Maka kita wajib menjadi bijaksana ketika bergaul bahkan dengan sesama saudara seiman. Bukan pilih-pilih berteman, tetapi tugas kita adalah mempengaruhi saudara-saudara seiman kita, supaya kehidupan kita di dunia ini bisa selalu mendatangkan damai sejahtera bagi banyak orang. Kita harus melindungi diri dari pengaruh buruk dari orang jahat maupun dari saudaraea seiman. [Dee]
“Kebahagiaan hidup yang sebenarnya adalah hidup dengan rendah hati.” (W.M. Thancheray)