Jemaat Semampir : Jemaat Mandiri ke-181 GKJW

3 September 2024
Foto : Multimedia GKJW Jemaat Semampir

Sukacita dan rasa syukur yang mendalam dirasakan oleh keluarga besar GKJW, terutama persekutuan warga Jemaat di GKJW Jemaat Semampir, mengingat pada hari Selasa, 3 September 2024, telah dilaksanakan Ibadah pendewasaan Calon Jemaat Semampir menjadi Jemaat yang mandiri ke-181 di Greja Kristen Jawi Wetan.

Rangkaian Ibadah dilaksanakan di Gedung Gereja GKJW Semampir di Jl. Mayor Bismo No.52, Semampir, Kota Kediri tersebut dibuka dengan tampilan tembang “Matursuwun Dhuh Gusti”, dilanjut kirab Pahargyan oleh Siswa dan Guru SD YBPK serta Tari “Abyor” oleh Remaja GKJW Jemaat Semampir. Pelayan dan seluruh anggota Majelis Jemaat yang lain pun memasuki ruang Ibadah untuk melangsungkan peribadatan.

Dalam kotbahnya yang didasarkan pada perikop 1 Petrus 2: 1-10, Pdt. Natael Hermawan Prianto, menjabarkan tema “Batu-Batu yang Hidup”. Pdt. Natael mengutip penjelasan Dr. P.G. van Hooijdonk dalam buku yang berjudul serupa, bahwa kedewasaan suatu Jemaat itu tidak hanya diukur dari perubahan statusnya, tidak bisa diukur dari sekedar fisiknya saja, melainkan juga ditentukan dari bagaimana setiap orang yang ada di dalam jemaat tersebut memiliki kesadaran akan peran dan panggilannya.

“Nyatanya, subjek yang menentukan arah dan dinamika suatu Gereja itu tidak semata-mata dikerjakan oleh Allah sendiri. Allah juga memanggil orang-orang yang ada di dalamnya sebagai batu-batu yang hidup, senantiasa mengajak mereka menyadari keterpanggilannya untuk menjadi berkat bagi sesama…”, ungkap Pdt. Natael.

Mengambil intisari dari beberapa tulisan dalam buku Selayang Pandang Pendewasaan GKJW Jemaat Semampir, disebutkan bahwa pada tahun 1854, Ten Zeldam Ganswijk yang merupakan seorang zendeling (penginjil) utusan NZG mendapat tugas untuk melayani di wilayah Karesidenan Kediri dan berdiam di Semampir, Kediri. Berkat pelayanannya tersebut, jumlah orang percaya di Semampir semakin berkembang. Pada tahun 1856 saja, tercatat sudah mencapai 202 jiwa.

Singkat cerita, di kisaran tahun 1900-an persekutuan orang Kristen di Semampir dinyatakan sebagai Jemaat yang mandiri dengan nama Pasamuwan/Jemaat Semampir. Hal itu dibuktikan dengan temuan satu lembar surat tanda Warga atas nama Kam Dasar, yang dimuat di buku induk no. 60. Dalam surat tanda warga tersebut, Kam dasar lahir di Dusun Semampir tanggal 02 April 1887, di baptis di Dusun Semampir tanggal 10 April 1887, mendapat peneguhan Sidi di Pasamuwan Semampir pada tanggal 22 Mei 1904. Pratanda Warga tersebut ditulis pada tanggal 25 Juli 1908 dan ditanda tangani oleh Pdt. F.de Munick.

Kemudian pada tahun 1927, Pasamuwan Semampir telah memiliki gedung gereja tersendiri yang terletak di Lurung Balowerti (sekarang di Jl Diponegoro no. 15 Kediri), dengan dipergunakannya gedung gereja tersebut kegiatan bergereja Pasamuwan Semampir berpindah dari desa Semampir ke Desa Balowerti dan di kemudian hari berubah nama menjadi GKJW Jemaat Kediri.

Seiring berjalannya waktu, GKJW Jemaat Kediri terus tumbuh dan berkembang dengan dibentuknya pepanthan dan kelompok-kelompok ibadah keluarga. Saat itu kelompok ibadah keluarga di GKJW Jemaat Kediri sebanyak 10 kelompok, yang diberi nama Kelompok I sampai dengn Kelompok X. Wilayah Semampir masuk dalam kelompok yang disebut dengan Kelompok I.

Kelompok I (Semampir) juga terus tumbuh dan berkembang. Jumlah warga yang hadir dalam ibadah semakin banyak, bahkan mencapai sekitar 100 warga dalam setiap ibadahnya. Hingga dalam prosesnya, Kelompok I dimekarkan menjadi 2 kelompok yaitu Kelompok I Utara (sekarang bernama KRW Adam) dan Kelompok I Selatan (sekarang bernama KRW Lukas). Dua kelompok tersebut terus bertumbuh hingga lahirlah kelompok baru di utara Desa Semampir (daerah Desa Putih dan sekitarnya), yang diberi nama KRW Timotius.

Melalui kutipan sejarah singkat di atas, status awal Calon Jemaat Semampir bukanlah Pepanthan atau KRW (Kelompok Rukun Warga), melainkan persekutuan dari beberapa kelompok (KRW) yang dikoordinir oleh GKJW Jemaat Kediri di suatu tempat Ibadah bernama Tempat Pembinaan Warga (TPW) Semampir. Letaknya berada pada jarak kurang lebih 2 km di sebelah Utara gereja induk Jemaa Kediri dan dimulai dengan ibadah pertama hari minggu tanggal 03 September 2000, menempati 2 (dua) ruang kelas SD YBPK Semampir yang pada waktu itu kosong tidak ditempati.

Melihat pertumbuhan dan semangat warga Jemaat di TPW Semampir, maka direncanakanlah pemencaran persekutuan di TPW Semampir menjadi jemaat dewasa dan mandiri. Melalui persidangan Majelis Agung Tahun 2019 telah diputuskan menjadi GKJW Calon Jemaat Semampir.

Selama penantian kurang lebih 5 tahun dan menjalani serangkian proses pendampingan dan pembinaan, baik dari Pelayan Harian Majelis Daerah Kediri Utara I maupun dari Pelayan Harian Majelis Agung, akhirnya Calon Jemaat Semampir diputuskan layak menjadi Jemaat ke-181 sebagai Jemaat yang mandiri dan dewasa melalui Sidang ke-122/2024 Majelis Agung GKJW.

Mengutip catatan refleksi Pdt. Puput Yuniatmoko, selaku pendeta baku di GKJW Jemaat Kediri, bahwa …”Masa yang dilalui oleh GKJW Jemaat Semampir untuk menjadi dewasa kurang lebih 170 tahun lamanya. Bukan waktu yang singkat, dan apalagi dengan waktu yang demikian telah banyak dinamika yang telah dilalui. Bukan saja hal-hal yang menyenangkan saja, namun tentunya juga hal yang menyakitkan dan menyedihkan sebagai sebuah persekutuan. Namun yang jelas, dengan proses yang telah terjadi sampai dengan hari ini, kita semakin percaya bahwa waktu Tuhanlah yang lebih indah, rencana Tuhanlah yang lebih baik.”

Puncak dari seluruh rangkaian Ibadah ditandai dengan dibacakannya Surat Keputusan Majelis Agung oleh Pdt. Agung Siswanto selaku Sekretaris Umum tentang pendewasaan GKJW Jemaat Semampir dan pelantikan anggota Majelis Jemaat Semampir. Pada bagian resepsi perayaan, dilanjutkan dengan pemukulan gong oleh para pejabat yang hadir, serta penandatanganan prasasti oleh Ketua Majelis Agung.

Langkah awal GKJW Jemaat Semampir dalam menjalani status barunya sebagai Jemaat yang dewasa akan dibersamai oleh Pdt. Sandhi Hadi Wijaya (pendeta baku GKJW Jemaat Wonoasri) yang ditugasi menjadi pendeta konsulen sampai dengan ditugaskannya pendeta baku di Jemaat Semampir melalui Sidang Majelis Agung ke depannya.

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak