Pemahaman Alkitab Januari 2022

5 December 2021

Pemahaman Alkitab (PA) Januari 2022 (I)
Bulan Penciptaan

Bacaan: Mazmur 19 : 1 – 15
Tema Litrugis:
Allah Memulihkan dan Memperbarui Ciptaan-Nya
Tema PA:
Allah Sang Penata Kehidupan

Pengantar
Dalam setiap rumah tempat tinggal kita tentulah memiliki benda yang berfungsi sebagai penunjuk waktu yang dinamakan jam. Apakah itu jam yang diletakkan di dinding rumah ataupun yang biasa kita kenakan di pergelangan tangan yang lazim disebut dengan arloji. Bila kita perhatikan lebih mendalam pada benda bernama jam tersebut, maka akan ditemukan begitu banyak komponen-komponen kecil yang tersusun secara rumit, terperinci dan presisi sehingga jam tersebut dapat berdetak dan menunjukkan waktu secara tepat. Hilangnya salah satu komponen mengakibatkan jam/ arloji itu tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Maka dapat dibayangkan betapa hebatnya tukang jam/ arloji yang dapat merangkai komponen-komponan kecil itu sehingga dapat bekerja sebagai sebuah kesatuan benda bernama jam.

Demikianlah pula ketika manusia melihat keberadaan alam semesta yang seakan sudah tertata dengan rapi dan berfungsi sesuai dengan bagiannya masing-masing. Bumi yang berputar pada porosnya, kemudian bulan yang berputar mengelilingi bumi serta bumi bersama planet-planet lain dalam sistem tata surya yang juga berputar mengelilingi matahari dalam lintasannya masing-masing. Tidak terbayangkan dahsyatnya kerusakan jika ada satu planet yang melenceng dari lintasannya dan menghantam planet lain. Disini dipahami seolah-olah ada sosok Ilahi yang digambarkan seperti tukang jam yang pandai menata setiap komponen untuk dapat berfungsi sesuai dengan tugasnya. Dalam disiplin Ilmu Filsafat Ketuhanan, gambar Allah sebagai tukang jam disebut sebagai pemahaman Deisme.

Bersama dengan teks terpilih dari Mazmur 19:1-15, kita akan ber-PA untuk mencoba memahami cara berteologi umat Israel dalam memandang keagungan dan kebesaran Allah dalam menata alam semesta serta menetapkan hukum yang mengatur kehidupan.

Penjelasan Teks
Teks Mazmur 19 ini secara garis besar dikelompokkan sebagai sebuah hymne partisipatif atau Mazmur yang berisi ajakan pujian kepada Allah yang memiliki daya kreatif dan kebenaran. Lebih spesifik lagi penulis Mazmur 19 ini hendak membicarakan tentang pewahyuan Allah mengenai diri-Nya sendiri melalui daya kreasi-Nya saat menciptakan dan menata alam semesta, serta melalui hukum Taurat yang dimaknai sebagai Firman Allah yang tertulis dan mengandung kebenaran yang sejati. Penguraian dari Mazmur 19 adalah sebagai berikut :

  • (Ayat. 2) Pemuatan elemen benda-benda angkasa seperti langit dan cakrawala adalah suatu hal yang wajar dalam tradisi Mazmur yang tujuannya mengundang seluruh ciptaan untuk bersama-sama memuji Allah.
  • (Ayat 3 – 4) Ada sebuah mekanisme alamiah yang kontinyu (ajeg) tentang penyampaian kebesaran dan kemuliaan Allah sekalipun terkadang manusia tidak mampu menyadarinya namun dampaknya nyata.
  • (Ayat 5 – 7) Ritus penyembahan kepada Matahari adalah hal yang banyak dilakukan oleh bangsa-bangsa yang menghuni kawasan Kanaan dan sekitarnya. Oleh pemazmur ritus penyembahan matahari ini dimaknai baru dengan mengarahkannya kepada penyembahan kepada Allah Israel.
  • (Ayat 8 – 10) Klaim dari juru Mazmur bahwa kebesaran Allah juga terwujud dalam hukum Taurat yang mengandung pengajaran tentang kebenaran yang sejati. Bagian ini menjadi titik perubahan dari pembahasan tentang penataan Allah terhadap seluruh alam semesta menjadi penataan terhadap umat Israel pilihan-Nya.
  • (Ayat 11) Selain penyebutan logam-logam mulia, keberadaan madu menjadi penggambaran tentang kekayaan suatu negeri. (bdk. ungkapan ‘’negeri yang berlimpah susu dan madu.’’) Sehingga keberadaan hukum Allah yang menjadi acuan suatu bangsa adalah suatu keuntungan yang besar.
  • (Ayat 12 – 14) Rangkaian permohonan, peringatan, dan ganjaran bagi mereka yang dengan setia memelihara dan melaksanakan hukum Ilahi tersebut. Kesediaan untuk mentaati hukum akan membawa keuntungan besar, sebaliknya jika membangkang akan mengalami ketersesatan dan perlakuan yang tidak menyenangkan.
  • (Ayat 15) Penutup permohonan yang sekali lagi mempersonifikasikan elemen alam ciptaan yaitu ‘’gunung batu’’ sebagai perlambang dari kekuatan dan kemampuan Allah dalam memberikan jaminan keamanan dan perlindungan bagi umat-Nya.

Bahan Diskusi

  1. Teks Mazmur 19 ini lahir di tengah konteks bangsa-bangsa yang menyembah dan menempatkan benda-benda langit sebagai sesembahan mereka. Pada sisi yang berbeda, Bangsa Israel juga menyatakan iman mereka bahwa Tuhan Allah adalah pencipta dari seisi alam semesta. Pertanyaan: Kira-kira tantangan seperti apakah yang harus dihadapi oleh bangsa Israel dan bagaimanakah upaya mengatasinya?
  2. Sebagaimana ilustrasi di awal yang menjelaskan tentang Allah sebagai tukang jam (paham Deisme) terkandung dua arah penafsiran. Yang pertama dapat membantu untuk menggambarkan keagungan Allah Sang Penata Kehidupan. Namun di sisi yang lain paham Deisme ini juga mengandung resiko bahwa seolah-olah Allah hanya ambil bagian dalam penciptaan awal lalu setelah semua berjalan sesuai dengan mekanismenya masing-masing, Dia bersikap pasif dan mundur dari sejarah dunia. Didialogkan dengan Mazmur 19 dalam kacamata umat pilihan, Allah Israel adalah Allah yang menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya. Pertanyaan: Gambar Allah yang bagaimanakah yang anda pahami dan imani?
  3. Dewasa ini banyak berkembang pemahaman dan sikap terhadap hukum atau aturan yang berlaku. Ada yang menggunakan aturan hukum sebagai sarana kekuasaan. Ada yang memahami bahwa hukum itu bagaikan rambu-rambu atau rel yang menjadi panduan berjalan dalam kehidupan. Ada pula yang memahami bahwa hukum itu diciptakan adalah untuk dilanggar. Bahkan ada pula yang memahami bahwa hukum itu seperti kekang yang menjerat sehingga orang seringkali memilih hidup di luar aturan. Pertanyaan: Bagaimanakah sikap kita sebagai orang Kristen terhadap hukum atau aturan yang berlaku? [ADS].

 Selamat ber-PA. Tuhan memberkati.

 —

Pemahaman Alkitab (PA) Januari 2022 (II)
Bulan Penciptaan

Bacaan: Yohanes 1 : 10 – 18
Tema Litrugis:
Allah Memulihkan dan Memperbarui Ciptaan-Nya
Tema PA:
Pengenalan akan Allah

Pengantar
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan pengertian adaptasi sebagai upaya perubahan (fungsi atau struktur) dan penyesuaian diri makhluk hidup agar sesuai atau dapat bertahan dalam kondisi lingkungan yang baru. Pengertian adaptasi ini menghantar kita kepada suatu teori Evolusi yang digagas oleh Charles Darwin dalam bukunya, ‘’On the Origin of Species by Means of Natural Selection’’ (1859) yang menjelaskan adanya proses seleksi alam berupa adaptasi dan kompetisi dikarenakan perebutan sumber daya alam yang terbatas. Dicontohkan karena letak ranting daun yang tinggi, mengakibatkan jerapah beradaptasi dengan lehernya yang panjang, sementara jerapah yang berleher pendek perlahan lahan punah karena tidak dapat bertahan hidup.

Masih dalam tema adaptasi dan evolusi, terdapat juga teori tentang ‘’survival of the fittest’’. Kata ‘’fit’’ yang tercantum di sini bukan merujuk pada pengertian ‘’kuat’’ namun pada pengertian ‘’luwes’’. Sehingga dapat dipahami bahwa proses adaptasi dapat terjadi hanya pada makhluk hidup yang memiliki daya keluwesan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan. Direfleksikan dalam tata kehidupan manusia, sikap adaptif yang bagaimanakah yang diperlukan agar manusia dapat terus belajar hal-hal baru dalam kehidupannya? Keluwesan yang seperti apa yang dibutuhkan agar manusia memperoleh pengetahuan untuk mempertahankan kehidupan?

Ditinjau dari sudut iman Kristiani yang memiliki akar kesejarahan dengan umat Israel, Tuhan Allah yang disembah adalah Allah yang menyejarah dalam kehidupan manusia. Ehyeh Asyer Ehyeh (Aku adalah Aku) sebagaimana yang diungkapkan dalam Keluaran 3:14 adalah pernyataan bahwa Yahweh adalah Allah yang menyatakan diri-Nya kepada umat Israel. Dalam dunia Perjanjian Baru berkeyakinan bahwa dalam Yesus Kristus, Allah berkenan menyatakan diri-Nya dalam wujud manusia. Dengan demikian, ini berarti Tuhan Allah pun ‘’beradaptasi’’ dengan manusia, baik dalam sejarah kehidupannya bahkan dalam wujud dan bahasa mereka.

Jika Allah sedemikian halnya hingga berkenan menyesuaikan diri dengan manusia, mengapa masih banyak manusia yang menolak kehadiran-Nya? Injil Yohanes 1:10-11 mengatakan ‘’Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.’’ Ini menyiratkan dengan jelas adanya suatu permasalahan dalam proses adaptasi manusia terhadap pewahyuan Allah. Oleh karena itu dalam seri PA kali ini bersama teks Yohanes 1: 10-18, kita bersama akan menggumuli sebuah tema upaya pengenalan akan Allah.

Penjelasan Teks
Injil Yohanes terkhusus pada pasal 1 dikenal sebagai sebuah prolog yang berfungsi membuka keseluruhan Injil. Dan sebagai sebuah prolog, bagian pasal 1 ini memiliki pola paralelisme yaitu pengulangan yang berurutan membentuk suatu lingkaran atau siklus. Tujuan utamanya adalah untuk menyampaikan pesan utamanya yaitu tentang Allah yang mewahyukan/ memfirmankan Diri-Nya kepada dunia. Uraian penjelasannya sebagai berikut :

  • (Ayat. 10 – 11) berbicara tentang Firman yang masuk ke dalam dunia. Bangsa Israel adalah bangsa pilihan yang dekat dengan Allah yang menyejarah dan senantiasa menyatakan diri-Nya baik dalam penciptaan maupun dalam kata-kata. Dengan demikian ini juga menggemakan sifat aktif dan kreatif Allah. (bdk. uraian Mazmur 19 dalam pembahasan PA sebelumnya)
  • (Ayat. 12 – 13) Menjelaskan melalui Firman, kita menjadi anak-anak Allah. Melalui perantaraan Musa, nabi-nabi yang lain, dan juga kitab-kitab sastra kebijaksanaan, Allah Israel senantiasa mengajak umat pilihan untuk terus mengikat suatu perjanjian. Harapan dari ikatan perjanjian ini adalah dapat membuka mata dan pemahaman umat pilihan bahwa mereka memiliki akses untuk menjadi anak-anak Allah.
  • (Ayat. 14) Kembali membicarakan tentang inkarnasi atau Firman yang datang ke dunia. Inkarnasi Firman menjadi suatu proses klimaks dari pewahyuan Allah kepada dunia. Proses inkarnasi Firman ini berbeda dengan pewahyuan-pewahyuan sebelumnya (melalui perantaraan para nabi) dikarenakan ada suatu tanda kasih Allah yang terus menerus terjadi (bersifat kontinyu/ ajeg). Keajegan atau kontinyuitas ini membawa dampak positif yaitu semakin terbukanya akses perjanjian keselamatan untuk menjadi anak-anak Allah.
  • (Ayat. 15) Membicarakan tentang kesaksian Yohanes yang parallel dengan ayat. 6-8. Penempatan bagian dan peran Yohanes di sini selain untuk memenuhi segi artistik penulisan teks, juga dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan bahwa Yohanes merupakan bagian yang tidak terputus dari perarakan para nabi yang diutus untuk mewartakan pewahyuan Allah.
  • (Ayat. 16) Menjelaskan tentang anugerah kepada manusia yang parallel dengan ayat. 4-5. Kesempatan manusia untuk ikut merasakan kasih karunia/ anugrah dari Allah ini berupa terang yang dapat menyingkirkan kegelapan. Pertentangan antara terang dan gelap menjadi satu topik yang khas dalam Injil Yohanes ini.
  • (Ayat 17) Peranan dalam penciptaan yang parallel dengan ayat 3. Bagian-bagian ini bertujuan untuk meletakkan suatu kedudukan yang vital dari Yesus Kristus Sang Firman yaitu yang berperan dalam proses penciptaan, baik alam semesta maupun penyempurnaan dari hukum kebenaran. (Bdk dengan pembahasan Mazmur 19 dalam PA sebelumnya)
  • (Ayat 18) membicarakan tentang keberadaan Sang Anak yang berada di sisi Sang Bapa. Hal ini parallel dengan ayat 1-2 yang juga membicarakan tentang keberadaan Firman dengan Allah. Inilah pesan utama Injil Yohanes yaitu Yesus dari Nazaret adalah penyataan Allah yang tertinggi. (Bdk statemen penutupan dalam Yohanes 20:31, ‘’…supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.’’)

Bahan Diskusi

  1. Injil Yohanes dikenal sebagai Injil yang memuat banyak istilah-istilah yang sulit dipahami. Salah satu konsep sulit itu adalah kiasan tentang ‘’terang’’ dan ‘’gelap’’. Pertanyaan: Jelaskan menurut pemahaman anda perbedaan antara terang dan gelap menurut Injil Yohanes!
  2. Tuhan Allah adalah Allah yang hadir dalam sejarah kehidupan manusia sejak jaman penciptaan berlanjut pada pemanggilan umat Israel hingga jaman Perjanjian Baru pada saat ini bersama dengan Gereja-Nya. Namun pada sisi manusia akan selalu ada penolakan untuk mau menyambut tawaran keselamatan tersebut. Pertanyaan: Menurut anda apa yang menjadi penyebab dari penolakan manusia terhadap Allah?
  3. Upaya beradaptasi atau pengenalan terhadap situasi dan lingkungan baru harus diakui bukan sesuatu hal yang mudah. Ada banyak hal dalam diri sendiri yang harus ditaklukkan terlebih dahulu sebelum kita melangkah beradaptasi. Demikian juga dalam hal beriman, menyambut inisiatif Allah yang menawarkan perjanjian keselamatan diperlukan juga upaya-upaya menundukkan diri. Pertanyaan: Sebutkanlah upaya-upaya yang diperlukan agar kita mampu mengenal Allah! [ADS].

Selamat ber-PA.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak