GKJW Jemaat Gresik kembali menggelar acara kupatan dengan bekerjasama dengan Komunitas GusDurian dan berbagai organisasi serta lembaga di Kota Gresik pada Jumat, 11 April 2025.
Acara yang bertajuk “Tradisi Kupatan Mempererat Keberagaman yang Inklusif” dihadiri oleh para pejabat publik setempat, yaitu Wakil Bupati dan Kepala Dinas Sosial Gresik, beberapa tokoh lintas iman dan keyakinan, serta berberapa komunitas, lembaga dan organisasi, meliputi: GKJW Jemaat Gresik, Gusdurian, PHDI (Hindu), Penghayat (Sapta Darma), Konghucu, Katolik, Forum Keberagaman (Formagam) Gresik, PGIS Gresik, PATTIRO Gresik, DPC PPDI Gresik, KIPAN, HMI, PMII, IPNU, GKJW Menganti, Komunitas Anak Gresik (KAG), Simpul Belajar, OJOL, KAUM-D Surabaya Timur II, BAMAG Gresik, dan GMNI Puspa Pinatih.
Acara utama diawali dengan salam dan sambutan dari Pendeta Baku Jemaat Gresik, yaitu Pdt. Dhaniel Rinadi Nugrahawan. Pada kesempatan tersebut, Pdt. Dhaniel menyapa segenap para hadirin dan menyapaikan gambaran acara yang seakan menjadi roh pembangkit dan pemelihara kesadaran pluralitas dan keberagaman di Kota Gresik.
“Pak Wabub (yang baru pertama menghadiri kegiatan ini) mungkin bertanya-tanya, kok kupatan kok ning gereja?”, begitulah ungkap Pdt. Dhaniel, menjelaskan apa maksud diadakannya kegiatan rutin tahunan yang mulai digrlar sejak 2023 yang lalu tersebut.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa GKJW Jemaat Gresik pada awalnya hanya bersama dengan GusDurian Gresik, tetapi kemudian semangat kebersamaan dan rasa memiliki acara ini juga menular pada berbagai komunitas, lembaga, organisasi lintas agama dan keyakinan.
Sebagaimana diketahui bersama, bahwa kupat (ketupat) dibuat dari janur. Ada sebuah akronim janur adalah “sejatining nur” atau yang dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai cahaya yang sejati. Di dalam kekristenan sendiri, cahaya yang sejati itu dihayati termanifestasi dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Sehingga itulah yang menjadi penghayatan yang kemudian kami adaptasi dan kontekstualisasikan dalam budaya Jawa.
“Mulai tahun 2023 kita selalu mengadakan kupatan dengan mengambil tema-tema tertentu. Kalau 2023 kita membahas perspektif kupatan dari Islam dan juga Kristen, kemudian pada 2024 juga kita mengajak mengundang organisasi-organisasi muda untuk bisa guyub bersatu dalam keberagaman, sedangkan untuk saat ini tema yang dipilih adalah “Tradisi Kupatan Mempererat Keberagaman yang Inklusif”, Imbuh Pdt. Dhaniel.
Mengenai istilah inklusif itu sendiri, Pdt. Dhaniel mengajak para hadirin untuk memperluas pemahamannya, bahwa inklusif yang selama ini dimaknai sebagai sikap mau terbuka terhadap keberadaan yang lain, juga harus dimaknai sebagai kesediaan untuk menerima keberadaan para disabilitas, sebagai bagian dari ciptaan Tuhan yang diperkenankan untuk hidup dan tinggal bersama-sama.
Merespon sambutan yang disampaikan oleh Pdt. Dhaniel, Wakil Bupati Gresik, dr. H. Asluchul Alif M.Kes., MM., M.HP, menyampaikan beberapa data-data yang dimiliki pemerintah setempat beserta program-program kebijakan yang dicanangkan oleh pemerintah dan yang saat ini sedang dikerjakan, khususnya perihal memperlakukan kaum disabilitas.
Tidak kalah dengan Pdt. Dhaniel yang mengupas sedikit tentang tradisi kupatan, Wabup Asluchul pun menyampaikan pemahamannya terkait dengan makna kupat (ketupat). Beliau menyampaikan bahwa kupat itu terbuat dari lipatan-lipatan yang bisa juga dimaknai bahwa itulah gambaran dosa manusia yang berlipat-lipat. Akan tetapi ketuka lipatan-lipatan dosa itu dibelah, kita bisa menemukan apa yang tersembunyi dibaliknya yaitu nasi yang warnanya putih bersih. Putih melambangkan kemurnian dan kesucian.
“Semoga kita semua dapat menjadi pribadi yang memiliki hati yang putih dan bersih, seperti kupat yang sudah dibelah, lipatan dosa-dosanya hilang semua.”, ungkap Wabup Asluchul diakhir sambutannya.
Acara puncak dari kupatan ini diisi dengan Talk Show yang dinarasumberi oleh perwakilan DPC PPDI (Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia) Kab. Gresik, M. Imron dan Kepala Dinas Sosial Kab. Gresik, dr. Umi Koiriah M.Kes.
Sebagai bagian dari pemerintahan, dr. Umi menyampaikan bahwa dari total 6.158 disabilitas, Pemerintah Kabupaten Gresik memiliki perhatian khusus terhadap mereka melalui program Nawakarsa (program unggulan 99 hari Pemerintah Kab. Gresik). Salah satunya adalah dengan menjamin penerimaan mereka di berbagai sektor, mulai dari pendidikan sampai dengan bidang pekerjaan. Mereka juga diberikan pelatihan, sehingga kedepannya mereka bisa diterima oleh perusahaan-perusahaan dan diterima sebagai bagian dari realitas kehidupan. Pemerintah juga bekerja sama beberapa lembaga dalam upaya mewujudkan sikap inklusif, menerima keberadaan kaum disabilitas yang ada di wilayah Kabupaten Gresik.
Sebagai wadah yang menaungi para kaum disabilitas, perwakilan PPDI Kab. Gresik, M. Imron pun mengapresiasi program-program yang dicanangkan oleh pemerintah Kab. Gresik dalam hal menerima keberadaan kaum disabilitas. DPC PPDI Kab. Gresik pun menyambut baik segala upaya tersebut dan siap bekerjasama dengan pemerintah.
Sesi Talk Show ini juga diwarnai dengan berbagai respon terbuka yang disampaikan oleh para hadirin yang ingin memperdalam pemahaman tentang disabilitas dan rindu untuk juga semakin memiliki inklusivitas terhadap mereka sebagai bagian dari ciptaan Tuhan.
Acarapun ditutup dengan doa lintas iman yang dipimpin oleh perwakilan masing-masing penganut agama dan keyakinan yang pada saat itu hadir. Besar harapan, melalui kegiatan kupatan ini, semangat merawat dan memilihara solidaritas keberagaman tidak hanya berfokus pada persoalan spiritualitas dan keagamaan semata, melainkan juga memikirkan bagaimana dalam semangat kebersamaan itu berbagai komunitas dapat menjadi berkat dengan bersikap inklusif, menerima keberadaan kaum disabilitas dan menjadi saudara sesama ciptaan Tuhan.
Video kegiatan “Tradisi Kupatan Mempererat Keberagaman yang Inklusif” dapat diikuti dibawah ini
Dokumentasi: Multimedia GKJW Jemaat Gresik