Pemahaman Alkitab Juni 2025

1 May 2025

Pemahaman Alkitab (PA) Juni 2025 (I)
Bulan Kespel

Bacaan: Bilangan 24 : 1 – 14
Tema Liturgis: Generasi GKJW Bersaksi dan Beraksi
Tema PA: Berani Jujur itu Baik!

Pengantar:
Mohammad Hatta pernah mengatakan, “Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur sulit diperbaiki.” Ungkapan dari Hatta ini menunjukkan bahwa kejujuran adalah suatu hal yang penting. Tentunya Hatta mengatakan ini dengan tujuan mengajak semua rakyat Indonesia menjadi pribadi yang jujur, karena dengan kejujuran banyak kekurangan yang dapat diperbaiki. Pada masa saat ini menjadi pribadi yang jujur bukanlah perkara yang mudah. Kecurangan sudah merasuki berbagai aspek kehidupan manusia, membuat orang yang jujur justru mendapat banyak tekanan dan tentangan dari pihak-pihak yang tidak ingin kecurangannya terbongkar.

Kata jujur sendiri dapat diartikan lurus hati atau berkata apa adanya. Pengertian ini mengandung makna bahwa orang yang jujur akan bertindak dan berkata sesuai dengan apa yang terjadi. Apa yang baik akan disebutkan sebagai kebaikan sebaliknya apa yang tidak baik akan tetap disebutkan tidak baik tanpa ada yang ditutupi atau ditambahkan. Oleh karena itu, menjadi pribadi yang jujur tentu akan mengalami banyak tantangan apabila berada di antara orang-orang yang tidak jujur. Meskipun banyak tantangan untuk menjadi pribadi yang jujur tetapi bukan berarti membuat kita dapat membela diri dengan melakukan perbuatan yang tidak jujur. Jujur tetaplah menjadi panggilan setiap orang apalagi dengan tujuan agar kebaikan dan kebenaran dapat terwujud dalam kehidupan manusia.

Penjelasan Teks:
Bacaan kita saat ini mengisahkan tentang Bileam, seorang yang diutus oleh Balak raja Moab untuk mengutuk bangsa Israel. Bermula dari sinilah kisah antara Balak dan Bileam ini menjadi menarik karena Bileam yang diminta untuk mengutuk bangsa Israel namun justru memberkati bangsa Israel. Kisah Balak dan Bileam ini memang dituliskan hanya dalam Bilangan 22 – 24 saja, jadi tidak banyak kisah yang mendukung untuk menggambarkan relasi kehidupan mereka. Pada intinya Bileam yang seharusnya menuruti perintah sang raja Moab, yaitu Balak namun justru memberontak karena ia menyadari bahwa kehendak Balak tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Perikop kita saat ini Bilangan 24 : 1 – 14 merupakan bagian akhri dari kisah Balak dan Bileam dengan perseteruan mereka. Dalam perikop ini digambarkan alasan mengapa kemudian Bileam menolak untuk mengutuk bangsa Israel dan lebih memilih memberkati mereka. Pilihan Bileam untuk melawan perintah Balak bukanlah pilihan yang mudah karena Balak sang raja pasti akan marah dan bisa saja menjatuhkan hukuman yang berat baginya. Namun hal ini tidak membuat Bileam gentar dan dengan tegas tetap melawan peintah Balak apapun resiko yang mungkin akan ia hadapi. Tindakan ini pasti didasari dengan alasan yang kuat, karena tanpa alasan yang kuat rasanya sulit bagi Bileam untuk berani bertindak dengan resiko yang sangat besar.

Alasan yang mendasari sikapnya ini terungkap melalui ayat 1, yaitu “Ketika dilihat Bileam, bahwa baik di mata TUHAN untuk memberkati Israel, ia tidak mencarikan pertanda lagi seperti yang sudah-sudah, tetapi ia menghadapkan mukanya ke arah padang gurun.” Tuhanlah yang menjadi satu-satunya alasan bagi Bileam sehingga berani mengambil sikap bertentangan dengan perintah Balak. Mengikuti kehendak Allah nampaknya jauh lebih penting bagi Bileam dibandingkan mengikuti kehendak Balak. Padahal Bileam bukan dari golongon umat pilihan Allah. Dari sini kita juga dapat mengerti bahwa Allah sebenarnya menyatakan Diri-Nya dan Kebenaran-Nya bukan hanya kepada umat Israel saja tetapi juga kepada setiap orang yang mau percaya kepada Allah.

Keyakinan Bileam kepada Allah yang begitu kuat juga ditunjukkan di ayat 13: “Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup melanggar titah TUHAN dengan berbuat baik atau jahat atas kemauanku sendiri; apa yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kukatakan.” Jelas sekali bahwa Bileam menaruh keyakinannya seutuhnya hanya kepada Allah tanpa ada keraguan apapun, termasuk dengan godaan duniawi yang mungkin bisa ia dapatkan. Bileam menjadi teladan bagi banyak orang tentang ketegasan dan keberanian mengatakan yang baik dan benar secara jujur dengan penuh keyakinan, tanpa keraguan. Keyakinan tersebut tentu dapat diperoleh apabila kita percaya bahwa Allah yang Maha Kasih senantiasa menyertai dan memberkati setiap orang yang berjalan sesuai kehendak-Nya.

Relevansi:
Hatta sebagai tokoh besar bangsa ini sudah menyampaikan betapa berharganya kejujuran dalam kehidupan manusia, termasuk juga melalui kisah Bileam saat ini yang mengajarkan kita untuk tetap berani bertindak secara jujur menyampaikan kebenaran. Karena dalam realita kehidupan saat ini memang tidaklah mudah untuk bersikap jujur, apalagi ketika budaya tidak jujur sudah berkembang pesat dalam kehidupan masyarakat. Namun, kiranya kita sebagai orang percaya mampu meneladani apa yang telah dilakukan oleh Bileam. Ia berani bersikap jujur menyampaikan kehendak Tuhan meskipun harus bertentangan dengan kehendak Balak sang raja.

Pertanyaan Untuk Didiskusikan:

  1. Apa yang mendasari Bileam berani melawan perintah Balak dan memilih untuk memberkati Bangsa Israel?
  2. Pernahkah anda diperhadapkan dalam situasi sulit untuk berkata jujur, baik dalam hidup sehari-hari atau dalam pekerjaan? Lalu apa yang anda lakukan dan apa alasannya? [Kuh.C].

Pemahaman Alkitab (PA) Juni 2025 (II)
Bulan Kespel

Bacaan: Galatia 6 : 7 – 10
Tema Liturgis: Generasi GKJW Bersaksi dan Beraksi
Tema PA: Menabur dan Menuai

Pengantar:
Perkembangan teknologi khususnya media sosial pada zaman sekarang ini semakin maju. Perkembangan ini juga membawa berbagai dampak dalam kehidupan manusia, baik positif maupun negatif. Setiap orang juga tidak dapat menolak perkembangan teknologi ini, karena jika kita menolak maka kita akan ditinggalkan. Dengan adanya perkembangan teknologi khususnya media sosial yang semakin maju juga dapat membuat komunikasi antar sesama manusia semakin mudah. Jarak tidak lagi menjadi kendala dalam berkomunikasi. Namun demikian perkembangan teknologi informasi juga membawa dampak negatif bagi orang-orang yang belum siap dengan perkembangan ini. Ada beberapa orang yang harus berurusan dengan pihak berwajib karena komentar atau postingannya di media sosial yang merugikan pihak lain. Inilah contoh ketidaksiapan seseorang dengan adanya perkembangan teknologi informasi. Ia tidak sadar bahwa yang ia lakukan dapat berdampak buruk terhadap dirinya. Kadang orang merasa bahwa apa yang ia lakukan tidak akan menimbulkan konsekuensi yang harus ia pertanggungjawabkan.

Padahal dalam kehidupan nyata sehari-hari kita sudah diajarkan untuk selalu menjaga perilaku dan tutur kata karena semua yang kita lakukan akan ada dampak dan konsekuensinya. Di media sosial seringkali orang menggunakan akun palsu sehingga ia merasa bahwa meskipun berkomentar jelek, maka ia tidak harus menanggung konsekuensinya. Namun ternyata dengan perkembangan teknologi meskipun orang menggunakan akun palsu, tetap saja dapat diketahui siapa sebenarnya pemilik akun tersebut. Pada intinya baik di dunia nyata maupun dunia maya semua orang tetap harus berani mempertanggungjawabkan setiap tindakan atau tutur katanya. Apabila kita menabur kebaikan maka kita akan menuai kebaikan, sebaliknya jika kita menabur keburukan bahkan kejahatan maka kitapun harus mempertanggungjawabkan semuanya. Maka sangat penting bagi setiap orang untuk memiliki kesadaran dalam setiap tindakannya.

Penjelasan Teks:
Bacaan kita saat ini merupakan surat yang ditulis Paulus untuk menguatkan iman pengikut Kristus di daerah Galatia, melawan ajaran-ajaran sesat yang berkembang disana. Para pengikut Kristus di Galatia didominasi orang-orang non Yahudi. Iman mereka diguncang dengan pemahaman bahwa untuk mendapatkan keselamatan mereka harus mengikuti hukum Yahudi. Hal ini membuat mereka yang berasal dari latar belakang non-Yahudi mengalami guncangan karena merasa masih belum layak untuk mendapat keselamatan. Oleh karena itu, Paulus mengirim suratnya ke Galatia bertujuan untuk kembali memantapkan iman para pengikut Kristus. Paulus berusaha menjelaskan kepada mereka bahwa keselamatan tidak semata hanya mengikuti hukum Yahudi, tetapi karena keyakinan dan kepercayaan kepada Kristus yang telah menebus dosa melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.

Dalam Galatia 6 : 7 – 10, Paulus berusaha menguatkan iman para pengikut Kristus di Galatia dengan perumpamaan hukum tabur tuai. Siapa yang menabur kebaikan akan menuai kebaikan begitu juga sebaliknya. Paulus berusaha melawan anggapan orang Yahudi bahwa keselamatan hanya untuk mereka saja, yaitu orang Yahudi. Paulus ingin menegaskan bahwa siapa yang melakukan kebaikan dan percaya kepada Kristus, maka dia juga akan mendapatkan keselamatan. Ucapan Paulus ini bertujuan untuk menguatkan hati pengikut Kristus di Galatia agar tetap melakukan kebaikan dalam hidupnya meskipun berada di bawah tekanan. Paulus menegaskan perkataannya ini dengan menyampaikan seperti pada ayat 7: “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Kalimat, “Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan” menunjukkan bahwa Allah tidak bisa dikelabui hanya dengan kepura-puraan manusia melakukan hukum Yahudi, padahal apa yang ada di dalam hatinya tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Oleh karena itu, Paulus juga menggunakan ungkapan siapa yang menabur dalam daging akan menuai kebinasaan, sementara mereka yang menabur dalam Roh akan menuai kehidupan kekal (Ay. 8). Ungkapan ini menegaskan bahwa ketika hanya memperhatikan hukum dan tradisi Yahudi tanpa memperhatikan kehendak Allah dan percaya kepada Kristus, maka sama saja seperti menabur dalam daging saja, yang akhirnya justru membawa kepada kebinasaan. Paulus juga berpesan bahwa perbuatan baik harus dilakukan kepada semua orang, terutama kepada saudara-saudara seiman terlebih dahulu (Ay. 10). Pesan ini bermakna bahwa perbuatan baik harus dimulai dari lingkungan terkecil dan kepada orang-orang terdekat terlebih dahulu. Tujuan Paulus meminta orang Galatia untuk melakukan perbuatan baik dimulai dari saudara-saudara seiman terlebih dahulu agar persekutuan mereka menjadi persekutuan yang solid terlebih dahulu. Setelah itu, barulah kemudian dapat melakukan perbuatan baik kepada orang-orang lain dalam lingkungan yang lebih luas.

Relevansi:
Hukum tabur tuai memang terus berlaku dalam kehidupan kita, apalagi dengan perkembangan media sosial saat ini membuat manusia juga harus siap dengan segala konsukensinya. Kasus-kasus hukum di media sosial banyak terjadi karena ketidaksadaran seseorang akan konsekuensi dari sikap dan perbuatannya. Termasuk kita semua sebagai pengikut Kristus juga perlu sungguh-sungguh memahami bahwa apa yang kita tabur baik di kehidupan dunia nyata maupun dunia maya selalu ada konsekuensinya. Maka saat ini menjadi penting bagi kita semua untuk sadar dan menata setiap tingkah laku dan tutur kata kita seperti apa yang telah disampaikan oleh Paulus, yaitu apabila kita menabur dalam Roh maka kita akan menuai kehidupan kekal, sehingga bukan hanya hal duniawi saja yang kita pikirkan tetapi juga kehendak Allah yang harus kita nyatakan dalam kehidupan sehari-hari.

Pertanyaan Untuk Didiskusikan:

  1. Mengapa Paulus mengajak para pengikut Kristus di Galatia untuk melakukan perbuatan baik terutama dimulai dari saudara-saudara seiman terlebih dahulu?
  2. Apakah wujud nyata perbuatan baik yang akan anda tabur dalam kehidupan, baik di dunia nyata atau dunia maya? [Kuh.C]

Renungan Harian

Renungan Harian Anak