“Sejarah lahirnya GKI Sinode Wilayah Jawa Timur (GKI SW Jatim) di masa lalu, tidak bisa dilepaskan begitu saja dari keberadaan Greja Kristen Jawi Wetan dan peranannya. Fakta tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa nama Tionghoa yang tercatat pernah dibaptis dan menjadi bagian dari warga jemaat GKJW (GKJW Jemaat Mlaten) sebelum melepaskan diri untuk menjadi persekutuan yang mandiri. Maka tidaklah salah kalau kita menyebut bahwa GKJW pernah menjadi “Rumah Rohani” bagi orang Kristen Tionghoa mula-mula yang menjadi cikal bakal lahirnya GKI (GKI SW Jatim)”.
Itulah sepenggal kalimat yang disampaikan Pdt. Leonard Andrew Immanuel, Ketua Umum Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah Gereja Kristen Indonesia Sinode Wilayah Jawa Timur (BPMSW GKI SW Jatim) ketika mengawali percakapan menyambut para utusan GKJW yang datang berkunjung ke kantor Sinode Wilayah GKI Jawa Timur.
Pdt. Natael Hermawan Prianto (Ketua MA), Pdt. Widi Nugroho (Wasekum), Pdt. Nicky Widyaningrum (Sekbid Kesaksian dan Pelayanan), dan Pdt. Yosep Endro Prasetyo (Humas) mengunjungi kantor Sinode Wilayah GKI Jawa Timur pada hari Rabu, 28 Februari 2024. Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka memperdalam wacana dari diskusi yang sebelumnya pernah dilakukan antara GKJW dan GKI SW Jatim melalui para perwakilannya.
Selain Pdt. Leonard, kedatangan para utusan GKJW tersebut juga dibersamai oleh Pdt. Martin K. Nugroho (Sekretaris Umum), Pdt. Kristianto Basuki (Wakil Sekretaris Umum), beserta para perwakilan Badan Pekerja Majelis Klasis di GKI SW Jawa Timur.
“Kita (GKJW dan GKI SW Jatim) itu hidup di bumi yang sama dan berhadapan dengan isu-isu yang sama. Kita pun juga sering bertemu di lapangan dalam mengatasi beberapa permasalahan dan tantangan pelayanan… Jika GKI SW Jawa Barat telah berjalan bersama dengan Gereja Kristen Pasundan dalam berbagai bidang, GKI SW Jawa Tengah juga bekerjasama dengan Gereja Kristen Jawa dalam wujud terbentuknya Lembaga Pembinaan dan Pengaderan Sinode (LPPS), maka sangat mungkin GKJW dan GKI SW Jatim ini pun juga merajut kebersamaan.” Ungkap Pdt. Natael menyambut pengantar dari Pdt. Leonard.
Jauh hari sebelumnya, dalam beberapa kali diskusi yang dibangun, muaranya mengerucut pada kesepemahaman bahwa untuk mengoptimalkan sebuah bentuk kerjasama, maka kerjasama tersebut harus dilembagakan dan ada tenaga-tenaga khusus (fulltimer) yang ditugasi dalam menatakelolanya. “Ada berbagai macam tantangan dan peluang yang harus Gereja hadapi ke depannya, jika Gereja tidak cermat menangkap peluang itu, maka keberadaannya hanya akan menjadi penonton saja… Kami sepakat agar kita menciptakan wadah bersama. Persoalan teknis-teknis mendetail, bisa kita tata sambil berjalan”, ungkap Pdt. Leonard.
Percakapan pun mengerucut pada pokok-pokok pelayanan dasar apa yang sekiranya bisa dikerjasamakan antara GKJW dan GKI. Pdt. Leonard pun menyampaikan bahwa untuk mengawali sebuah wujud kerjasama, kita harus berangkat dari titik keprihatian atau prespektif strategia yang sama. Beliau pun menyampaikan tiga poin usulan bidang-bidang yang memungkinkan untuk dikerjasamakan antara GKJW dan GKI SW Jatim, meliputi: 1) Dalam hal hubungan lintas iman, 2) Dalam bidang ekologis dan penanggilangan kebencanaan, dan 3) Dalam hal pemberdayaan ekonomi umat yang berkelanjutan.
Usulan tersebut tentu disambut baik oleh para utusan GKJW. Baik pengurus BPMSW GKI SW Jatim dan para utusan GKJW yang hadir dalam pertemuan itupun masing-masing bersepakat untuk menindaklanjuti hasil percakapan tersebut dalam mekanisme pengambilan keputusan lembaga masing-masing. GKI SW Jatim harus melalui proses sosialiasi pada sidang-sidang Klasis untuk kemudian diputuskan dalam Sidang Sinode Wilayah. Begitupun juga dengan GKJW yang harus mensosialisasikan kepada PHMA dilanjutkan dalam pelaksanaan Sidang MD, hingga diputuskan dalam Sidang Majelis Agung.