Menanam Bibit Kopi, Menanam Pengharapan Hidup

10 December 2023
Pdt. Maria Olvi menanam bibit kopi, ditemani Pak Yuli (kiri) dan Pak Ponimin (kanan) pemilik lahan.

Menandai peringatan hari ulang tahun GKJW ke-92 tahun, sebagian warga Jemaat Kucur melakukan penanaman bibit kopi.

Penanaman bibit dilakukan di lahan milik Bpk. Ponimin, salah satu warga Jemaat Kucur yang lama terbengkalai.

Selepas ibadah Minggu pagi, 10 Desember 2023, setidaknya terdapat 25 orang warga petani kopi, gotong royong menanam bersama. Mengawali giat tanam kopi bareng, dibuka dengan doa Pdt. Maria Eka Olviana, S.Si selaku pendeta baku di Jemaat Kucur.

“Bibit yang kita tanam ini, semoga saja tidak hanya memberikan kesejahteraan bagi kita, sebagai manusia. Akan tetap juga memberikan kesejahteraan bagi lingkungan dan alam semesta,” tutur Pdt. Olvie dalam doa, mengawali buka lahan.

Puluhan tahun, warga Jemaat Kucur dan warga desa Kucur pada umumnya menggantungkan hidup sebagai petani cengkeh dan kopi. Dalam satu dekade terakhir, banyak warga yang kemudian mengganti tanaman cengkeh dan kopi, dengan buah jeruk. Alasan penggantian jenis tanaman tersebut adalah karena secara ekonomis, tanaman jeruk jauh lebih mengahsilkan dibandingkan dengan kopi. “Kopi kalah dengan jeruk, karena (nilai jualnya) lebih mahal,” tutur Bpk. Supadi.

Meski telah puluhan tahun menanam kopi, harga jualnya masih dipandang belum sepadan dengan biaya pemeliharaannya, apalagi unthk memenuhi kebutuhan hidup para petani. Kualitas dan produktivitas kopi, juga cengkeh, tidak terlalu tinggi.

Hal tersebut terjadi karena pengetahuan yang dimiliki oleh para petani dalam budidaya kopi, tidak mengalami perkembangan berarti. “Ya, pengetahun bertanam kopi, ya dari orangtua atau saudara, tetangga,” tambah Bpk. Yakim, petani setempat

Dalam tiga tahun terakhir, dengan adanya Kelompok Tani Kopi Republik Tani Mandiri (RTM), secara perlahan, beberapa warga merasa mendapatkan pengetahuan dalam budidaya kopi.

“Ya, termasuk setelah mengikuti beberapa kali pertemuan dalam program Patuwen Kopi, kami dapat belajar dari kelompok tani kopi lain. Banyak pelajaran yang kami dapatkan,” tambah Bpk. Supadi.

Program Patuwen Kopi digelar oleh Kelompok Kerja Pemberdayaan Eknomi Warga (Pokja PEW) yang berada dibawah koordinasi  Dewan Pembinaan Pelayanan (DPP) Majelis Agung GKJW

Program Patuwen Kopi tersebut melibatkan tiga kelompok Tani kopi yang ada di sekitar jemaat GKJW, yaitu keompok tani dari Desa Srimulyo (Jengger) kecamatan Dampit, desa Sumberdem, kecamatan Wonosari (Gunung Kawi) dan desa Kucur, kecamatan Dau. Ketiganya berada di seputar kabupaten Malang.

Saling kunjung, saling belajar dan saling menuai pelajaran terbaik. Giat itu, nampaknya menyulut gairah menanam kopi.

Jika diolah dengan baik, tanaman kopi tak hanya memberikan hasil dari segi panennya. “Kita menanam kopi itu kan juga bisa memberikan kenikmatan. Tak hanya dari biji kopi yang memberikan citarasanya yang nikmat. Tanaman kopi juga menyediakan udara segar bagi mahluk hidup lainnya. Oksigen yang kita hirup,” urai Mas Fakhul Ulum, akrab disapa Gus Ulum, yang merupakan Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Wonosantri Abadi, Singosari, Malang.

“Kalau kita rawat kopi itu dengan rasa sayang, penuh cinta kasih, pohon itu akan berterima kasih koq,” ujar Bpk. Wagiyo, tenaga asisten ahlindari Pusat Penelitian Kopi dan Kalo (Puslitkoka) Jember.

Bagi petani warga Jemaat Kucur, giat tanam kopi ini, tak berlebihan apabila menjadi saat yang istimewa. Setiap bibit kopi yang ditanam, diiringi doa pengharapan terbaik.

Sebagai komunitas Kristen yang telah puluhan tahun hidup dari bertanam kopi, giat tandur kopi bersama, diiringi doa tanam bibit oleh Pdt. Maria Olvi, sebagai pendeta jemaat, menjadi hal yang pertama kali. Apalagi, dalam masa peringatan hari jadi GKJW yang ke 92 tahun.

Pengharapan akan hidup lebih baik, bukan semata pada pada aspek ekonomi. Sama seperti keyakinan yang bertumbuh dalam ruang batin keyakinan mereka, berpegang teguh pada tonggak pengharapan keimanan Sang Kristus.

Dengan demikian, menanam bibit kopi adalah juga menanam bibit pengharapan pada Sang Kristus dalam mengarungi ziarah hidup. Menikmati aroma dan citarasa kopi, dapat pula bermakna meneguk tuntunan dan keteladanan.

Kopi, Kristus Oncoring Pepadang Ingsung.
Dirgahayu GKJW ke-92 tahun.

 

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak