Bacaan : Amos 4 : 6 – 13 | Pujian: KJ 426 : 1, 2
Nats: “…namun kamu tidak berbalik kepada-Ku“ demikianlah firman TUHAN.” [ayat 6b]
Umat Israel dalam Alkitab digambarkan dan dikenal sebagai umat yang sulit. Oleh para nabi, mereka seringkali disebut sebagai umat yang tegar tengkuk. Sebenarnya mereka sangat dikasihi oleh Allah, tetapi seringkali menentang Allah. Melalui para nabi, Tuhan mengingatkan umat agar mereka kembali hidup baik. Namun mereka tetap tidak berubah dan terus mengulang kesalahannya. Sikap semacam itu tentu sangat menyulitkan. Dalam bahasa Jawa diibaratkan sesuatu yang dicuci tidak basah, dijemur tidak kering: diumbah ora teles, dipepe ora garing.
Salah satu nabi yang dipakai oleh Allah untuk mengingatkan bangsa Israel adalah Amos. Seorang peternak domba dari Tekoa yang bekerja pada masa raja Uzia (disebut juga Azarya) di Yehuda dan raja Yerobeam II (Yerobeam bin Yoas) di Israel. Raja Uzia hidup benar di hadapan Tuhan, seperti Amazia ayahnya. Namun bukit-bukit pengorbanan bagi berhala tidak dijauhkan dari kehidupan umat. Demikian juga di Israel. Raja Yerobeam bin Yoas melakukan hal yang jahat di mata Tuhan. Pimpinan-pimpinan Yehuda dan Israel memeras orang lemah, menginjak orang miskin dan menyalahgunakan kekuasaan. Sementara rakyatnya menjalankan kemunafikan. Mereka menjalankan ritual-ritual peribadahan namun tingkah laku kesehariannya jauh dari perintah Tuhan, bahkan menentang Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan melalui Amos menyampaikan pesan kenabian untuk mengadili umat.
Amos 4: 6-13 merupakan bagian dari pesan pengadilan Tuhan untuk Israel. Nampak seperti kata-kata puitis, ayat-ayat ini menggambarkan betapa keras hati bangsa Israel. Meskipun Tuhan telah memberikan hukuman-hukuman sebagai pengingat kesalahan mereka, namun umat tidak juga mau kembali kepada Tuhan.
Dalam hidup kita sehari-hari betapa kita seringkali bertemu sesama yang keras hati. Bahkan mungkin kita sendiri melakukannya. Kita sengaja mengeraskan hati di hadapan Tuhan. Kita menjadi orang-orang sulit yang menyulitkan diri sendiri dan orang lain. Betapa merepotkannya! Mari kita berubah menjadi orang-orang yang peka pada teguranNya. [Dn]
“Kekerasan hati tidak menunjukkan kehebatan, tetapi kelemahan.”