Pemahaman Alkitab Maret 2024

1 February 2024

Pemahaman Alkitab (PA) Maret 2024
Masa Pekan Suci (I)

Bacaan: Yesaya 50 : 4 – 9a
Tema Liturgis: GKJW Berkorban Bersama Yesus Mewujudkan Perdamaian
Tema PA: Meneladani Sang Hamba yang Rela Menderita

Pengantar
Di suatu jemaat, ada pergumulan tentang pendirian rumah ibadah, khususnya tentang perijinan. Segala proses birokrasi sudah dijalani tetapi belum membuahkan hasil. Suatu saat, salah satu tetua jemaat tersebut mengajak semua umat memikirkan ulang tentang keberadaan mereka. Memiliki gedung gereja memang menjadi harapan semua, namun ada hal yang lebih penting, yaitu bagaimana gereja bisa hadir di dunia. Maka setelah pertemuan tersebut, gereja mulai mengubah “target” utamanya, dari memiliki gedung gereja menjadi hadir dan menjadi berkat. Gereja dan umat mulai aktif dalam kegiatan desa, kerja bakti, kegiatan sosial, bahkan mengambil bagian mendukung kegiatan umat beragama lain di sekitarnya. Sejak itu gereja (persekutuan itu) diterima dan akhirnya mimpi mereka terwujud, melalui dukungan masyarakat sekitar. Tantangan atau bahkan hambatan memang mendatangkan penderitaan, namun ketika tidak disikapi dengan reaktif nyatanya justru mendatangkan banyak hal baik.

Penjelasan Teks
Yesaya 50 masuk dalam Deutero Yesaya atau kitab Yesaya yang kedua. Sekalipun dalam Alkitab kita tidak dibagi menjadi I dan II Yesaya, namun berdasarkan penelitian tentang isi dan pesan, Yesaya terbagi dalam 2 kelompok besar tsb. Ciri khas masing-masing kelompok menunjukkan beda yang menyolok. Yesaya bagian pertama tersurat dalam pasal 1-39 dengan pesan menonjol tentang penghakiman, sedangkan pasal 40-66 lebih menonjolkan tentang proklamasi keselamatan yang normatif[1]. Secara lebih terperinci, Deutero Yesaya sendiri masih terbagi dalam beberapa bagian dengan pesan menonjol masing-masing:

  1. Pasal 40-55 dan 60-62 berisi nubuatan tanpa syarat.
  2. Pasal 56-59 dan 63-66 berisi peringatan bahkan tuduhan-tuduhan.

Dari uraian di atas, maka teks PA kita hari ini termasuk dalam Deutero-Yesaya. Lebih detail lagi, menurut Benhard Duhm, Yesaya 50:4-9 menjadi salah satu dari 4 teks bertema sama, yang terkenal dengan nama “Nyanyian-nyanyian Hamba yang Menderita”[2].

Siapakah sang hamba itu? Sampai dengan hari ini ada berbagai pendapat tentang hal tersebut yang dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu kolektif dan individu. Penafsir kolektif melihat sang hamba sebagai representasi (perwujudan) dari bangsa Israel, hal itu didasarkan pada beberapa teks, a.l. Yesaya 49:3, 41:8-9, 42:19, 43:10, dsb. Sedangkan para penafsir individu mengaitkan identitas sang hamba tersebut dengan figur historis tertentu yang hidup pada zaman itu atau sebelumnya (nabi Deotero Yesaya, Koresh, Zerubabel, Yoyakhin, bahkan ada yang mengaitkan dengan Musa atau Yeremia)[3].

Di masa kemudian, khususnya dalam komunitas gereja, Nyanyian Hamba yang menderita dikaitkan dengan sosok Yesus Kristus. Seperti Yesaya 50:6 yang diparalelkan dengan Injil Matius 26:67 dan Markus 14:65. Artinya, sekalipun teks Yesaya dalam penulisannya terkait dengan konteks zamannya, namun dalam iman Kristen dihayati relevan dengan apa yang dialami oleh Yesus sebagai sosok Mesias/Juruselamat.

Hamba Tuhan dalam Yesaya 50:4-9 memiliki ciri-ciri [4]:

  1. Memiliki sikap seorang murid. Murid yang dikaruniai lidah untuk memberi semangat baru kepada setiap orang yang mendengar dan telinga yang tajam untuk selalu mendengarkan Tuhan.
  2. Bersedia menghadapi penderitaan fisik, diperlakukan seperti penjahat, kasar dan tidak manusiawi. Bersedia dihina dan diludahi sebagai bentuk ketaatan dan panggilannya.
  3. Keyakinan hamba Tuhan bahwa Allah ada di pihaknya dan akan membela serta membuktikan kebenaran-Nya.

Sang hamba memang digambarkan mengalami penderitaan, namun pada bagian akhir ada penegasan bahwa Tuhan menyertainya dan dalam kesediaannya untuk menderita itu justru terbentang karya Tuhan.

Pertanyaan Untuk Didiskusikan:

  1. Dalam uraian di atas, ditunjukkan bahwa teks Yesaya 50:4-9 terbuka terhadap penafsiran kita tentang sosok hamba yang menderita. Bagi saudara, siapakah sosok hamba itu? Mengapa saudara menafsirkan demikian?
  2. Mengapa sang hamba itu menderita?
  3. Karakter apa yang bisa kita teladani dari sosok hamba yang menderita?
  4. Menurut saudara bagaimana pengaplikasiannya dalam hidup sehari-hari? [WER].

Pemahaman Alkitab (PA) Maret 2024
Masa Pekan Suci (II)

Bacaan: Ibrani 9 : 11 – 15
Tema Liturgis: GKJW Berkorban Bersama Yesus Mewujudkan Perdamaian
Tema PA: Kristus Berkorban Sekali Untuk Selamanya

Pengantar
Suatu hari, seorang anak madya selesai ibadah Minggu, bertanya pada pamong: “Kak, Tuhan Yesus disalibkan berapa kali?”, “Maksudnya gimana dik?” tanya sang pamong kebingungan. “Kan sekarang tahun 2024 berarti Tuhan Yesus disalibkan 2024 kali dong!”, dan kakak-kakak pamong saling memandang dengan ekspresi geli.

Mungkin bagi si adik yang bertanya tadi, dia memahami bahwa setiap tahun kita memperingati paskah, seringkali dengan fragmen penyaliban yang melahirkan kesimpulan bahwa setiap tahun Tuhan Yesus disalib. Bagi orang dewasa yang mendengar obrolan tersebut mungkin merasa konyol, namun bisa juga menjadi bahan refleksi kita, tentang Kristus yang sudah menebus kita dengan darah-Nya yang sempurna, satu kali untuk selamanya. Bagaimana realita kehidupan kita? 

Penjelasan Teks[5]
Teks Ibarani pasal 9 menerangkan kemesiasan Yesus yang dikaitkan dengan tradisi peribadatan Yahudi. Dimulai dengan gambaran tentang tempat ibadah dalam Perjanjian Lama, sang rasul mulai berbicara tentang tugas dan pelayanan yang dilakukan di tempat-tempat itu (Ay. 6) dan apa yang harus dilakukan di sana.

  1. Para Imam biasa selalu pergi ke Tabernakel pertama, untuk melaksanakan pelayanan kepada Allah.
  2. Ke dalam yang kedua, bagian dalam, Imam besar melanjutkan (Ay. 7). Hanya imam besar yang boleh masuk itupun dengan tata cara yang ketat. Imam besar di bawah hukum, masuk ke tempat maha kudus, mempersembahkan darah itu untuk dirinya sendiri dan kesalahannya terlebih dahulu, dan kemudian untuk kesalahan umat (Ay. 7). Ketika imam besar yang sah telah mempersembahkan untuk dirinya sendiri, dia tidak boleh berhenti di situ, tetapi juga harus mempersembahkan untuk kesalahan orang-orang.

Kristus telah datang dan Dia jauh di atas semua imam besar yang sah (Ay. 11, 12), maksudnya adalah:

  1. Kristus adalah imam besar dari hal-hal baik yang akan datang, yang oleh-Nya karya keselamatan Allah dapat dipahami.
  2. Kristus adalah imam besar melalui kemah yang lebih besar dan lebih sempurna (Ay. 11), sebuah kemah tidak dibuat dengan tangan, artinya, bukan dari bangunan, tetapi tubuhnya sendiri. Ini adalah tatanan baru, susunan bangunan baru, yang jauh lebih unggul dari semua struktur duniawi.
  3. Kristus, imam besar kita, telah masuk ke surga, bukan seperti imam besar Yahudi yang masuk ke tempat maha kudus, dengan darah lembu jantan dan darah kambing, tetapi dengan darah-Nya sendiri.
  4. Bukan untuk satu tahun saja atau harus diulangi di tahun berikutnya, yang menunjukkan ketidaksempurnaan imamat itu. Tetapi imam besar kita masuk ke surga sekali untuk selama-lamanya, dan tidak memperoleh penangguhan tahunan, tetapi penebusan kekal, sehingga tidak perlu masuk setiap tahun.
  5. Perjanjian Lama menunjukkan kemanjuran darah kurban yang sah, dan penulis surat Ibrani menunjukkan bahwa darah Kristus jauh lebih manjur dari semuanya itu.

(a) Khasiat darah dari korban yang sah mencakup penyucian daging (Ay. 13): itu membebaskan manusia lahiriah dari kenajisan upacara dan dari hukuman sementara, dan memberinya hak dan membuatnya layak untuk beberapa hak istimewa eksternal.

(b)  Sedangkan darah Kristus lebih besar kuasanya (Ay. 14)

  1. Apa yang membuat darah Kristus begitu manjur?
    Pertama, itu adalah persembahan diri-Nya kepada Tuhan.
    Kedua, Kristus mempersembahkan diri-Nya kepada Allah melalui Roh yang kekal.
    Ketiga, itu adalah persembahan Kristus kepada Allah tanpa cacat, tanpa noda dosa, baik dalam sifat maupun kehidupannya. Ini sesuai dengan hukum pengorbanan, yang mengharuskan mereka tanpa cela.
  2. Apa khasiat darah Kristus itu?
    Pertama, membersihkan sampai ke jiwa dan hati nurani, jiwa yang kotor oleh dosa.
    Kedua, memampukan kita melayani Allah yang hidup, tidak hanya dengan membersihkan kesalahan yang memisahkan antara Allah dan orang berdosa, tetapi dengan menyucikan dan memperbarui jiwa melalui pengaruh Roh Kudus yang murah hati.

Injil di sini dianggap sebagai wasiat, wasiat baru dan terakhir serta wasiat dari Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Wasiat di sini dapat kita pahami dalam kaitannya dengan Perjanjian. Perjanjian adalah kesepakatan antara dua pihak atau lebih tentang hal-hal yang berada dalam kekuasaan mereka sendiri, dan ini baik dengan atau tanpa perantara; perjanjian ini mulai berlaku pada waktu dan dengan cara yang dinyatakan di dalamnya. Surat wasiat adalah perbuatan dan perbuatan sukarela dari satu orang, yang dilakukan dan disaksikan dengan sepatutnya, memberikan warisan kepada pewaris seperti yang dijelaskan dan dicirikan oleh pewaris, dan yang hanya dapat berlaku setelah kematiannya. Kristus adalah Perantara dari Perjanjian Baru (Ay. 15) dan Dia berbuat demikian untuk beberapa tujuan:

  1. Untuk menebus orang-orang dari pelanggaran mereka, yang dilakukan melawan hukum atau perjanjian pertama, yang menjadikan setiap pelanggaran sebagai perampasan kebebasan, dan menjadikan orang-orang yang berutang, dan budak atau tahanan, yang perlu ditebus.
  2. Untuk memenuhi syarat semua orang yang secara efektif dipanggil untuk menerima janji warisan kekal. Ini adalah warisan besar yang telah diwariskan oleh Kristus melalui kehendak dan wasiat terakhirnya kepada para utusan dan orang-orang yang percaya kepada pemberitaan mereka.

Pertanyaan Untuk Didiskusikan:

  1. Menurut saudara, sebutan Imam Besar yang disematkan kepada Tuhan Yesus itu terkait dengan jabatan (struktural) atau karya (fungsional)?
  2. Tuhan Yesus masuk ke ruang maha kudus dengan mengorbankan darah-Nya di kayu salib untuk keselamatan kita. Jika dikaitkan dengan pengantar PA kita hari ini, apakah kita sebagai pribadi dan persekutuan sungguh menerima dan memberlakukan penebusan itu satu kali untuk selamanya, atau masih menyalibkan Yesus berkali-kali melalui sikap hidup kita? Sebutkan alasannya! [WER].

[1] Gertz, Jan Christian dkk, Purwa Pustaka: eksplorasi ke dalam kitab-kitab Perjanjian Lama dan Deuterokanonika ( terj: Robert Setio dan Atdi Susanto), Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017, hlm. 500

[2] Ibid, hlm. 506

[3] Ibid, hlm. 507

[4] https://rhk.uksw.edu/index.php/mendengar-perkataan-tuhan/

[5] https://www-blueletterbible-org.translate.goog/Comm/mhc/Hbr/Hbr_009.cfm? _x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Renungan Harian

Renungan Harian Anak