Pemahaman Alkitab Desember 2019 (I)
Bulan Natal
Bacaan : Yesaya 40:1-11
Tema Liturgis : Siap Sedia Menyambut Kedatangan Kristus dengan Pengharapan
Tema PA : Bersiap Diri Menyambut Dia
Penjelasan Teks :
Pada bacaan ini terdapat tiga hal penting yang dijabarkan, yaitu sebagai berikut:
Ayat 1-2 : “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu, tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya.”
Pada bagian ini tampak bahwa berita yang mula-mula hendak disampaikan kepada umat Allah adalah berita pembebasan. Pembebasan dari segala dosa dan salah, alias dosa umat telah diampuni oleh Allah. Perlu dicermati bahwa dosa yang dilakukan oleh umat bukanlah sebuah tindakan tanpa konsekuensi yang dibersihkan begitu saja, melainkan umat telah menjalani dan menanggung konsekuensi dari perbuatan dosanya. Allah tetap memperhatikan keberadaan umat-Nya, sehingga setelah umat menyadari segala dosanya sekaligus telah menjalani konsekuensi dari perbuatannya maka umat diampuni oleh Allah. Allah tidak lagi mengingat akan dosanya. Dosa mereka diampuni, hidup mereka dibebaskan dari beban dosa.
Jadi poin pertamanya adalah : Dosa/kesalahan umat telah diampuni. Umat dibebaskan dari belenggu dan beban dosa oleh Allah. Saat umat telah dibebaskan dari beban dosanya, ada hal yang harus dilakukan oleh mereka yakni ada dalam poin penting yang kedua: Persiapan! Umat diminta untuk memperhatikan hidupnya, bahwa setelah diampuni/dibebaskan dari dosa, mereka harus mempersiapkan diri mereka. Apa dan bagaimana persiapan itu harus dilakukan?
Ayat 3-5 : “Ada suara yang berseru-seru: “Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya.”
- Persiapkan di padang gurun jalan untuk Tuhan.
- Luruskan di padang belantara jalan untuk Allah.
- Lembah harus ditutup.
- Gunung dan bukit diratakan.
- Tanah yang berlekuk jadi daratan.
Gambaran alam yang dimunculkan dalam ayat tersebut merupakan sebuah kiasan yang maknanya ditarik dalam kehidupan manusia sehari-hari. Misalnya, padang gurun menggambarkan kehidupan manusia yang sedang mengalami kekeringan dan kegersangan. Padang belantara menggambarkan pergumulan yang sulit terasa gelap dan seperti tak ada jalan keluar, serta banyak ancaman (merasa rapuh). Lembah menggambarkan kepedihan. Gunung dan bukit mengiaskan kecenderungan manusia menjadi tinggi hati. Sedangkan tanah yang berlekuk mengandung makna hati dan pikiran yang tidak lurus tertuju pada kebenaran. Bila mana hal-hal yang ada dan terjadi dalam diri manusia diupayakan untuk ditata dan diselesaikan oleh masing-masing manusia, maka kemuliaan Allah dinyatakan. Sebab kemuliaan Allah haruslah lebih tinggi dari pada bukit dan gunung, lebih luas dari padang gurun dan lebih dalam dari lembah manapun. Artinya adalah tidak ada yang boleh lebih dari pada Allah dalam diri setiap manusia. Oleh sebab itu, umat yang telah dibebaskan dari dosa memiliki kewajiban untuk menata dirinya kembali supaya tidak ada yang lebih mulia daripada Allah. Bagaimana manusia bisa memuliakan Allah bila dalam diri manusia masih ada hal yang dianggap mulia selain dari Allah? misalnya dirinya sendiri atau pergumulannya lebih penting dari pada Allah itu sendiri, padahal kuasa Allah lebih besar dari pada semuanya.
Selain itu umat juga harus ingat bahwa keberadaan hidup manusia itu tidak kekal. Dalam ketidakkekalan itu umat harus memuliakan Allah!
Ayat 6-8 : “Ada suara yang berkata: “Berserulah!” Jawabku: “Apakah yang harus kuserukan?” “Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya. Sesungguhnyalah bangsa itu seperti rumput. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.”
Ketidakkekalan manusia digambarkan seperti rumput, kadang tumbuh begitu subur namun bisa dengan mudah menjadi kering; dan semaraknya seperti bunga di padang, sebentar mekar sebentar layu dan hilang. Maka kehidupan yang sesaat itu haruslah bermakna.
Setelah umat dibebaskan dari beban dosanya, umat haruslah menyiapkan dirinya dalam kehidupannya yang sesaat itu. Setelah itu poin penting yang ketiga adalah mewartakan kabar baik.
Ayat 9-11: “Hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: “Lihat, itu Allahmu!” Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa. Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya. Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.”
Kehidupan umat haruslah senantiasa mewartakan kabar baik, yaitu tentang kasih Allah yang menggembalakan dombaNya. Kasih Allah yang mengampuni dan membebaskan umat dari beban dosa.
Pertanyaan Untuk Diskusi :
Setelah mencermati bacaan dan penjelasan singkat atas bacaan di atas, mari kita pergumulkan beberapa pertanyaan berikut :
- Mengapa dalam pengampunan Allah, Allah membiarkan umat menjalani konsekuensi atas dosanya baru kemudian membebaskan umat dari beban dosanya?
- Apakah saudara pernah menyadari bahwa saudara sedang mengalami konsekuensi dari pebuatan saudara dan kemudian mendapatkan pengampunan atas dosa/kesalahan saudara? Apakah yang saudara rasakan?
- Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh diri umat setelah mendapatkan pengampunan, seperti uraian di atas. Lalu menurut saudara bagian manakah yang paling sulit untuk dilakukan dalam persiapan itu? Mengapa demikian?
- Apakah yang akan saudara lakukan secara nyata supaya hidup saudara dapat senantiasa mewartakan tentang kasih dan pengampunan dari Allah?
- Yang terpenting dari semua diskusi dan jawaban saudara:
SIAPKAH SAUDARA MENYAMBUT DAN MENERIMA KRISTUS DALAM HIDUP SAUDARA ? (fani)
~Selamat menyambut Kristus~
Pemahaman Alkitab Desember 2019 (II)
Bulan Natal
Bacaan : Yohanes 3 : 30 – 36
Tema Liturgis : Siap Sedia Menyambut Kedatangan Kristus dengan Pengharapan.
Tema PA : Mempercayakan Hidup dalam Tuhan
Penjelasan Teks:
Injil Yohanes sering memaparkan teks dengan gaya berlawanan kata. Dalam perikop pasal 3 saja ada beberapa kata berlawanan yang digunakan, misalnya atas-bawah, sorga-bumi, percaya- tidak percaya, dihukum–diampuni (tidak dihukum), terang-gelap dan besar-kecil. Pola yang demikian ini dipakai untuk menjelaskan bahwa ada dua sudut pandang. Sudut pandang itu ada dalam kehidupan manusia. Dalam bacaan kita ini, Yohanes memakai sudut pandang bahwa dirinya berasal dari bumi atau dari bawah, dan kehadiran Allah dalam diri Yesus ditempatkan berasal dari sorga atau dari atas.
Sudut pandang yang dipakai oleh Yohanes ini hendak menekankan bahwa Yohanes memiliki kesadaran penuh bahwa apa yang dilakukan dalam hidupnya adalah perwujudan dari panggilan hidupnya sebagai orang yang percaya pada Allah. Panggilan hidup Yohanes ini diwujudkan pada ketaatannya untuk menjadi utusan Allah yang menyiapkan kedatangan Yesus (ayat 28). Oleh sebab itu, pada saat terjadi ketegangan antar pengikut Yohanes dan orang Yahudi; dengan tegas Yohanes menyatakan bahwa dirinya bukanlah Mesias. Ia hanyalah manusia (yang ada di bumi) yang menjadi utusan Tuhan (yang berasal dari sorga).
Ketaatan Yohanes menjadi utusan Tuhan didasari pada kepercayaannya bahwa Tuhan (dari sorga/atas) yang mengutusnya akan datang ke bumi (bawah). Maka dari itu segala sesuatu yang dilakukan oleh Yohanes dalam mempersiapkan kehadiran Tuhan adalah dengan menjadi saksi Tuhan. Ia mewartakan kesaksian tentang Tuhan (di sorga) yang akan turun ke bumi dalam wujud manusia untuk menyelamatkan manusia. Kesaksian yang diwartakan Yohanes ini hanya dapat terwujud bila mau percaya. Orang-orang yang percaya meskipun belum melihat adalah orang-orang yang mengalami kelahiran kembali (ayat 3). Kepercayaannya tidak tergantung apa yang tampak oleh mata tapi juga yang dirasakan oleh hati.
Melalui penjelasan tersebut di atas, tampak dua hal penting dalam bagian teks ini yang dipaparkan oleh Yohanes, yaitu:
- Sadar atas keberadaan kita sebagai manusia.
Yohanes sadar bahwa ia bukanlah Mesias. Apapun yang ia lakukan, berat ataupun ringan, sulit ataupun mudah, habat atau biasa, ia tetap bukan Mesias. Ia sadar bahwa dirinya adalah manusia ciptaan Allah yang ditempatkan di bumi. Ia kecil dan hidupnya fana atau tidak kekal. Sedangkan Allah Bapa dan Anak (Yesus) berasal dari sorga. Dengan demikian, sebagai ciptaan Allah hidupnya perlu selalu bergantung pada Allah yang besar. Semakin kita merasa kecil, semakin besar pengharapan kita pada Anak dan Allah. - Percaya
Satu-satunya cara yang dapat dilakukan oleh manusia supaya selamat adalah dengan percaya pada Allah. Percaya berarti menyerahkan hidup ditata oleh Allah, seperti yang dilakukan Yohanes; meski ia belum pernah melihat tetapi ia percaya dan sungguh.
Melalui hal tersebut, penting untuk dicermati bahwa: dengan memiliki kesadaran diri atas keberadaan kita sebagai manusia di bumi, akan membantu kita dalam menanti dengan pengharapan penuh pada Allah dari sorga yang memberi kelegaan. Kesadaran itu harus didukung dengan satu hal utama yaitu percaya pada setiap kesaksian dan karya Allah.
Pertanyaan Untuk Diskusi
- Bagaimana pengalaman saudara sebagai orang Kristen dalam mewujudkan iman saudara dengan taat pada Allah?
- Pernahkah dalam hidup saudara mengalami pertentangan dalam diri terkait dengan cara berpikir sebagai manusia di dunia sekaligus sebagai pengikut Kristus?
- Bagaimana saudara mengetahui kehendak Allah di sorga bagi hidup saudara di bumi ini ? (fani).