Pemahaman Alkitab Juli 2020 (I)
Bulan Keluarga
Bacaan : Kejadian 33 : 1 – 17
Tema Liturgis : Keluarga yang Lestari dan Ikut Serta dalam Karya Tuhan Allah
Tema PA : Lupakan Dendam dan Sakit Hati, Demi Keutuhan Keluarga
Penjelasan Teks :
Begitu Esau melihat Yakub, ia segera berlari mendapatkan Yakub saudaranya, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia (Ay. 4). Cerita ini melambangkan kasih dan pengampunan Allah yang terpancar melalui Esau kepada Yakub. Jelaslah bahwa kejadian sudah lewat dua puluh tahun dan Esau sungguh telah menghapus penipuan yang dilakukan Yakub terhadap dia dari pikirannya. Karena itu, begitu ia tahu bahwa adiknya yang sudah berpisah dua puluh tahun akan kembali, ia segera membawa empat ratus orang maju untuk menyambutnya, tetapi hal ini menimbulkan kecemasan di hati Yakub, apakah Esau datang dengan empat ratus orang untuk membalas dendam?
Pada saat sisi Yakub yang lama muncul, ia segera mengatur strategi agar keluarganya terhindar dari pemusnahan. Ayat 2 dan 3 menyebutkan, “Ia menempatkan budak-budak perempuan itu beserta anak-anak mereka di muka, Lea beserta anak-anaknya di belakang mereka, dan Rahel beserta Yusuf di belakang sekali. Dan ia sendiri berjalan di depan mereka.” Dan Yakub menyuruh utusannya berjalan lebih dahulu untuk memberikan kumpulan lembu sapi, keledai, kambing domba, unta dan lain-lain, sebagai hadiah darinya untuk melunakkan kebencian kakaknya dulu.
Tapi adegan saat pertemuan saudara ini sungguh diluar dugaan Yakub. “Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka”. Semua yang direncanakan Yakub menjadi sia-sia dan semua yang ditakutkan sebelumnya juga percuma dan tidak perlu ada. Ini semua karena ketakutan dan kesesakan hati Yakub sebelumnya (Kej. 32:7), sekarang terbukti semua itu tidak berguna. Mengalami situasi seperti ini membuat Yakub tidak dapat menahan diri lalu berpelukan dengan kakaknya dalam tangisan. Tangisan Esau, mungkin karena teringat rencana jahatnya terhadap saudara, karena malu maka menangis; sedangkan tangisan Yakub, pasti karena sangat gembira, karena ia sama sekali tidak menduga Allah sedemikian rupa membuat Esau berubah.
Pada dasarnya Yakub adalah orang yang selalu mempunyai cara (bisa dikatakan licik), orang yang tidak mudah meneteskan air mata. Tidak ada catatan tentang air matanya dengan semua yang dialaminya di rumah Laban selama 20 tahun. Sekarang ia melihat kakaknya dan menangis, hal ini menunjukkan bahwa pengalaman di Pniel telah mengubah Yakub menjadi seorang yang lembut. Ia sadar bahwa dirinya hanyalah seorang manusia biasa. Secara khusus, malaikat Tuhan hanya menyentuh pahanya, semua kekuatannya telah hilang.
Yakub dengan cara yang sangat merendahkan diri bertemu dengan kakaknya. Dan ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu (ayat 3). Hal ini menunjukkan bahwa perilakunya ini telah menyentuh hati Esau, membuat Esau melihat dia yang selama ini adalah seorang adik yang berhasrat besar untuk menang, dalam segala hal ingin melebihi orang lain dan licik, tiba-tiba berubah menjadi seorang yang begitu rendah hati. Hal ini membuat Esau tersentuh, bahkan ia yang tadinya masih menyimpan sisa kebencian itu pun benar-benar terhapus bersih semua. Hal ini menunjukkan perubahan Esau, karena Yakub sendiri telah berubah terlebih dahulu (Ay. 2-3). Jelaslah bahwa apabila seseorang ingin mengatasi kebencian, mengubah lawan, pertama-tama ia harus mengubah diri sendiri dan melembutkan dirinya sendiri.
Kata Esau, “Aku mempunyai banyak, adikku; peganglah apa yang ada padamu.” (Ay. 9). Ini adalah perkataan yang sangat menyentuh hati, perkataan yang penuh kelembutan dan kasih yang tidak terkatakan dan didengarkan lebih dari dua puluh tahun. Atau juga karena belenggu hati dan kebencian Esau telah sirna dan lenyap seketika. Perkataan yang membawa dampak bersatunya kembali keluarga yang telah dipisahkan oleh permusuhan selama itu. Bersatunya kembali keluarga itu juga merupakan wujud keluarga yang lestari dan ikut serta dalam karya Tuhan Allah bagi umat manusia. (diambil dari http://gkwi.org/multimedia-archive/kasih-persaudaraan-kej-331-20/ pada Kamis, 16 Januari 2020 jam 13)
Pergumulan Masa Kini:
Ada sebagian dari kita yang mungkin mengalami depresi, sedih, ragu, kuatir, dan takut. Hal tersebut terjadi karena kita kurang mengenal Tuhan yang setia. Keluarga-keluarga Kristen jaman sekarang tampak lebih mudah menyerah dengan tantangan-tantangan jaman sehingga mengambil jalan pintas untuk berpisah selamanya. Padahal saat menerima pemberkatan perkawinan di gereja, mereka telah berjanji kepada Tuhan dan mengamini firman Tuhan bahwa apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia (Markus 10:9). Artinya, Tuhan menghendaki pasangan suami istri yang telah dipersatukan-Nya dalam sebuah keluarga senantiasa berusaha untuk mempertahankan keutuhan keluarga sampai selamanya. Itulah yang dimaksud keluarga yang lestari dan ikut serta dalam karya Tuhan Allah.
Kita dapat menemukan tantangan-tantangan jaman yang sering mengakibatkan keluarga-keluarga Kristen tidak mampu lestari apalagi ikut serta dalam karya Tuhan Allah. Tantangan tersebut antara lain: perselingkuhan, pengkhianatan, ekonomi yang buruk, pekerjaan yang tidak mampu mencukupi kebutuhan dan keinginan pasangan, bahkan masa lalu persaudaraan yang tidak beres, seperti yang dialami Yakub dan Esau dalam bacaan di atas. Apakah tantangan-tantangan tersebut sungguh tidak dapat di atasi, sehingga harus menyerah dengan perpisahan?
Yakub dan Esau membuktikan bahwa mereka mampu mengatasi tantangan tersebut, sekalipun tidak diceritakan bagian akhir dari persaudaraan Yakub dan Esau tersebut. Mereka mampu mengatasi tantangan tersebut dengan sikap berani menghadapi diri mereka sendiri terlebih dulu. Yakub dengan caranya, demikian Esau dengan hati yang tidak menyimpan dendam puluhan tahun kepada Yakub, sekalipun mungkin menyakitkan bagi Esau, saat Yakub mengkhianatinya saat merebut hak dan berkat kesulungan yang seharusnya diterimanya.
Bahan Diskusi :
- Sebutkan sebanyak mungkin apakah yang menyebabkan seseorang tidak mudah melupakan dendam dan sakit hatinya kepada saudara, pasangan, atau keluarganya?
- Faktor-faktor apa sajakah yang bisa membuat sesorang mampu melupakan dendam dan sakit hati tersebut di atas?
- Bagaimana rasanya, saat kita melihat banyak keluarga Kristen memilih bercerai daripada menjaga keutuhan keluarganya?
Penutup
Sekalipun saat ini perceraian yang terjadi dalam keluarga-keluarga Kristen, seakan-akan sudah dianggap hal biasa, mari kita melihat keutuhan keluarga kita bukan sekedar ajaran yang diwariskan gereja jaman dulu. Mari kita sadari bahwa keutuhan keluarga merupakan bagian kebahagiaan dalam Kerajaan Surga yang nyata dalam dunia ini. Panggilan ikut serta dalam karya Tuhan Allah di dunia akan semakin nyata dalam keluarga-keluarga Kristen yang mampu menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah. Tanda-tanda tersebut adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, pengampunan, kebenaran dan keadilan Allah, dimana tidak akan ada kertak gigi dan ratap tangis, dalam kehidupan keluarga mereka sehari-hari. (tes)
Pemahaman Alkitab Juli 2020 (II)
Bulan Keluarga
Bacaan : Yakobus 3 : 13 – 18
Tema Liturgis : Keluarga yang Lestari dan Ikut Serta dalam Karya Tuhan Allah.
Tema PA : Bijaklah Bertindak!
Penjelasan Teks
Ayat 13:
Yakobus mengawali bagian ini dengan pertanyaan retorika mengenai siapa yang berhikmat (bijak) dan berpengertian (LAI: “bijak dan berbudi”). Istilah “bijak/berhikmat” (σοφός) dapat berhubungan langsung dengan guru (guru “yang bijaksana” adalah rabi) tetapi istilah “berpengertian” (ἐπιστήμων) bisa merujuk kepada siapa pun yang mengaku memiliki pengetahuan dan pemahaman esoterik (= pengetahuan yang hanya diketahui dan dipahami oleh beberapa orang tertentu saja). Kombinasi dari kedua istilah dalam ayat ini kemungkinan dipengaruhi oleh LXX, yakni istilah-istilah yang dekat dengan sinonim catatan Ulangan (1:13, 15; 4:6; dan 5:12). Dalam Ulangan 1:13, 15; 4:6, kombinasi mengacu kepada pemimpin-pemimpin, karena itu ada yang menafsirkan bahwa hal ini ditujukan kepada para pemimpin, tetapi referensi umum kitab Ulangan adalah umat Israel secara luas. Dengan demikian, gambaran”hikmat dan berpengertian” secara khusus berlaku bagi guru-guru atau para pemimpin, tetapi secara umum mencakup semua orang dalam komunitas tersebut.
Menurut para ahli, alasan bagian ini ditulis karena adanya beberapa orang pemimpin gadungan yang berpikir bahwa mereka diberikan hikmat dan memiliki pengertian yang lebih. Namun pengajaran dan perkataan (lidah) mereka justru menghasilkan perpecahan dalam gereja. Sehingga Yakobus mengajukan sebuah pertanyaan, “Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi?” Pertanyaan ini adalah sebuah tantangan bagi sebagian orang yang merasa bijak dan berpengertian untuk mendemonstrasikan hal tersebut dalam bentuk perbuatan yang nyata. “Let him show it by his good life”.
Yakobus mendorong orang bijak untuk menunjukkan dengan perbuatan bahwa mereka telah menerima karunia kebijaksanaan. Mereka yang berhikmat dan bijak tersebut dinasihati untuk menunjukkannya dalam perkataan dan perbuatan bahwa mereka memang bijaksana. Yakobus menggunakan kata kerja imperatif (δείκνυμι – deiknumi) yang secara literal berarti “As drawing attention to something point out, show, cause to see”. Supaya mereka yang bijak dan berpengertian menegaskan hal tersebut melalui perilaku hidup mereka sehari-hari.
Penekanan dalam ayat ini berada pada karakteristik kebijaksanaan yang digambarkan sebagai kebijakan yang lemah lembut. Kelemahlembutan di sini dipahami sebagai kerendahan hati sebagai kontras dari arogansi memiliki hikmat dan pengetahuan. Kata lemah lembut yang digunakan oleh Yakobus, selain pada ayat ini, disebutkan juga dalam Yakobus 1:21, “terimalah dengan lemah lembut firman…” Lemah lembut adalah suatu sikap, yang disebutkan sebagai salah satu ucapan bahagia, menerima dengan rendah hati. Menerima firman dengan lemah lembut berarti mau memberi diri untuk berubah seturut apa yang dikatakan oleh firman Tuhan. Sehingga dengan menyatakan hikmat dan pengertian dalam perbuatan yang lemah lembut dan kerendahan hati yang nyata akan menyatakan siapa saja sebenarnya orang-orang yang berhikmat dan berpengertian sejati.
Ayat 14:
Kontras dari kelemahlembutan yang dikendalikan oleh hikmat adalah hati yang penuh dengan “iri hati dan… mementingkan diri sendiri”. Jadi sebelum menyebutkan secara eksplisit adanya 2 jenis hikmat, Yakobus sendiri sudah menyatakan secara implisit bahwa iri hati dan mementingkan diri sendiri adalah buah perbuatan daging. Sementara kelemahlembutan adalah buah dari hikmat yang dari atas. Yakobus mengetahui bahwa di antara anggota gereja terdapat beberapa orang yang hidup dalam kepahitan, iri hati dan mementingkan diri sendiri.
Pada waktu hati manusia (pusat kehendak dan emosi) dikuasai oleh iri hati, maka persaingan yang destruktif dan jerat dosa mengingini milik orang lain tidak dapat dihindari. Iri hati berfokus pada harta orang lain, keinginan untuk meniru dan melebihi yang lain, bahkan jika mungkin mencuri dari orang tersebut. Sikap yang jahat ini akan menghancurkan hubungan dalam gereja, hubungan antar manusia, dan hubungan manusia dengan Allah. Yakobus menggunakan bentuk jamak “kamu” dan menunjukkan perbuatan mereka telah memanifestasikan ciri-ciri tersebut perbuatan daging. Disinilah Yakobus mengingatkan bahwa hal-hal tersebut akan membawa dampak yang negatif dan destruktif.
Apabila sikap yang destruktif ini hadir di hati para pembacanya, Yakobus menyuruh mereka berhenti membanggakan diri. Jika tidak mereka akan menyangkal kebenaran yang mereka imani. Sekarang para pendengarnya harus menjernihkan pikiran dan hati mereka untuk berhenti bersikap yang salah dan berhenti meninggikan diri dengan klaim-klaim yang membesarkan diri sendiri. Semua pernyataan-pernyataan meninggikan diri tersebut hanyalah kebohongan dan pelanggaran terhadap kebenaran.
Semua sikap hidup yang sungguh-sungguh berasal dari Tuhan atau buah yang benar dari pengenalan akan Allah, menampilkan kehidupan yang rendah hati, mengosongkan diri dan tidak membesar-besarkan diri. Iri hati adalah dosa yang melibatkan perampasan “pengetahuan baik dan jahat” milik Allah seperti yang disebutkan oleh Yakobus dalam Yak. 2:1-4, di mana sikap memandang muka adalah buah dari pikiran jahat. Ketika mereka melakukan pembedaan dengan memandang muka, maka pada waktu itu mereka telah menjadikan diri mereka sendiri hakim yang berhak menilai orang lain.
Ayat 15:
Istilah hikmat dari atas jelas mengacu pada hikmat dari Bapa, seperti yang telah disebutkan Yakobus dalam 1:17. Namun penjelasan Yakobus dalam ayat sebelumnya adalah ciri dari hikmat yang bukan dari atas. Yakobus dengan tegas menyebutnya sebagai hikmat yang berasal dari dunia, nafsu manusia dan dari setan. Hikmat dari atas, sudah pasti, bukanlah hikmat manusia, melainkan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia. Seperti yang sudah dijelaskan, hikmat tersebut diperoleh dengan memintanya kepada Tuhan dengan iman dan bukan dalam kebimbangan (1:6). Yakobus ingin menunjukkan kepada jemaat bahwa hikmat yang dipamerkan oleh orang-orang yang merasa berhikmat tidak ada hubungannya hikmat Allah. Sebab hikmat yang menghasilkan iri hati dan keberpihakan (memandang muka dan status sosial) adalah hikmat yang mempunyai sumber berbeda, yakni dari setan.
Istilah δαιμονιώδης (daimoniodes) yang berarti “demonic” hanya ditemukan di sini dalam seluruh PB. Beberapa ahli menafsirkan bahwa Yakobus menyatakan perilaku yang dijelaskan dalam 3:14 hanya “mirip” dengan perilaku setan. Kelakuan buruk dari orang-orang yang sedang diserang oleh Yakobus dibandingkan dengan perbuatan setan (2:19). Tetapi sebagian ahli berpendapat bahwa perilaku orang-orang yang bersangkutan dianggap sebagai pengaruh “hasutan” setan. Sebab pengaruh kekuatan si jahat dalam Perjanjian Baru berkaitan dengan pemikiran dan tindakkan yang menentang Allah (2 Tes. 2:9; 1 Tim. 4:1; Why. 6:13-1). Salah satu contoh konretnya adalah lidah, menurut Yak. 3:6, lidah adalah anggota tubuh yang sulit dijinakkan dan berasal dari daerah setan; “dinyalakan oleh api neraka.” Sepertinya bagian ini berhubungan erat dengan akibat-akibat negatif yang disebabkan oleh lidah.
Ayat 16:
Bagian ini seperti mengulang apa yang sudah disebutkan sebelumnya, sehingga ayat ini mempunyai hubungan yang dekat dengan ay. 14-15. Iri hati (ζῆλος) dan mementingkan diri sendiri (ἐριθεία) disebutkan dalam ay. 14 sebagai karakteristik orang-orang yang mengklaim memiliki “hikmat”. Kemudian Yakobus lebih lanjut menyebut bahwa hikmat tersebut adalah hikmat yang palsu dan digambarkan sebagai non heavenly, unspiritual, dan ungodly. Di ayat 16 ini Yakobus menunjukkan bahwa hasil dari perbuatan yang seperti ini tidak menghasilkan apa-apa bagi tubuh Kristus, orang-orang percaya. Justru dampaknya kontra-produktif, yakni destruktif dan menghasilkan masalah. Kata “kekacauan” (ἀκαταστασία) dalam bentuk kata benda mengandung makna “kondisi yang rusuh.” Dalam bentuk kata sifat, yang terdapat juga dalam 1:8; 3:8 (ἀκατάστατος), mengadung arti orang yang labil (bimbang) dan tidak mampu menguasai diri dari dosa lidah, yakni orang-orang yang “mendua hati” dan “berlidah ganda.”
Yakobus terbeban dan merindukan kesatuan jemaat, tapi sayangnya dampak dari dosa lidah, nafsu duniawi, sikap yang memandang muka justru menghasilkan perpecahan dan kekacauan dalam jemaat. Dampaknya kehadiran dosa tersebut sangat besar, selain kekacauan dan kontra-produktif, iri hati dan mementingkan diri sendiri menjadi sumber atau stimulan bagi segala macam perbuatan jahat yang mungkin tidak didaftarkan seluruhnya oleh Yakobus. Sebab hal-hal tersebut menjadi pohon kejahatan yang akan menghasilkan berbagai buah-buah kejahatan.
Seperti prinsip yang dipegang oleh Yakobus dalam keseluruhan suratnya ini, “tindakan mencerminkan sikap,” dan ayat ini sebenarnya menyebutkan daftar kejahatan internal. Dari tindakan-tindakan luar akan terdeteksi apa yang ada di dalam. Dengan mengetahui apa yang ada di dalam, maka perbuatan yang akan termanifestasi dapat diprediksi. Jadi sangat jelas, semua “hikmat” yang menghasilkan perpecahan, kekacauan dan berbagai kejahatan merupakan hikmat yang berasal dari dunia dan tidak boleh hadir dalam gereja. Manajemen gereja yang dipimpin oleh hikmat duniawi akan menggiring gereja menuju kehancuran dan hanya menghasilkan kejahatan. Di sinilah Yakobus menekankan signifikansi pentingnya hikmat yang dari atas bagi gereja dan membuang hikmat palsu yang “menghancurkan” gereja.
Ayat 17:
Pada waktu hikmat yang dari atas bekerja dalam kehidupan orang percaya hikmat tersebut akan membuahkan kebajikan yang kait mengait dengan kebajikan-kebajian yang lain. Tanda yang pertama dan utama dari hikmat yang dari atas adalah kemurnian (ἁγνή). Tidak kebetulan Yakobus memulai daftar ciri hikmat yang sejati dengan kemurnian/ kesucian. Ibadah yang murni (1:27) mengandung hikmat yang benar sebagai sumber kemurniannya. Sebab kemurnian tersebut (1:27 – dalam ibadah) adalah buah hikmat surgawi.
Selanjutnya, Yakobus mendaftarkan, manifestasi sikap dan perilaku dari hikmat yang dari atas, yaitu pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Tiga pertama dari sifat-sifat ini adalah istilah yang hanya digunakan oleh Yakobus dalam suratnya. Sifat-sifat ini menggambarkan orang-orang mempunyai status namun yang peduli terhadap orang lain dan yang bersedia untuk tunduk dan belajar dari orang lain. Daftar sikap ini sangat kontras dengan kepahitan, iri hati dan egois serta ambisi untuk menjadi paling rohani. Karakter-karakter yang lain bersamaan dengan instruksi Yakobus sebelum-sebelumnya, tersebar dalam seluruh surat Yakobus, membentuk suatu gambaran yang lebih utuh. Buah-buah yang baik hanya dihasilkan oleh orang-orang yang baik. Tidak memihak dan tidak munafik membentuk suatu prinsip penilaian terhadap orang lain secara baik pula. Dengan demikian jemaat dapat saling membangun tanpa memandang muka dan iman dapat dinyatakan dengan tepat dan baik.
Ayat 18:
Yakobus menyebut orang yang memiliki hikmat surgawi sebagai “pembawa damai.” Dalam dunia pertanian, pembawa damai digambarkan seperti orang yang menaburkan benih-benih kedamaian. Penggunaan kata “menghasilkan” atau “tuaian” dalam hubungan ini adalah gambaran yang mengagumkan dari kesuburan kehidupan yang berhikmat. Bijak atau berhikmat dalam menabur benih perdamaian menghasilkan multiplikasi perbuatan yang benar bagi seluruh anggota gereja. Gereja yang kaya akan misi pendamaian, yakni pelayanan penginjilan, diakonia bagi orang miskin, konseling, hospitality (keramahan) bagi orang asing, menyediakan tempat berteduh bagi yang membutuhkan, mengutus misionaris untuk memberitakan Injil, dll. akan membuat gereja tersebut kaya akan buah-buah kebenaran. (diambil dari http://www.studialkitab.com/2010/05/2-jenis-hikmat-yakobus-313-18.html pada Kamis, 23 Januari 2020 pukul 13.00).
Pergumulan Masa Kini :
Dalam sebuah komunitas manusia yang ada di dunia ini, termasuk keluarga, dapat dipastikan akan selalu timbul persoalan. Persoalan itu sangat tergantung dengan setiap karakter individu yang ada dalam komunitas tersebut. Misalnya, komunitas itu terlihat rukun dan damai karena saat diteliti masing-masing karakter individu dalam komunitas tersebut, tidak senang keributan, lebih senang memaafkan kesalahan orang lain daripada membesar-besarkannya. Atau, komunitas yang nampak ceria dan penuh sukacita, ternyata saat diteliti masing-masing karakter individunya murah senyum, suka membuat canda tawa, tidak senang memikirkan hal-hal yang mengecewakan. Atau, komunitas yang terlihat kehilangan keramahan, tegang dan senang pertengkaran, maka dapat dipastikan karakter masing-masing individu adalah pribadi yang egois, pendendam dan tidak menyenangi pergaulan yang sehat.
Keluarga yang lestari dan ikut serta dalam karya Tuhan Allah termasuk ke dalam komunitas yang masing-masing individunya bijak dalam bertindak. Bagaimana bijak dalam bertindak telah diuraikan dalam penjelasan teks di atas. Oleh karena itu, jika hal-hal yang disampaikan Yakobus di atas dapat dilakukan, maka tidak ada pergumulan keluarga-keluarga jaman sekarang yang tidak dapat diatasi.
Bahan Diskusi:
- Apakah saja penyebab pribadi-pribadi dalam sebuah keluarga tidak dapat bijak dalam bertindak?
- Dapatkah pribadi-pribadi dalam pertanyaan no.1 tersebut di atas berubah menjadi pribadi yang bijak dalam bertindak? Bagaimana caranya?
- Masih adakah pergumulan dalam keluarga yang tidak dapat teratasi dengan sikap hidup bijak dalam bertindak yang diajarkan Tuhan melalui Rasul Yakobus di atas? Sebutkan! (tes)