Tegurlah Dengan Kasih Tuntunan Ibadah Remaja 9 November 2025

27 October 2025

Tahun Liturgi: Bulan Budaya
Tema: Menegur dengan Kasih, Mengingatkan dengan Baik
Judul: Tegurlah Dengan Kasih

Bacaan Alkitab: 2 Tesalonika 3:13-15
Ayat Hafalan: “Tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegurlah dia sebagai seorang saudara.” (2 Tesalonika 3: 15)

Lagu Tema:

  1. Ajarku Mengerti
  2. Kidung Siwi No.126 “Rukun Saling Menyayangi”

Tujuan:

  1. Remaja dapat memahami bahwa menegur dengan baik adalah bentuk kepedulian dan kasih dalam persaudaraan Kristen.
  2. Remaja dapat menganalisis dampak dari teguran yang kasar dan teguran yang penuh kasih dalam pergaulan.
  3. Remaja dapat mengevaluasi apakah mereka sudah menerapkan budaya menegur dengan kasih dalam kehidupan sehari-hari.

Penjelasan Teks (Hanya Untuk Pamong)
Bacaan Alkitab kita hari ini yang terambil dari 2 Tesalonika 3:13-15 yang merupakan surat Rasul Paulus yang dialamatkan kepada jemaat yang ada di Tesalonika. Surat ini mengandung penguatan dan teguran untuk mendorong orang percaya agar tetap setia ditengah-tengah penganiayaan yang dialami. Dalam ayat ke-13, Rasul Paulus memberikan nasihat kepada jemaat di Tesalonika agar mereka tidak jemu-jemu berbuat baik sebagai bentuk perwujudan kasih dalam hidup bersama. Lakukanlah kebaikan dan kerjakanlah itu sebisa mungkin!

Para pamong yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, teladan Paulus sebagai orang beriman hendaknya diterapkan dalam hidup kita. Nasihat dan teguran Paulus kepada jemaat di Tesalonika harus juga membawa kita untuk selalu berbuat baik. Janganlah jemu-jemu berbuat baik, karena kebaikan adalah perwujudan kasih Allah. Gunakanlah kesempatan yang Tuhan berikan sebaik-baiknya, untuk terus berbuat baik.

Bagaimanapun juga, kebaikan adalah sifat manusia yang dianggap baik menurut norma dan pandangan umum. Melakukan kebaikan adalah sebuah tindakan yang bukan saja menyenangkan hati manusia tapi juga menyenangkan hati Tuhan. Kebaikan merupakan tindakan kasih yang menjadi perwujudan nyata iman. Setiap tindakan kasih dilakukan kepada semua orang, tanpa pilih kasih, tanpa membedakan status dan kedudukan, latar belakang ekonominya, pendidikannya dan lain sebagainya. Kita melakukan perbuatan kasih bukan supaya orang menilai bahwa kita itu baik, tapi kita melakukannya karena Allah telah lebih dahulu mengasihi kita melalui Anak-Nya yang tunggal Tuhan Yesus Kristus.

Dalam ayatnya yang ke-14 dan 15, Rasul Paulus menjelaskan tentang ketegasan. Hal ini merupakan perkara penting, karena ketegasan ini bertujuan untuk menyadarkan orang agar selalu hidup dalam kebenaran. Ketegasan juga dapat mendorong upaya untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara bersama-sama. Bagi Paulus upaya mewujudkan kebaikan dan kasih harus disertai pula dengan ketegasan. Artinya, mewujudkan kebaikan dan mengasihi bukan berarti begitu saja membiarkan yang mereka yang salah tetap hidup dalam kesalahannya. Paulus bahkan dengan tegas mengatakan kepada jemaat agar jangan bergaul dengan orang yang tidak tertib hidupnya, supaya ia menjadi malu. Tindakan Paulus ini bukan dalam rangka sekadar menghukum tapi lebih dimaksudkan untuk mendisiplinkan. Hal ini juga bukan untuk menciptakan permusuhan, tapi untuk mendidik umat agar bertobat. Di atas semua itu, ketegasan harus dilakukan dalam semangat kasih persaudaraan.

Refleksi untuk pamong
“Duuuh! Kamu gimana, sih, kan bukan seperti ini lho yang seharusnya kamu lakukan!!”. Para pamong yang dikasihi dan mengasihi Tuhan, mungkin beberapa dari kita ada yang menegur seperti itu ketika seseorang melakukan kesalahan. Atau barangkali ada pula yang memilih untuk mendiamkan kesalahan dan tidak menegurnya.

Kita tahu jikalau seseorang melakukan kesalahan, maka kita harus mengingatkannya. Tapi, bagaimanakah cara menegur yang baik dan bijak? Apakah teguran kita dapat menyadarkan dan memperbaiki kesalahan? Atau malah membuat yang bersangkutan menjadi sakit hati, apatis, tidak peduli kepada kita?

Melalui bacaan Alkitab 2 Tesalonika 3:13-15, mari mengingat bahwa menegur bukan berarti menjatuhkan, mencari-cari keburukan, dan bukan sekadar menguliti kesalahan orang lain. Teguran harus diabdikan untuk membantu orang lain supaya berubah menjadi lebih baik dan menjadi serupa dengan Yesus Kristus. Menegur dengan penuh kasih adalah salah satu kunci untuk membentuk relasi yang sehat dan bertumbuh dalam Tuhan.

Namun kenyataannya, masih banyak dari kita yang memilih untuk tidak memberikan teguran karena takut terjadi konflik. Atau mungkin kita sudah menegur, tetapi malah tidak diterima dengan baik. Memang, meskipun kita telah menegur mereka yang bersalah dengan sopan dan mengingatkan dengan baik, tetapi bisa jadi teguran tersebut ditafsirkan berbeda. Jika hal tersebut terjadi, kita tidak boleh merasa kecewa.

Menegur dengan sopan adalah tindakan yang patut untuk terus dilakukan. Diterima atau tidaknya teguran adalah di luar kendali kita. Peran kita adalah memberikan teguran dengan sopan serta mengingatkan dengan cara yang baik. Menegur dengan sopan berarti memberikan teguran dengan tulus, bukan untuk menjatuhkan atau melampiaskan kekesalan. Teguran seperti ini dapat membantu orang lain bertumbuh.

Berikut ini ada beberapa pertanyaan reflektif untuk para pamong:

  1. Pernahkah Anda menyampaikan teguran kepada seseorang?
  2. Apakah teguran Anda kepada orang lain selama ini sudah didasari dengan kasih? Atau justru dilandasi oleh kepahitan, amarah, dan rasa jengkel?

Kiranya para Pamong dimampukan untuk menegur dengan penuh kasih dan selamat melayani, Tuhan Yesus memberkati!

Pendahuluan
Pada suatu hari, Kak Bunga yang adalah Pamong anak dan remaja menunjuk salah satu remaja yang bernama Nona untuk menjadi singer dalam Kebaktian Remaja. Kak Bunga menilai Nona memiliki semangat melayani yang besar dalam setiap pelayanan di Gereja dan Nona dipandang sebagai sosok remaja yang punya relasi baik dengan Tuhan.

Nah, atas pertimbangan relasi pribadinya yang erat dengan Tuhan dan hubungan kedekatan yang baik dengan Kak Bunga, maka Kak Bunga menunjuk Nona sebagai singer di Kebaktian Remaja tersebut. Supaya ibadah bisa berlangsung baik, mereka pun mengadakan latihan hingga tiga sampai empat kali.

Ternyata pada saat hari pertama latihan, Kak Bunga menyadari bahwa Nona rupanya tidak memiliki talenta dalam bernyanyi. Nona bernyanyi dengan fals. Kak Bunga sendiri sebelumnya tidak memastikan apa talenta Nona. Karena takut melukai perasaan Nona, maka Kak Bunga tidak mengatakan hal yang sebenarnya pada Nona.

Beberapa Pamong sempat berupaya untuk mendorong dan menegur Kak Bunga, supaya dia berkata jujur pada Nona. Singkat cerita, Kebaktian Remaja pun berlangsung. Nona menyanyikan lagu pengantar saat teduh secara solo dan teman-teman remaja yang mengikuti kebaktian saat itu pun spontan tertawa, dan situasi menjadi tidak kondusif karena suara Nona yang fals.

Nona yang menyadari respons teman-temannya, menjadi sangat sedih dan malu. Kejadian ini membuat kak Bunga merasa sangat bersalah karena ia tidak mengatakan hal yang sebenarnya dan tidak berani menegur Nona yang bersuara fals.

Inti Penyampaian
Rekan Remaja yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Yesus Kristus.

Setujukah kalian, bahwa menegur atau menyatakan kebenaran sering kali menjadi dilema bagi banyak orang, termasuk anak-anak Tuhan?! Kita takut risiko merusak relasi baik, baik saat menyatakan kebenaran melalui teguran atau menerima kebenaran. Orang yang menegur atau menyatakan kebenaran khawatir jika penerima akan terluka yang berujung pada munculnya konflik. Sedangkan di pihak penerima, bisa jadi ia juga tidak siap, dan tak memiliki kerendahan- hati untuk menerima teguran.

Dalam Bacaan Alkitab 2 Tesalonika 3:13, melalui suratnya Rasul Paulus memberikan nasihat kepada jemaat di Tesalonika agar mereka tidak jemu-jemu berbuat baik sebagai bentuk perwujudan kasih dalam hidup bersama. Lakukanlah kebaikan dan kerjakanlah itu sebisa mungkin dengan penerapan kasih yang disertai ketegasan. Firman Tuhan yang sama dalam Amsal 27:5-6 juga mengungkapkan demikian: “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.”

Nah, Firman Tuhan yang diungkapkan dalam 2 Tesalonika 3:13 dan Amsal 27:5-6 ini mengajarkan kita untuk menyatakan kebenaran dan teguran secara nyata, sebagai bentuk kasih. Kita diajarkan bahwa kebenaran ataupun teguran meskipun sakit dan tidak mengenakkan di awal apabila didasarkan dengan kasih dan maksud baik, maka akan mendatangkan kebaikan bagi kita,  dan mendatangkan perubahan hidup bagi setiap orang yang mendengar dan menerimanya. Dengan demikian menegur dengan baik adalah bentuk nyata dari kepedulian dan kasih dalam persaudaraan Kristen.

Nah, dalam ayatnya yang ke-14 dan 15, Rasul Paulus juga menjelaskan tentang sikap tegas yang merupakan hal yang penting untuk dilakukan dalam kehidupan, karena hal itu bertujuan untuk menyadarkan orang agar selalu hidup dalam kebenaran. Ketegasan juga dapat mendorong upaya untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara bersama-sama.

Bagi Paulus upaya mewujudkan kebaikan dan kasih harus disertai pula dengan ketegasan. Artinya, mewujudkan kebaikan dan mengasihi bukan berarti begitu saja membiarkan yang mereka yang salah tetap hidup dalam kesalahannya. Paulus bahkan dengan tegas mengatakan kepada jemaat agar jangan bergaul dengan orang yang tidak tertib hidupnya, supaya ia menjadi malu. Tindakan Paulus ini bukan dalam rangka sekadar menghukum tapi lebih dimaksudkan untuk mendisiplinkan. Hal ini juga bukan untuk menciptakan permusuhan, tapi untuk mendidik umat agar bertobat. Di atas semua itu, ketegasan harus dilakukan dalam semangat kasih persaudaraan.

Penerapan
Mengasihi orang lain, berarti kita bersedia untuk terus mendorong dan membantu orang yang kita kasihi untuk menjadi pribadi yang lebih baik, termasuk dengan mengungkapkan kebenaran dan teguran yang membangun bagi mereka. Dengan teguran yang dilandaskan kasih, kita mengingatkan orang yang kita kasihi agar tetap berada atau berbalik kepada kebenaran. Kita juga dapat menghindarkan mereka dari kejatuhan ataupun kesalahan yang terlalu dalam serta membantu mereka menjadi pribadi yang lebih baik.

Hal yang sama juga berlaku dengan hidup kita. Ketika kita menerima kebenaran dan teguran dari orang yang mengasihi kita, kita harus melihatnya sebagai bentuk kasih untuk kita dan kerinduan yang mendatangkan kebaikan buat kita.

Kita harus merespons teguran dengan sikap terbuka dan merefleksikan diri hingga kita dapat melihat manfaat dan tujuan teguran tersebut sebagai sesuatu yang membangun. Tuhan sendiri pun mengingatkan kita bahwa teguran adalah wujud kasih sayang. Justru ketika dalam kesalahan dan kejatuhan kita tidak ditegur atau menegur itu tanda bahwa kita tidak disayangi dan tidak dipedulikan.

Di atas semua itu ingatlah selalu, bahwa tujuan kita menegur seseorang bukan untuk menjatuhkan atau melampiaskan kekesalan kita atas perbuatannya, tapi karena kita mengasihinya dan kita rindu untuk sama-sama bertumbuh dalam Kristus.

Kiranya para remaja dimampukan menegur dengan penuh kasih dan mengingatkan dengan baik seperti apa yang Rasul Paulus sampaikan kepada jemaat di Tesalonika, yaitu mengajarkan bahwa cara menegur sesorang yaitu dengan kasih persaudaraan sebagai bentuk kepedulian dan kasih dalam persaudaraan Kristen.

Tuhan Yesus memampukan dan memberkati kita semua. Haleluya. Amin!

Aktivitas:
Ajak para remaja untuk mendiskusikan pertanyaan berikut ini di dalam kelompok kecil!

  1. Apakah dampak dari sebuah teguran yang kasar dan teguran yang penuh kasih dalam pergaulan ? (Sebagai contoh bisa memakai kisah “Kak Bunga dan Nona” atau kisah menegur teman yang merokok, berbohong, bau badan dan lain sebagainya).
  2. Sudahkah para remaja menerapkan budaya menegur dengan kasih dalam kehidupan sehari-hari? Sebutkan contoh konkritnya dan apa dampaknya bagi kehidupan!.

Setelah selesai berdiskusi, ajaklah para remaja untuk berdoa:
“ Allah Bapa yang bertahta di Kerajaan Sorga yang mulia, ampunilah kami para remaja yang seringkali memiliki motivasi yang tidak baik dan menggunakan cara-cara yang salah dalam menegur orang-orang yang kami kasihi. Kami berterima kasih atas Firman-Mu Tuhan, yang telah mengingatkan kami para remaja agar menyampaikan teguran dengan penuh kasih serta menegur dengan baik sebagai bentuk kepedulian dan kasih dalam persaudaraan Kristen. Dalam nama Tuhan Yesus inilah doa kami. Halleluya. Amin.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak