Bacaan: Imamat 2 : 13 – 16 | Pujian: KJ 402
Nats: “Janganlah kau lalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu.”[ayat 13]
Mak Nyuuusss…! Adalah jargon yang sangat terkenal dari acara kuliner di awal tahun 2000-an. Bondan Winarno adalah pengamat kuliner yang menjelajah berbagai penjuru Indonesia untuk mencicipi berbagai sajian kuliner Indonesia. Beragam makanan telah dicobanya, mulai makanan yang berkuah, olahan seafood, sampai berbagai mie legendaris. Bondan Winarno mampu menggambarkan rasa dengan sangat detil, caranya menjumput makanan dan memasukkannya ke dalam mulut sangat menarik. Pokoknya, semua yang dicoba jadi tampak sangat menggiurkan. Namun kali ini saya bertanya-tanya, jika saja makanan yang dicoba Bondan Winarno tak dibubuhi garam, apa ya yang akan jadi komentar dan reaksinya? Pastilah tak lagi mak nyusss…
Demikianlah garam menjadi bagian yang tak terpisahkan dari citarasa makanan. Menariknya, Imamat menyebut garam tidak hanya sebagai bagian dari makanan namun menjadi bagian dari korban sajian (ay.13). Bagi masyarakat Palestina saat itu, garam memiliki beragam fungsi. Mulai dari mengawetkan makanan, sebagai obat antiseptik dan juga sebagai lambang untuk mengikat sebuah perjanjian. Garam juga disebutkan dalam Bil 18:19, dimana TUHAN mengikat perjanjian garam dengan Israel. Perjanjian garam adalah perjanjian yang mengikat dan bebas dari kebusukan (mengingat fungsi garam sebagai pengawet). Tapi di sisi lain, garam ternyata juga digunakan untuk menebar kutukan. Setelah mengalahkan Sikhem, Abimelekh menaburi reruntuhan kota dengan garam untuk membuat tanahnya tandus dan juga sebagai tanda kutukan. Demikianlah, garam menjadi komoditas penting namun memiliki dikotomi fungsi: berkat dan kutuk.
Tuhan Yesus menyebut kita sebagai garam dunia (Mat 5:13), ini berarti kita pun pada dasarnya memiliki dikotomi berkat-kutuk. Nah…selama ini, jadi garam macam apakah kita? Berkat atau kutuk? Kalau mau mak nyuss, harus jadi berkat dong! [Rhe]
“Tuhan menempatkan banyak orang dalam hidup kita untuk satu tujuan, agar kita memberkati mereka.” (Joel Osteen)