Pemahaman Alkitab (PA) Maret 2021 (I)
Masa Pra Paskah
Bacaan PA I : Yeremia 30 : 12 – 22
Tema Liturgis : Ketergantungan Mutlak Pada Kasih Karunia Allah
Tema PA : Kasih Karunia yang Memulihkan
Tujuan PA :
- Masa Pra-paskah sebagai momentum untuk menyadarkan tentang kerapuhan hidup kita selaku manusia yang ternyata benar-benar terbatas.
- Kesadaran akan kerapuhan itu mendorong kita untuk memohon dengan segenap kerendahan hati akan kasih karunia Allah sebagai satu-satunya tujuan kita berserah.
- Menumbuhkembangkan keyakinan bahwa sekalipun kita ini berdosa namun kasih karunia Allah jauh lebih besar melampaui segala keberdosaan kita.
Pemantik Diskusi PA :
Pemimpin/fasilitator PA dapat mengajak peserta PA untuk berdiskusi sebagai awal dari PA kali ini. Hendaknya dapat luwes mengelola waktu secukupnya. Sejumlah pertanyaan yang dapat diajukan kepada warga jemaat peserta PA meliputi topik-topik sebagai berikut :
- Bagaimana warga jemaat medefinisikan kata “bangkrut”? Akan lebih baik jika ada warga yang berkenan bersaksi jika memiliki pengalaman bangkrut dalam usahanya.
- Dalam pengandaikan kondisi bangkrut tersebut, perasaan dan pikiran bagaimanakah yang dapat bermunculan, inventarisirkan semuanya itu!
Berdasarkan tema bangkrut tersebut, pemimpin/fasiltator dapat menghantarkan jemaat peserta PA kepada bacaan Alkitab terpilih yang menjadi bahan PA kali ini yaitu dari Yeremia 30 : 12 – 22.
Pengantar Umum tentang Kitab Yeremia :
- Nabi Yeremia adalah seorang nabi yang hidup dan berada di wilayah Israel Selatan/Yehuda. Ia berkarya dalam kurun waktu 40 tahun (628-580 SM) dalam pemerintahan Raja Yosia sampai Raja Yoyakhin (Raja terakhir Kerajaan Yehuda). Secara psikologis, Nabi Yeremia memiliki pengalaman hidup yang degradatif/menurun kualitasnya. Dia lahir dan besar dalam masa yang baik (saat Raja Yosia mereformasi peribadatan dan tata kehidupan Kerajaan Yehuda), namun meninggal dalam waktu yang buruk karena menyaksikan kehancuran Kerajaan Yehuda bahkan mati dilempari batu saat dibuang ke Mesir.
- Dengan pengalaman hidup yang demikian, Nabi Yeremia menjadi sosok orang yang pesimistis sekaligus optimistis. Hal tersebut tampak dalam pesan-pesannya ketika membicarakan kehancuran Kerajaan Yehuda yang melanggar perjanjiannya dengan Tuhan Allah dan saat membicarakan kasih dan kesabaran dari Allah Israel kepada umat-Nya.
- Dalam menuliskan pengajarannya, Nabi Yeremia dibantu oleh Barukh sang juru tulis. Nampaknya proses editing lebih condong kepada sifat tematis daripada kronologis. Maka secara umum, tema-tema Kitab Nabi Yeremia terbagi sebagai berikut : (1) Panggilan Yeremia, (2) Khotbah Yeremia, (3) Nubuat Yeremia melawan raja-raja dan nabi-nabi palsu, (4) perjanjian yang baru, (5) ketidaktaatan yang berbuah kehancuran, (6) sikap ketidaktaatan sampai akhir, dan (7) kumpulan nubuat melawan bangsa-bangsa asing dan penutup. Dengan demikian, bacaan terpilih sebagai materi PA kali ini (Yeremia 30:12-22) berada pada kanon tema tentang perjanjian baru antara Allah dengan umat-Nya.
- Yeremia 30 : 12-22
-
- (12-13) Luka pembuangan disebabkan oleh ketidaktaatan dan ketidaksetiaan bangsa Israel kepada Allah. Digambarkan melalui simbol bisul sebagai suatu penyakit yang menjijikkan serta sumber kenajisan yang menjauhkan umat pilihan dengan Allah yang suci.
- (14) Kata kekasih disini merujuk pada bangsa-bangsa yang menjadi sekutu Yehuda. Dari sisi Yeremia, ini adalah wujud ketidaksetiaan kepada Allah. Terbayangkan munculnya perbandingan mana yang layak disebut sebagai kekasih sejati, antara Allah Israel yang setia ataukah bangsa-bangsa lain?
- (15) Menjadi sebuah teguran yang menyadarkan. Yagene sira sambat-sambat?(jw.) Menjadi sebuah langkah untuk ndunungke/ menyadarkan Yehuda atas segala dosa dan pelanggarannya kepada Allah.
- (16-17) Menjadi sebuah episode titik balik dimana Allah berbicara menunjukkan kasih-Nya. Dia menjadi yang memulihkan luka, menjadi pembela atas kerugian Yehuda. Allah mengasihani berarti juga Dia mengasihi dan bahkan terharu atas penderitaan Yehuda yang terbuang. Penyebutan simbol kemah-kemah Yakub (TB LAI dan Jawa: tarub) dan penyebutan Sion dan Yerusalem (terj. BIS) adalah kosakata khas yang dimiliki oleh Israel selaku umat pilihan.
- (18-22) Ada suatu pembalikan nasib, dari menderita menjadi bahagia karena campur tangan Allah. Kebahagiaan itu meliputi: adanya tempat tinggal, suasana batin yang bersukacita, keturunan yang lestari, dan adanya kepemimpinan yang ideal sebagai wujud representasi Allah yang hadir di tengah-tengah bangsa pilihan yang berinisiatif memulihkan perjanjian-Nya. Dene sira bakal dadi umatingSun lan Ingsun dadi Allahira. (jw)
Refleksi PA dan Relevansi Masa Kini :
- Pengalaman hidup Nabi Yeremia yang degradatif/penurunan kualitas dari jaya menjadi sengsara kiranya dapat disejajarkan dengan orang yang mengalami kebangkrutan usaha. Ada banyak contoh tokoh, baik Indonesia maupun Internasional yang mengalami kejatuhan dan kegagalan dalam usaha. Haland Sanders (pendiri waralaba Kentucky Fried Chicken) ataupun Budi Hartono (pemilik perusahaan rokok PT. Djarum Kudus) adalah beberapa nama yang dapat disebutkan. (fasilitator PA dapat terlebih dahulu melakukan riset tentang tokoh-tokoh tersebut) Demikian pula yang dialami oleh Nabi Yeremia ketika menyaksikan kejatuhan Kerajaan Yehuda. Menyaksikan hal tersebut Sang Nabi berseru supaya seluruh bangsa bertobat, namun disayangkan yang terjadi adalah ketidaktaatan bangsa Yehuda kepada Allah. Para rajanya justru bersekutu dengan bangsa lain (termasuk dengan ilahnya), dan nabi-nabi yang ada seolah-olah bernubuat mendukung tindakan politis tersebut. Maka malang tak dapat dielak, jatuhlah Kerajaan Yehuda dan penduduknya harus mengalami pembuangan ke negeri Babel.
- Dalam situasi kejatuhan tersebut, Nabi Yeremia menyerukan suatu pengharapan baru kepada Yehuda. Bahwa pembuangan ini menjadi jalan supaya bangsa Yehuda sadar dari ketidaktaatannya dan kemudian bertobat kepada Allah. Luka batin terbuang dari tanah perjanjian (digambarkan melalui simbol penyakit bisul dan kekasih yang pergi – (Yer. 30:12-13) akan dipulihkan oleh Allah sendiri (Yer. 30:18-22). Pertobatan yang dilalui dengan sikap merendahkan hati akan diganjar dengan belas kasihan Allah.
- Dalam kehidupan masa kini utamanya bagi pelaku usaha yang mengalami jatuh-bangun pasang-surut, mereka memerlukan suatu daya dorong atau daya bangkit yang memungkinkan mereka untuk dapat pulih seperti sedia kala. Inilah yang dinamakan value yang bisa dimaknai sebagai nilai diri yang otentik. Dalam tinjauan teks Yeremia 30:16-17, value bangsa Yehuda sebagai umat pilihan dimunculkan agar menjadi daya bangkit saat berada dalam keterpurukan. Catatan yang penting bahwa value diri ini bukan sebagai ajang kesombongan diri namun semata-mata kasih karunia Allah pada kita.
Penutup
- Merujuk kembali pada diskusi di awal PA tadi, warga jemaat peserta PA diajak untuk berefleksi tentang kebangkrutan (dapat dimaknai sebagai kejatuhan, kegagalan, penderitaan, dsb) baik dalam skala : (1) pribadi : hal-hal tekait usaha, studi, jodoh, dsb, (2) keluarga : hal-hal terkait upaya membina hubungan keluarga (suami-istri, orang tua-anak, mertua-menantu, dsb), (3) bergereja : hal-hal mengenai kedewasaan iman, memenuhi panggilan pelayanan, masalah-masalah yang dihadapi jemaat, dsb.
- Warga jemaat peserta PA diajak untuk mengelola perasaan dan pikiran yang muncul dari pengalaman kejatuhan/kebangkrutan tersebut. Value/nilai apakah yang menjadi pengalaman dan pembelajaran berharga? Tanamkan bahwa semua itu dapat terjadi semata-mata hanya karena kasih karunia Allah pada kita. Selamat ber-PA, Tuhan memberkati kita. (ads)
Yang mau dibimbing oleh Tuhan, dan yang berharap tak henti.
Akan mendapat pertolongan bahkan di saat terpedih.
Tuhan-lah dasar imannya, bukanlah pasir alasnya.
(KJ. 379:1)
Pemahaman Alkitab (PA) Maret 2021 (II)
Masa Pra Paskah
Bacaan PA II : Yohanes 8 : 12 – 20
Tema Liturgis : Ketergantungan Mutlak pada Kasih Karunia Allah
Tema PA : Terang Sejati Mendatangkan Hikmat Kebijaksanaan
Tujuan PA :
- Masa Pra-paskah menjadi momentum bagi penyadaran tentang kerapuhan hidup manusia yang penuh dengan keterbatasan.
- Kerapuhan manusia itu terlihat pada sulitnya mengenal dan memahami hikmat tentang kasih karunia Allah.
- Melalui Yesus Kristus Sang Terang Sejati kita beroleh jalan hikmat untuk mendapat wawasan dan petunjuk rohani demi mengatasi kerapuhan hidup ini.
Pemantik Diskusi PA :
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menyaksikan adanya orang-orang yang bebal atau sukar untuk diberitahu (angel dituturi/ dikandhani – jw). Bahkan sekalipun sudah mengalami berbagai kemalangan/ kecelakaan toh tetap saja tidak kapok dan terus mengulangi kesalahannya. Dalam tradisi Israel, hal demikian diistilahkan sebagai sikap yang tegar tengkuk.
Dalam kesempatan awal ini, pemimpin/fasilitator PA dapat menggali pendapat dari warga jemaat peserta PA contoh-contoh sifat bebal/tegar tengkuk beserta dengan prakiraan apa yang menjadi penyebab dari ke-tegar-tengkuk-an ini? (Sekedar catatan, pemimpin PA hendaknya dapat luwes dalam menggunakan waktu agar diskusi awal ini berjalan secukupnya dan tidak berlarut-larut agar kemudian dapat dibawa kepada materi PA kali ini)
Pengantar dan Penjelasan Injil Yohanes :
- Injil Yohanes adalah Injil dengan gaya penulisan yang berbeda dengan ketiga Injil yang lain yaitu Matius, Markus dan Lukas yang lazim disebut Injil Sinoptik. Jika Injil Sinoptik cenderung dituliskan lebih pada penekanan secara kronologis, maka Injil Yohanes melewati semuanya itu dan lebih menekankan pada sisi tematisnya. Penulis Injil Yohanes menekankan pada tujuh tanda mukjizat dan tujuh metafora tentang siapa Yesus itu. Kisah serba tujuh itu dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.
- Tujuh tanda mujizat: (1) mengubah air menjadi anggur, (2) penyembuhan putra perwira, (3) penyembuhan si lumpuh di hari Sabat, (4) memberi makan 5000 orang, (5) berjalan di atas air, (6) penyembuhan si buta sejak lahir, dan (7) membangkitkan Lazarus.
- Tujuh metafora ‘’Akulah’’ (1) roti hidup, (2) terang dunia, (3) pintu ke domba-domba, (4) gembala yang baik, (5) kebangkitan dan hidup, (6) jalan dan kebenaran dan hidup, dan (7) pokok anggur yang benar.
- Injil Yohanes juga khas dengan pola dialogis yang menempatkan Yesus pada satu sisi dan pihak lain (bisa para murid, orang Farisi, dan orang-orang lainnya). Pola ini sesuai dengan latar belakang konteks penulisan Injil Yohanes pada sekitar tahun 90 M dimana Kekristenan sudah mulai dikenal dan mulai mengalami pertentangan dengan pihak-pihak luar. Injil Yohanes dihadirkan dengan semangat untuk menjawab hal-hal semacam itu.
- Sejumlah penafsir sepakat menempatkan perikop bacaan materi PA kali ini, Yohanes 8:12-20 yaitu tentang Yesus Sang Terang Dunia berkait dengan kisah tanda mujizat penyembuhan si buta sejak lahir (Yohanes 9). Yang dikecam bukan kebutaan fisik namun kebutaan batin yang mengakibatkan manusia tidak mampu mengenali Sang Terang sejati yang telah datang (bdk. Yoh 1:9-11).
- Tinjauan Teks Yohanes 8 : 12 – 20
- (12) Merupakan kalimat proklamasi Yesus yang sedang mempertahankan kebenaran pemberitaan-Nya. Kedatangan-Nya ke dunia untuk meolong manusia agar mampu melihat siapa Allah sebenarnya dan menunjukkan bahwa Allah ingin memberikan hidup baru kepada mereka.
- (13) Sanggahan dari kaum Farisi terhadap pernyataan Yesus. Peletakan tema Yesus Terang Dunia yang berada setelah kisah perempuan yang kedapatan berzinah (Yoh 8:1-11) semakin memperkuat posisi yang berhadap-hadapan antara Yesus dengan golongan Farisi dan ahli Taurat.
- (14-18) Sebagai uraian panjang jawaban Yesus terhadap sanggahan dari kaum Farisi. Uraian tersebut meliputi tentang : (1) perbedaan kualitas pemahaman tentang asal usul dan tujuan Yesus, (2) pola penghakiman Yesus versus pola manusia, dan (3) legitimasi kesaksian Yesus berdasar hukum Taurat.
- (19-20) ‘’Di manakah Bapa-Mu?’’ menjadi penutup kisah betapa parahnya kebutaan batin orang Farisi yang sukar menerima pengajaran Yesus.
Refleksi PA dan Relevansi Masa Kini :
- Tahun 2020 yang kemarin sudah kita lalui diwarnai dengan pandemi global Covid-19, dan masih sangat memungkinkan masih terus terjadi di tahun 2021 ini. Berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan (preventif-kuratif) terus dilakukan oleh pihak terkait yang beberapa diantaranya berupa himbauan : Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS), penggunaan masker dan menjaga jarak aman (physical distancing). Namun masih juga ditemukan berbagai tindakan yang cenderung abai/menyepelekan himbauan-himbauan tersebut. Berbagai dalih dapat dikemukakan mulai dari penggunaan definisi iman sebagai tameng pelindung dan pengembangan isu-isu konspirasi tentang Covid-19. Tindakan pengabaian itu dapat disejajarkan dengan sifat bebal/tegar tengkuk/ngeyelan seperti diskusi di awal tadi. Sebagaimana juga kisah dalam bacaan PA kita tadi tentang watak Farisi yang mengalami “kebutaan batin”. Apakah memang demikian watak manusia yang sukar untuk sadar sebelum mengalami sendiri kemalangan tersebut? Tidak bisakah orang belajar antisipatif? Diskusikanlah!
- Bacalah Yohanes 3:19-21. Berdasarkan tema tentang memilih antara terang atau gelap, marilah kita menempatkan diri sebagai pemberita kebenaran dengan menyatakan bahwa yang salah itu salah dan yang benar itu benar. Tidak ada ruang abu-abu/ambigu/bersifat relatif dalam hal ini. Kita diajak bersama Yesus Sang Terang Dunia untuk juga menjadi agen-agen pembawa terang. Semua itu diawali dengan membangun kesadaran bahwa kita ini selalu memerlukan kasih karunia Allah yang menyelamatkan kehidupan. Kerapuhan kita (baca kebebalan/ke-ngeyel-an kita) bukanlah menjadi alasan untuk tetap berkutat dalam gelap. Diskusikanlah langkah-langkah kesadaran / pertobatan yang bagaimanakah supaya kita dapat senantiasa hidup dan berjalan di dalam terang kasih karunia Allah!
Selamat ber-PA. Tuhan menyertai kita. (ads)
Kusongsong bagaimana, ya Yesus, datang-Mu?
Engkau Terang buana, Kau Surya hidupku!
Kiranya Kau sendiri Penyuluh jalanku,
supaya kuyakini tujuan janji-Mu.
(KJ. 85:1)