Bacaan Alkitab : Kisah Para Rasul 2: 41-47
Tahun Gerejawi : Bulan Ekumene
Tema : Ekumene: Definisi Membentuk Persekutuan
Ayat Hafalan : “Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.” 1 Tesalonika 5: 11
Lagu Tema : Kidung Ria 105 “Hari Ini Kurasa Bahagia”
Tujuan:
- Remaja dapat mencirikan pola hidup jemaat yang pertama.
- Remaja dapat menjelaskan tantangan dalam menerapkan pola hidup jemaat yang pertama.
- Remaja dapat menjelaskan faktor pendukung dalam menerapkan pola hidup jemaat yang pertama.
- Remaja dapat membiasakan diri untuk merawat persekutuan.
Penjelasan Teks (Hanya untuk Pamong)
Jemaat mula-mula menyukai adanya persekutuan satu dengan yang lain, salah satu caranya dengan memecahkan roti sebagai wujud perjamuan kasih diantara mereka dan berdoa bersama secara teratur. Yesus menggunakan roti dan anggur untuk menunjukkan bagaimana hidupNya akan dikorbankan untuk mengampuni dosa-dosa, dan menjadi dasar bagi perjanjian baru antara Allah dan umatNya. Orang-orang saling mengasihi dalam persekutuan tersebut sehingga orang-orang percaya yang kaya menjual harta milik mereka untuk anggotanya yang miskin. Mereka saling berbagi kesulitan di antara orang Kristen diwujudkan dalam suatu tindakan sosial sebagai dukungan keuangan bagi sesamanya yang kekurangan.
Jemaat mula-mula tekun dan setia mengikuti pemberitaan firman. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan tidak pernah mengingkari atau meninggalkannya. Dengan baptisan mereka dimuridkan untuk diajar, dan mereka bersedia untuk mendapatkan pengajaran. Mereka bertekun dalam persekutuan dan dengan sehati berkumpul tiap-tiap hari di Bait Allah. Mereka akrab satu dengan yang lain, dan memanfaatkan segala kesempatan untuk saling bertemu. Mereka saling peduli, saling berbela rasa, dan dengan sepenuh hati mendukung kepentingan satu sama lain. Mereka takut pada rasul-rasul dan menaruh hormat terhadap mereka.
Jumlah tiga ribu untuk menunjukkan banyak orang Yahudi yang percaya kepada Mesias dan dengan demikian menjadi kelanjutan dari umat perjanjian Allah. Ini juga menunjukkan bahwa keselamatan mempunyai dimensi individual maupun kolektif. Kebersamaan dan menganggap semua adalah milik bersama mengungkapkan persahabatan yang ideal pada waktu itu. Yang terutama adalah bahwa semua orang dicukupi kebutuhannya, dan tidak seorang pun menyimpan bagi dirinya sendiri sementara yang lain kekurangan.
https://alkitab.sabda.org/commentary.php?passage=Kis%202:41-47
Pendahuluan
- Ajak remaja membaca Kisah Para Rasul 2:41-47 secara bergantian!
- Ajak remaja berdiskusi tentang pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Apa itu persekutuan?
- Sebutkanlah bentuk-bentuk kegiatan dalam persekutuan?
- Apa manfaat dari kita mengikuti persekutuan?
- Bagaimana dampak negatif ketika persekutuan itu tidak dijaga dengan baik?
Cerita
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Disana ada relasi serta komunikasi yang dibangun, juga ada sesuatu yang diberikan sebagai wujud pertolongan maupun dukungan yang diberikan kepada sesama. Kita pun tentunya menyadari bahwa hingga sampai saat ini kita sudah memakai jasa banyak orang untuk mencukupi kebutuhan kita. Mungkin terkadang kita merasa tidak rela untuk memberikan sesuatu kepada orang lain, apalagi ketika yang akan kita berikan itu juga kita perlukan untuk keberlangsungan hidup kita sendiri.
Bacaan hari ini juga menyatakan suasana yang demikian. Ketika jemaat mula-mula membangun relasi dengan orang lain tentunya dasarnya bukan atas persamaan, namun perbedaan yang mereka satukan dalam hal saling mengasihi dan menolong. Persekutuan bukan hanya sekedar berkumpul bersama, dalam KBBI menyebutkan bahwa ini terkait tentang; hal bersekutu, persatuan, perhimpunan, ikatan (orang-orang yang sama kepentingannya). Mereka memiliki tujuan yang sama, mau berjalan bersama dan menerima satu dengan yang lain merupakan wujud dari persatuan mereka. Jemaat mula-mula tekun mendengarkan Firman Tuhan dan juga pengajaran para rasul. Mereka juga saling mengasihi dalam persekutuan tersebut sehingga orang-orang percaya yang kaya menjual harta milik mereka untuk anggotanya yang miskin. Ini yang menjadi wujud pengorbanan yang diberikan demi keberlangsungan hidup bersama yang saling menguatkan. Mereka tidak menahan berkat dan apapun yang mereka punya hanya untuk kepentingan diri sendiri, dan mau memberikan sesuatu untuk mendukung mereka yang lemah.
Mereka akrab satu dengan yang lain, dan memanfaatkan segala kesempatan untuk saling bertemu. Mereka saling peduli, saling berbela rasa, dan dengan sepenuh hati mendukung kepentingan satu sama lain. Mereka takut pada rasul-rasul dan menaruh hormat terhadap mereka. Orang-orang tersebut juga mempercayai bahwa keselamatan yang mereka dapatkan itu adalah keselamatan yang juga harus dirasakan oleh semua orang. Tentunya dalam menjalani kehidupan bersama dalam suatu persekutuan itu bukanlah hal yang mudah. Manusia sering kali dikuasai oleh perasaan yang selalu ingin menang sendiri, ingin senang sendiri, ingin mendapat berkat dan selamat sendiri dan lain sebagainya. Selain itu terkadang banyak orang masih memikirkan untung dan rugi ketika hendak melakukan dan memberi sesuatu kepada orang lain. Ini yang seringkali menjadi salah satu tantangan dalam mewujudkan persekutuan yang sesungguhnya. Bukan soal berapa dan apa, namun dasarilah pemberian kita dengan kasih dan dengan pernyataan bahwa hal bersekutu itu bukan hanya tentang hidup bersama, namun juga melayani dan mendukung demi tujuan bersama. Jangan pernah memilih kepada siapa kita harus mengasihi dan memberi, namun percayalah bahwa Tuhan memberkati kita untuk menjadi berkat bagi semua orang. Mari kita belajar dari ilustrasi berikut ini:
Memberi – John Wesley Generation
Ada seorang ayah/bapak yang sangat cukup yang mempunyai 19 ekor kerbau, dan 3 orang anak. Mendekati ajalnya, dia membagikan warisan kepada ke tiga anaknya dengan pesan pembagian harta warisan: 1/2 untuk anak pertama, 1/4 untuk anak kedua dan 1/5 untuk anak ketiga. Setelah sang bapak meninggal, ketiga anaknya membagikan kerbau sesuai pesan ayah mereka. Anak pertama: mendapat ½ bagian dari 19 ekor: 9 ½; Anak kedua: mendapat ¼ bagian dari 19 ekor : 4 ¾; Anak ketiga: mendapat 1/5 bagian dari 19 ekor: 3,8.
Tapi mereka menemukan keganjilan, mereka sadar bahwa masing-masing mereka akan mendapatkan bagian kerbau yang tidak utuh. Kalau dilaksanakan berarti ada kerbau yang harus dipotong, dibagi-bagi. Mereka tidak suka, dan ngotot harus mendapat utuh. Masing-masing tidak mau mengalah dan berusaha mendapatkan bagian utuh. Terdengarlah kabar pertengkaran mereka, oleh seorang bapak yang miskin yang hanya punya 1 ekor kerbau. Akhirnya, bapak tersebut menemui mereka, dan bersedia dengan ikhlas, tulus memberikan kerbaunya supaya masing-masing mendapat bagian yang utuh. Tidak ada yang setengah-setengah.
Nah ini kerbau bapak, tambahkan dengan yang 19 tadi, jadi 20 ekor. Anak-anak itu setuju, dan mereka mulai membagi. Anak pertama mendapat ½ bagian dari 20: 10 ekor; anak kedua mendapat ¼ bagian dari 20 ekor: 5 ekor; anak ketiga mendapat 1/5 bagian dari 20 ekor: 4 ekor. Lalu si bapak tua berkata: sekarang tugasku sudah selesai, amanah almarhum AYAH kalian sudah kita jalankan. Anak pertama dapat 10, anak kedua dapat 5, anak ketiga dapat 4, jumlah total sapi yang dibagi 19 ekor. Sisa satu, bolehkah saya membawa yang satu ekor ini ??? Anak-anak mempersilahkan si bapak membawa sisa 1 ekor.
SAUDARA KETIKA KITA MEMBERI KITA TIDAK SEDANG KEHILANGAN DAN KEKURANGAN
http://gmidistriklima.blogspot.com/2017/03/ilustrasi-memberi.html
Aktivitas: Pelaksanaan Aksi Diakonia
- Ajak remaja untuk mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk dibagikan kepada warga yang benar-benar membutuhkan.
- Makanan atau bingkisan ini merupakan hasil dari mereka menabung dari Minggu-minggu sebelumnya yang kemudian oleh Pamong ditata teknis pelaksanaannya.
- Tidak perlu banyak yang diberi, semua bergantung kepada kemampuan memberi dan kepada siapa yang benar-benar membutuhkan.
- Tindakan sosial ini dilakukan sebagai aksi langsung dalam menerapkan hidup berbagi.