Hutan Surgawi di Sendangbiru : Persembahan untuk Generasi Mendatang

12 December 2024

Di sebuah sudut hijau di kawasan Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sebuah mimpi mulai tumbuh. Hutan Surgawi, sebuah proyek konservasi yang dirancang dengan hati, terus menunjukkan kemajuan. Dengan luas satu hektar, upaya ini menjadi simbol kolaborasi antara Greja Kristen Jawi Wetan Jemaat Sendangbiru, Yayasan Bhakti Alam Sendangbiru, dan Perkumpulan Pusaka Indonesia. Dalam dua hari awal, pada 3–4 Desember 2024, tim melangkah bersama untuk memulai perjalanan penting ini.

Tanaman bambu menjadi pilihan utama dalam konservasi ini. Lebih dari sekadar tanaman, bambu memiliki cerita tentang kehidupan. Kemampuannya menjaga ekosistem air dan menghasilkan oksigen menjadikannya simbol harapan bagi lingkungan. Akar bambu yang kuat, yang menyebar jauh ke dalam tanah, mampu melawan erosi dan longsor. “Bambu bukan hanya tumbuhan, ia adalah penjaga alam,” kata seorang anggota tim dengan penuh semangat.

Bibit bambu petung yang digunakan dalam proyek ini bukan sembarang bibit. Mereka adalah hasil bantuan dari Mligi Plateau Bamboo Education Center di Mojokerto, yang dikirim lebih awal ke Sendangbiru untuk menjalani proses aklimatisasi. Layaknya manusia yang perlu menyesuaikan diri di tempat baru, bibit ini diberi waktu untuk mengenal lingkungannya sebelum ditanam.

Langkah Kecil dengan Impian Besar
Persiapan awal dimulai dengan penuh antusias. Sebanyak enam anggota tim bekerja bahu-membahu menentukan 38 titik rumpun bambu, sebuah pencapaian yang mencakup 70% dari target. Penentuan lokasi titik dilakukan dengan hati-hati, menyesuaikan setiap lokasi dengan kondisi lahan. Beberapa titik bahkan harus digeser agar tidak berada di lereng yang terlalu curam.

Untuk mempermudah akses, jalur penghubung antartitik mulai dibuka. Jalur ini bukan hanya memudahkan langkah, tetapi juga menjadi jalan harapan yang kelak membawa kehidupan bagi tanah ini. Di sekitar titik-titik rumpun, lahan dibersihkan agar sinar matahari dapat mencapai bibit yang akan ditanam.

Baca Juga:  Pasar Seru, Harapan Baru

Tidak berhenti di situ, lubang tanam sedalam 30–40 cm mulai digali. Namun, kerja ini bukan tanpa tantangan. Tanah di kawasan Hutan Surgawi tidak seperti lahan biasa; lapisan batu kapur yang keras sering kali menjadi penghalang. “Kami harus menggali dengan sabar, karena setiap lubang adalah langkah menuju masa depan,” ujar seorang relawan.

Teknologi dan Keteguhan Hati
Medan yang curam, semak belukar yang rimbun, dan kontur tanah yang tidak rata menjadi ujian tersendiri. Namun, dengan bantuan teknologi modern berupa aplikasi berbasis Android, tim mampu memetakan titik koordinat dengan lebih mudah. Aplikasi ini membantu mengatur jarak dan posisi titik rumpun secara efisien, memberi ruang bagi kerja keras dan ketekunan manusia untuk berpadu.

Dalam semangat eko-teologis, proyek ini menjadi pengingat akan panggilan gereja untuk menjadi berkat bagi seluruh ciptaan. Merawat dan menjaga alam bukan hanya tugas, tetapi juga wujud nyata dari iman yang hidup. Dalam setiap akar yang tertanam, setiap tunas yang tumbuh, terdapat doa dan pengharapan bahwa alam semesta ini dapat dipulihkan. Melalui proyek ini, gereja dan komunitas bersaksi bahwa kasih kepada Sang Pencipta tidak terpisahkan dari kasih kepada ciptaan-Nya. Dengan merawat bumi, kita merawat titipan Allah, sebuah tindakan iman yang berdampak langsung bagi kehidupan bersama.

Di balik setiap langkah yang diambil, ada semangat untuk memberikan sesuatu yang berarti bagi generasi mendatang. Saptoyo, Ketua Kelompok Kerja Hutan Surgawi Malang, mengatakan dengan penuh haru, “Hari ini kami menanam bambu bukan hanya untuk diri kami sendiri, tetapi untuk anak-anak kita, dan anak-anak mereka di masa depan.”

Hutan Surgawi adalah lebih dari sekadar proyek konservasi. Ia adalah bukti nyata bahwa kerja sama dan cinta terhadap alam dapat melahirkan harapan baru. Di tempat ini, mimpi kecil tumbuh menjadi janji besar: sebuah masa depan di mana alam dan manusia hidup berdampingan dengan harmoni.

Baca Juga:  Pasar Seru, Harapan Baru

Berita: Lia Putrinda
Foto: Arik Anggara

Renungan Harian

Renungan Harian Anak