Mezbah Keluarga : Mengkontruksi Doa Harian Keluarga GKJW

4 April 2025

Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia memiliki dampak besar bagi semua dimensi kehidupan. Tidak terkecuali dampak tersebut adalah bagi laku ritual agama-agama termasuk di dalamnya ritual agama Kristen. Selama masa pandemi, peribadahan dilakukan secara virtual karena pembatasan perkumpulan langsung dalam ruang dan waktu yang sama. Menariknya model peribadahan virtual tersebut juga mendorong orang-orang Kristen untuk membangun peribadahan bersama dalam lingkup keluarga atau tetangga terdekat.

Fenomena inilah yang kemudian menimbulkan pertanyaan bagi banyak orang: apakah dengan beribadah dirumah masing-masing memiliki nilai yang sama dengan persekutuan bersama di gedung gereja? Apakah ada syarat dan aturan terkait dengan tempat beribadah? Sementara itu di sisi lain, keluarga-keluarga Kristen juga mengenal istilah “mezbah keluarga” yaitu membangun persekutuan di dalam keluarga masing-masing. Permasalahannya adalah apakah mezbah keluarga tersebut dapat menggantikan persekutuan bersama? Apa makna teologis mezbah keluarga tersebut?

Beberapa pertanyaan tersebutlah yang mendorong kita untuk menggali tradisi dan teologi ruang supaya laku ritual yang selama ini kita lakukan memiliki pijakan. Selain memberi pijakan yang kuat atas praktek yang sudah kita lakukan selama masa pandemi, teologi ruang juga diperlukan untuk membangun tradisi baru yaitu pembiasaan membangun persekutuan ditengah keluarga warga jemaat.

Berbicara membangun persekutuan keluarga maka kita juga membutuhkan pembahasan khusus tentang Doa Harian Keluarga (DHK) yang merupakan kekayaan iman Kristen. Tidak dapat dipungkiri memang tradisi Protestan sering sekali abai terhadap kekayaan iman terkait Doa Harian Keluarga (DHK) ini karena menganggap bahwa Ibadah Minggu sudah cukup untuk menunjukkan laku ritual Kristen. Hal ini misalnya dapat kita lihat dari umumnya jawaban orang Kristen ketika ditanya berapa kali ibadah orang Kristen? Jawaban umum adalah seminggu sekali yaitu pada hari Minggu. Tentu saja tulisan ini tidak dimaksudkan sebagai dalil dengan kaharusan dalam praktek tetapi tulisan ini lebih diarahkan kepada membangun wacana dalam upaya memperkuat teologi keluarga terkhusus dalam kaitannya dengan ritual di tengah keluarga Kristen.

Judul yang diberikan dalam tulisan ini adalah “Mezbah Keluarga: Mengkontruksi Doa Harian Keluarga GKJW.” Sebagaimana kita ketahui bersama dalam tradisi Perjanjian Lama bahwa mezbah adalah tempat bertemunya umat dengan Tuhan dengan sarana persembahan kurban. Maka dalam tulisan inipun kata mezbah dipilih untuk menggambarkan perjumpaan umat dengan Tuhan di tengah-tengah keluarga dalam peribadahan keluarga. Sengaja dipilih kata keluarga sebab perjumpaan dengan Tuhan bukan hanya perkara personal tetapi juga persoalan komunal. Keluarga sebagai komunitas Gereja memiliki peran penting dalam mewarnai dan menentukan corak iman dan pelayanan sebuah jemaat setempat dan juga dalam lingkup yang lebih luas se-GKJW. Kekayaan perjumpaan iman dengan Tuhan dalam kehidupan keluarga warga jemaat diharapkan juga semakin memperkaya pengalaman iman GKJW sehingga kesatuan tubuh Kristus dalam lingkup GKJW dapat terwujudnyatakan

MEZBAH KELUARGA: Mengkontruksi Doa Harian Keluarga GKJW
selengkapnya dapat dibaca di bawah ini dan diunduh di sini.

 

 

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak