Bacaan : Bilangan 12 : 1 – 15 | Pujian: KJ 184
Nats: “Berhadap-hadapan Aku berbicara kepada dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa Tuhan. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?” [ayat 8]
Beberapa tahun lalu dunia digemparkan oleh peristiwa pelantikan presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Ia adalah orang kulit hitam pertama yang berhasil menjadi penghuni gedung putih beserta istri dan kedua anaknya yang semuanya berkulit gelap. Karena kemampuannya dalam memimpin negara, ia berhasil menjabat dua periode, yang saat ini akan berakhir. Menurut sejarah, diskriminasi ras sangat tajam di negara tersebut sehingga orang-orang kulit gelap biasanya hanya menjadi budak dan pekerja pada kelas bawah. Oleh karena itu peristiwa terpilihnya Obama menjadi Presiden AS mengisyaratkan telah adanya perubahan sudut pandang tentang adanya penghormatan kepada orang lain tanpa memandang ras dan warna kulit.
Demikian pula yang dialami Musa dengan keputusannya untuk menikah dengan mengambil perempuan Kush yang berkulit hitam. Langkah ini ditentang oleh saudaranya Miryam dan Harun karena ia perempuan Kush, berkulit hitam dan perempuan asing. Perlawanan saudara-saudara Musa ini menyebabkan murka Tuhan karena Tuhan sangat mengasihi Musa.
Ini merupakan prinsip dasar kepemimpinan Musa yang berhati lembut, rendah hati, menghargai sesama dan setia dalam segenap rumah Allah. Musa sangat dikasihi Allah dan mempunyai hubungan langsung dalam berbicara dengan Tuhan dan dapat secara langsung menatap wajah-Nya (ayat 8). Musa seorang pemimpin bangsa Israel yang dapat dipercaya baik dalam kata maupun perbuatan. Integritas tersebut muncul dari tindakan-tindakan Musa yang mampu tetap setia pada apa yang menjadi tanggung jawabnya meskipun dihadang oleh berbagai macam kesulitan.
Keteladanan Musa sebagai seorang hamba dan pemimpin negara dalam melaksanakan tugasnya patut kita perhatikan dalam melaksanakan tugas pelayanan atau kepemimpinan. Yaitu, dengan dilandasi loyalitas kepada Allah dan tanpa pandang bulu, pilih-pilih atau membeda-bedakan. [Sri]
“Apapun warna kulit, kondisi dan statusnya, semua orang adalah ciptaan kesayangan Allah.”