Mari Salam Sapa Tuntunan Ibadah Remaja 5 April 2020

24 March 2020

Bacaan Alkitab : Matius 21 : 1-11
Tahun Gerejawi : Minggu Palmarum
Tema : Palmarum
Ayat Hafalan : “Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?” (Matius 5 : 47)
Lagu Tema : Havenu Shalom
Tujuan :

  1. Remaja dapat menjelaskan arti kata HOSANA
  2. Remaja dapat menunjukkan sikap mendoakan keselamatan orang lain

Penjelasan Teks  (Hanya untuk Pamong):

Kita mungkin menjadi bingung, mengapa daun palem yang digunakan. Penafsiran yang berkembang berkaitan penyambutan terhadap Yesus dengan daun palem  adalah sebagai berikut :

Para ahli mengatakan bahwa orang-orang Israel biasa menggunakan daun-daun palem untuk menyambut Yesus menjadi sebuah tanda penghormatan kepada seorang pemenang atau untuk menyambut pahlawan perang yang baru kembali dari pertempuran. Sikap ini ditujukan kepada Yesus yang dipandang sebagai Mesias serupa Daud yang baru pulang dari perang. Sikap ini disertai dengan pengharapan masa Daud akan dikembalikan di antara mereka kembali.

Yang kedua: Hal ini mirip dengan perisitwa dalam Mzm. 118:25 yang sangat familiar dengan orang Yahudi. Dalam perayaan Pondok Daun, koor Bait Allah akan menyanyikan Mzm. 113-118 (Hallel). Ketika mereka tiba pada Mzm. 118:25 dan mengatakan “Hosanna” maka semua laki-laki (muda dan dewasa) di Bait Allah melambai-lambaikan lulav[1] sambil menyerukan “hosanna” 3 kali. Tindakan ini merupakan sebuah ekspresi dari sukacita atau kemenangan. Sehingga orang-orang Yahudi sudah biasa mengasosiasikan lulav tersebut dengan seruan “hosanna.” Itulah sebabnya mereka secara spontan menyerukan Mzm. 118 “diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,” ketika mereka melambai-lambaikan daun palem bagi Yesus.

Di dalam pemikiran orang banyak  ketika menyambut Yesus yang masuk di Yerusalem, seruan “hosanna” mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan daun palem. Berdasarkan tradisi merupakan sebuah bentuk penekanan dari permohonan “save I pray” (selamatkan kami).  Ucapan ini pada awalnya ditujukan kepada para peziarah yang datang ke Bait Allah, namun ucapan ini juga memiliki aplikasi yang khusus kepada Mesias.

Jadi prosesi penyambutan Yesus dengan daun palem menegaskan bahwa Yesus adalah Sang Mesias yang akan menyelamatkan Israel.  Inti dari kedua penafsiran itu adalah Yesus diagungkan dinantikan kedatangan-Nya untuk  memberikan pengharapan kepada bangsa Israel.  Pengharapan bangsa Israel akan kehadiran Sang Mesias yang mendatangkan sukacita dalam penyambutan-Nya di Yerusalem.  Penyambutan ini membangkitkan rasa optimisme bangsa Israel. Mereka yang berputus asa  dan tertindas karena bangsa Romawi, kembali melihat bahwa dalam diri Yesus Kristus ada pengharapan dan pembebasan. Salam selalu berdampak bukan pada sang penerima tapi juga sang penyampai.

Pendahuluan

  1. Minta Remaja menjawab pertanyaan berikut secara cepat!
    1. Sebutkan “salam” dalam berbagai agama!
    2. Sebutkan “salam” dalam berbagai bahasa daerah!
    3. Mengapa kita harus memberi salam?
    4. Apa makna “salam” yang kita ucapkan?
  2. Ajak Remaja membaca Matius 21 : 1-11!

Cerita

Salam!

Teman-teman, mengucapkan salam adalah sesuatu yang biasa kita lakukan. Orang beragama Kristen sering menyapa teman seiman dengan sebutan Shalom, orang Islam memberi salam Asalammualaikum, orang Hindu mengucapkan Om Swastyastu, orang Budha menyatakan namo Buddhaya atau Namaste. Belum lagi salam yang berasal dari daerah-daerah yang juga  beragam, seperti : Wilujeng enjing (Sunda), Horas (Batak), Sugeng Enjang (Jawa), Malam Bae (Sulawesi Utara), Tabea (Maluku).  “Salam Pramuka!, Salam Satu Aspal!” adalah salam yang dikembangkan oleh komunitas-komunitas tertentu. “Salam Patunggilan” misalnya,  juga menjadi pengikat kita warga GKJW yang memiliki sesanthi Patunggilan Kang Nyawiji. Banyak juga dari kita yang memilih bahasa Indonesia (Selamat Pagi, Selamat Siang dan Selamat Malam) sebagai bahasa salam yang mempersatukan.

Mengapa salam menjadi penting bagi kita? Masyarakat Indonesia memang dikenal sebagai masyarakat yang ramah. Di setiap perjumpaan, orang Indonesia selalu saling mengucapkan salam. Selain itu, salam bermakna penghormatan, penerimaan dan penyambutan. Salam ini mengikat rasa  sang penyampai dan penerima dalam satu solidaritas. Tanpa memandang status, jenis kelamin, usia, salam menegaskan tanda persaudaraan.

Salam juga bermakna doa. Seperti halnya ucapan selamat pagi, siang dan malam yang bermakna selamatlah saudara di pagi/siang/malam ini. Maka salam tidak sekedar salam. Salam menawarkan  penerimaan dan doa bagi sang penyampai dan penerima.

Akhir-akhir ini, dimana perjumpaan di dunia nyata menjadi sesuatu yang tidak lagi penting karena dunia maya telah menggantikannya, sapaan fisik semakin jarang dilakukan. Hal itu secara tidak langsung membuat kita  jarang terlatih bersalam sapa dengan tetangga atau orang–orang yang kita jumpai. Salam sapa bukanlah hal yang  penting   untuk dilakukan, sebab yang terpenting adalah EKSIS di dunia maya.

Di dalam pemikiran orang banyak  ketika menyambut Yesus yang masuk di Yerusalem, seruan “hosanna” mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan daun palem. Berdasarkan tradisi merupakan sebuah bentuk penekanan dari permohonan “save I pray” (selamatkan kami).  Ucapan ini pada awalnya ditujukan kepada para peziarah yang datang ke Bait Allah, namun ucapan ini juga memiliki aplikasi yang khusus kepada Mesias.

Jadi prosesi penyambutan Yesus dengan daun palem menegaskan bahwa Yesus adalah Sang Mesias yang akan menyelamatkan Israel.  Inti dari kedua penafsiran itu adalah Yesus diagungkan dinantikan kedatangan-Nya untuk  memberikan pengharapan kepada bangsa Israel.  Pengharapan bangsa Israel akan kehadiran Sang Mesias yang mendatangkan sukacita dalam penyambutan-Nya di Yerusalem.  Penyambutan ini membangkitkan rasa optimisme bangsa Israel. Mereka yang berputus asa  dan tertindas karena bangsa Romawi, kembali melihat bahwa dalam diri Yesus Kristus ada pengharapan dan pembebasan. Salam selalu berdampak bukan pada sang penerima tapi juga sang penyampai.

Pentingnya salam juga hadir melalui  kisah  seorang pria bernama Juan.

Perhatikan Ilustrasi berikut:

Ia bekerja di sebuah pabrik pendistribusian daging. Pada suatu hari, ia pergi ke ruangan pendingin untuk memeriksa sesuatu. Namun, tiba-tiba pintu ruangan itu tertutup dan ia terkunci tanpa seorangpun melihatnya. Juan berusaha membuka dan menggedor pintu tetapi ia tidak berhasil. Tidak seorangpun bisa mendengar suaranya. Lima jam berada di dalam, ia hampir mati.

Disaat jam pulang karyawan tiba, tiba-tiba seseorang membuka ruangan itu. Juan terkejut, karena Stanley, si penjaga keamanan pabrik masuk, mendekati dan segera menyelamatkannya. Juan bertanya kepada Stanley, bagaimana mungkin ia masuk ruang pendingin itu, sebab pekerjaan mengecek ruang pendingin itu bukanlah rutinitas pekerjaannya. Dan Stanley mulai bercerita: “Di pabrik ini ada ratusan pekerja datang  dan keluar setiap hari. Banyak yang memperlakukan saya seolah-olah tak terlihat. Anda adalah salah satu dari sedikit karyawan yang selalu menyapa saya di pagi hari dan mengatakan “sampai jumpa besok” kepada saya setiap sore ketika meninggalkan tempat ini. Tapi setelah jam berakhir, saya belum berjumpa dan mendengar sapa anda. Oleh karena itu, saya curiga dan memutuskan untuk mencari Anda.” Juan terpengarah, keramahan sederhana yang ia ucapkan setiap hari, menyelamatkannya dari kematian.

Benar apa yang dikatakan seseorang : “a simple hello could lead to million things”. Melaui cerita di atas, kita belajar bahwa salam sapa tidak hanya penting bagi sang penerima, nyatanya hal itu adalah doa kebaikan yang  menjadi penguatan bagi sang penyampai. Oleh karena itu, mari sambut, salam dan sapa yang melahirkan optimisme dan semangat bagi  orang-orang disekitar kita (keluarga, tetangga dan orang-orang yang kita jumpai).

Aktivitas

  • Membuat komitmen untuk memberikan salam dimulai dari anggota keluarga.
  • Mengisi lembar aktifitas dimulai dari Minggu Palmarum, Kamis Putih, gambar kaki melambangkan pembasuhan kaki (jika diadakan di gereja), Jumat Agung dan Paskah.
Minggu Palmarum Kamis Putih
Bacaan: Bacaan:
Aktivitas: Menempel daun palem kecil Aktivitas: Menempel gambar kaki
Ayat hafalan: Ayat hafalan:
Jumat Agung Minggu Paskah
Bacaan: Bacaan:
Aktivitas: Menempel salib yang terbuat dari lidi Aktivitas: Menggambar kubur kosong
Ayat hafalan Ayat hafalan:

Lagu:

Havenu Shalom

Havenu Shalom Alaichem / Havenu Shalom Alaichem/

Havenu Shalom Alaichem / Havenu Shalom.. Shalom…. Shalom Alaichem.

Kubawa damai bagimu / kubawa damai bagimu /

Kubawa damai bagimu / Kubawa damai… damai… damai bagimu.


Keterangan:

[1]Lulav adalah sekumpulan ranting pohon yang terbuat dari setangkai daun pohon palem, dua batang ranting daun gandarusa dan tiga batang ranting pohon myrtle yang dijalin dengan rajutan daun.
Baca selengkapnya di artikel “Perayaan Sukkot dan Hati Seorang Yahudi”, https://tirto.id/bWky

Renungan Harian

Renungan Harian Anak