Bermain Peran

11 February 2017

Bacaan : Matius 15 : 1 – 9 | Pujian: KJ 239
Nats: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari Aku. [ayat 8]

Sinetron di televisi seringkali mengangkat cerita tentang kehidupan sebuah keluarga bahagia. Ada aktor dan aktris yang berperan sebagai ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lainnya. Mereka menjalankan perannya masing-masing sesuai alur cerita; bercengkerama, makan bersama, bertengkar dan berinteraksi layaknya sebuah keluarga. Namun betapapun ideal kelihatannya keluarga tersebut, tetap adalah sebuah keluarga palsu. Peran dan karakter yang mereka lakoni di sinetron seringkali sangat bertolak belakang dengan kenyataan sehari-hari.

Palsu dan berpura-pura seperti itu memang tak salah, tapi bagaimana dengan kepura-puraan para pemimpin agama di zaman Tuhan Yesus? Mereka pura-pura mengasihi Allah, dengan saleh membuat daftar aturan yang harus dipatuhi. Namun, itu hanya cara agar mereka tampak saleh. Mereka bahkan menganggap aturan buatannya sama penting dengan Hukum yang langsung difirmankan Tuhan (ayat 5,6). Tuhan Yesus menegur mereka dengan keras. Mereka dikatakan seperti orang munafik yang tidak memuliakan Tuhan dengan hatinya, tetapi hanya dengan mulutnya, supaya dilihat orang dan mendapatkan penghormatan.

Orang di masa kini pun banyak yang berpura-pura. Secara lahiriah seperti orang kristiani yang baik karena rajin ke gereja, tapi sayang hal tersebut tidak selaras dengan perbuatannya.

Apakah selama ini kita menjalani kehidupan kekristenan kita dengan penuh kepura-puraan? Kita berkata mengasihi Tuhan, tetapi mungkin hati kita jauh dari-Nya. Kita hanya jago dalam perkataan tapi tidak disertai dengan tindakan nyata. Ibadah dan pelayanan yang kita lakukan jangan sampai hanya sebatas aktivitas jasmani, sementara hati dan perbuatan kita sangat jauh dari kebenaran. Tuhan Allah menghendaki kita melakukan hal-hal yang berkenan di hadapanNya yang benar-benar lahir dari hati yang penuh dengan kejujuran dan ketulusan. [Retno]

Siapa suka berpura-pura pasti akan mendapat malu.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak