Belajar adalah panggilan bagi semua orang, sebab manusia adalah mahkluk pembelajar. Termasuk bagi pendeta yang adalah pemimpin jemaat. Untuk itu, IPTh. Balewiyata menyelenggarakan Studi Non Formal bagi pendeta GKJW pada tanggal 9 Agustus – 26 Oktober 2019.
Selama tiga bulan, di setiap hari Jumat dan Sabtu, 42 pendeta dari 14 MD belajar bersama untuk memperlengkapi diri dengan informasi, keterampilan kepemimpinan sambil meningkatkan spiritualitas di tengah perubahan jaman yang terjadi begitu cepat. Dipandu tema “Bersama Tuhan Berkarya di Tengah Lingkungan” peserta mendapatkan materi studi tentang pemikiran kosmosentris, enterpreneurship, media seni dalam berpelayanan, serta panggilan gereja untuk hadir menjadi berkat di konteks plural Indonesia, dll.
Studi ini juga dilakukan bersama warga jemaat melalui beberapa Kuliah Umum yang diselenggarakan di GKJW Jemaat Sukun. Hal itu dilakukan supaya setiap gagasan pembangunan manusia berbasis karakter Kristus juga dihayati sebagai gerakan bersama.
Diakhir sesi dilakukan studi lapangan dan dialog dengan pelaku ritus pelestarian Umbul Sumberawan di Singosari. Studi ini diharapkan mampu melengkapi pembelajaran di kelas dengan melihat dari dekat para penjaga alam yang berjuang demi keberlangsungan lingkungan.
Dalam ibadah penutup Pdt. Budi Cahyono menyampaikan bahwa pendidikan adalah kehidupan. Sebuah penelitian menyatakan bahwa gaya hidup yang kita miliki sejatinya berasal dari 80% pendidikan yang kita miliki. Baik atau buruknya gaya hidup kita mencerminkan pendidikan yg kita terima. Ditambahkan oleh Ketua Majelis Agung GKJW Pdt. Tjondro F. Gardjito bahwa GKJW saat ini sedang memprioritaskan peningkatan SDMnya dalam berbagai upaya. Besar harapan Studi Non Formal ini mampu membekali para pendeta untuk ‘ngancani’ (hadir dan menawarkan solusi) warga jemaat.
Meski masa belajar ini telah usai, tapi proses belajar tidak pernah berhenti karena pembelajaran akan terus berlanjut bersama gerakan warga di jemaat-jemaat. Melalui kesan peserta yang disampaikan, kegiatan ini sangat positif karena narasumber yang berasal dari profesi yang beragam dapat memperkaya sudut pandang pendeta dalam proses pendampingan kepada warga jemaat yang berhadapan dengan kompleksnya persoalan.
Mari terus belajar dan mencintai didikan. Jangan memandang belajar sebagai tugas, tetapi ini adalah kebebasan roh untuk menentramkan orang disekitar kita.