Bacaan Alkitab : Yosua 8 : 30-35
Tahun Gerejawi : Bulan Kitab Suci
Tema : Rajin Baca Kitab Suci
Tujuan :
- Remaja dapat menjelaskan alasan Yosua membaca Kitab Suci.
- Remaja dapat menjelaskan alasan rajin membaca kitab suci untuk dirinya.
- Remaja meyakini bahwa Kitab Suci adalah sumber hikmat.
- Remaja dapat membiasakan diri membaca Alkitab secara rutin.
Ayat Hafalan : “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mazmur 119 : 105)
Lagu Tema : Kidung Jemaat no. 51 : 1,2,3,4
PENJELASAN TEKS
- Kitab Yosua menceritakan tentang kehidupan bangsa Israel di bawah kepemimpinan Yosua, dimana Yosua berhasil memimpin kedua belas suku Israel yang baru keluar dari Mesir untuk menaklukkan Palestina. Keberhasilan itu diperoleh bangsa Israel setelah mereka melakukan serangan mendadak di tiga bagian, yaitu bagian tengah (Yosua 1-9), bagian selatan (Yosua 10) dan bagian utara (Yosua 11).
- Kisah pembacaan hukum Taurat di gunung Ebal merupakan bagian dari kisah penaklukan bagian tengah, dimana Yosua membangun sebuah mezbah untuk Tuhan atas pembinasaan Ai. Dalam tradisi ibadat Israel Kuno, mezbah adalah fokus ibadat terkuno kepada YHWH. Hukum Mezbah kuno mengatur bahwa mezbah dibuat dari tanah atau batu-batu alam yang tidak dipahat. Pada awalnya, mezbah dibangun di sebuah tempat dimana Allah menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya. Pada perkembangannya fungsi tersebut sedikit bergeser. Bangsa Israel membangun mezbah dalam rangka menghormati YHWH dengan cara mempersembahkan korban bakaran atau korban persekutuan. Oleh karena itu, pada mulanya bangsa Israel meyakini bahwa Allah bisa hadir dimanapun, tanpa harus dibatasi sebuh tempat tertentu. Berbicara tentang korban, biasanya imam mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan. Korban bakaran (Ibrani : oloth) ialah korban binatang yang dibakar atau persembahan lain yang dipersembahkan sebagai wujud kesediaan bangsa Israel untuk menyerahkan diri kepada Tuhan secara penuh. Korban keselamatan (Ibrani : Zebhahim) ialah korban tanda persekutuan antara bangsa Israel dengan Tuhan. Ada juga yang menyebutnya sebagai korban pendamaian. Dalam perikop, Yosua nampaknya masih mengikuti tradisi ibadat Israel Kuno (ay 31).
- Selain dipersembahkannya korban di atas mezbah tersebut, Yosua juga menulis salinan hukum Musa. Pada saat mempersembahkan korban-korban dan menulis salinan hukum Musa, diceritakan bahwa ada sebuah ritus atau tindakan ibadah yang dilakukan oleh orang-orang yang hadir di situ, dimana separuh orang menghadap ke gunung Gerizim dan separuh orang menghadap ke gunung Ebal. Dalam kepercayaan orang Israel, gunung Gerizim dan gunung Ebal mempunyai peranan penting dalam pengesahan perjanjian antara Allah dan bangsa Israel. Gunung Gerizim berada di sebelah selatan kota Sikhem, sedangkan gunung Ebal berada di sebelah utara kota Sikhem. Kota Sikhem sendiri diyakini sebagai pusat religious yang pertama di tanah Palestina, sehingga bisa dimengerti apabila orang banyak yang datang bersikap demikian. Dalam sikap ritus seperti itulah, Yosua kemudian membacakan segala perkataan hukum Taurat, tanpa kecuali. Tindakan Yosua tersebut sebenarnya merupakan konsekuensi langsung atas pemahaman bangsa Israel tentang perang suci. Bagi orang Israel, perang suci adalah perang yang secara langsung dipimpin oleh Allah. Perwujudan Allah yang memimpin itu terdapat pada Tabut yang dibawa kemana-mana oleh orang Israel. Penaklukan Ai diyakini sebagai salah satu perang suci, sehingga pembacaan salinan hukum Taurat tersebut adalah sebuah cara yang dilakukan Yosua agar seluruh orang yang ada di situ mengerti dan ingat bahwa perkataan atau firman Tuhan selalu memimpin dan menyertai kehidupan mereka.
LANGKAH-LANGKAH PENYAMPAIAN
- Ajak remaja untuk melakukan kegiatan. Bagikan selembar kertas kepada mereka. Minta mereka untuk menuliskan jadwal kegiatan masing-masing selama satu minggu. Setelah selesai, ajak mereka untuk melihat, apakah di masing-masing jadwal ada waktu yang disediakan untuk membaca Kitab Suci. Apabila ada, hitung berapa kali mereka melakukan hal tersebut dalam sepekan.
- Sediakan papan besar atau kertas manila. Ajak remaja untuk berdiskusi, kendala-kendala apa saja yang menyebabkan mereka tidak bisa menyisihkan waktu untuk membaca Kitab Suci. Minta remaja untuk menuliskannya di papan atau kertas manila.
- Sampaikan kepada remaja tentang sejarah berdirinya Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Tekankan mimpi besar LAI yang berusaha menerbitkan Alkitab dalam bahasa yang mudah dimengerti, dalam bentuk yang menarik dan disukai, serta disebarkan dengan harga yang mudah terjangkau oleh masyarakat umum. Setelah itu sambung dengan penjelasan teks yang menekankan tentang Yosua yang meyakini penyertaan Tuhan melalui pembacaan Kitab Suci.
- Tanyalah kepada remaja, mengapa Yosua melakukan pembacaan Hukum Taurat setelah selesai berperang. Tegaskan kepada remaja bahwa membaca Kitab Suci mempunyai manfaat yang luar biasa agar kehidupan orang percaya selalu dipimpin oleh kehendak Tuhan.
- Ajak remaja untuk berkomitmen dengan menyusun ulang jadwal kegiatan sepekan dengan memberikan prioritas waktu membaca Kitab Suci pada saat sebelum tidur di malam hari. Komitmen itu ditegaskan dengan mengucapkan ayat hafalan : Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mazmur 119 : 105)
ILUSTRASI
Sebelum Lembaga Alkitab Berdiri.
Jauh sebelum berdirinya Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), pada tanggal 4 Juni 1814 telah didirikan suatu Lembaga Alkitab di Batavia (sekarang Jakarta) di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles. Lembaga Alkitab ini merupakan cabang pembantu dari Lembaga Alkitab Inggris dan dinamakan Lembaga Alkitab Jawa (Java Auxiliary).
Ketika pendudukan Inggris digantikan pendudukan Belanda pada tahun 1816, Lembaga Alkitab ini diganti namanya menjadi Lembaga Alkitab Hindia-Belanda (Nederlands Oost-Indisch Bijbelgenootschap) atau dikenal dengan sebutan Lembaga Alkitab Batavia (Bataviaas Bijbelgenootschap). Tidak banyak yang diketahui tentang kegiatan Lembaga Alkitab ini.
Jauh sebelum berdirinya LAI, penyebaran Alkitab dan Bagian-bagiannya di Indonesia dilakukan oleh Lembaga Alkitab Inggris dan Lembaga Alkitab Belanda. Sampai dengan tahun 1937, Lembaga Alkitab Belanda menyebarkan Alkitab melalui perwakilannya (agen) di Bandung, sedang Lembaga Alkitab Inggris menyebarkan Alkitab melalui perwakilannya di Manila dengan sub-agen wilayan Jawa-Bali yang juga berada di Bandung. Pada tanggal 1 Januari 1938, kedua agen itu dipersatukan dan berkedudukan di Burgemeester Kuhrweg 7 (sekarang Jalan Purnawarman), Bandung.
Dengan berkecamuknya Perang Dunia II, maka pada tanggal 11 November 1940, keagenan Lembaga Alkitab tersebut dialihkan ke tangan orang Indonesia. Yang ditunjuk memimpin agen tersebut adalah Mr. Giok Pwee Khouw yang berkedudukan di Nijlandweg 56 (sekarang Jalan Cipaganti), Bandung. Sementara itu penyebaran Alkitab dan Bagian-bagiannya pada masa perang dilakukan masih terus berjalan terus melalui depot-depot Alkitab dan melalui perorangan yang tersebar luas di Indonesia.
Pada tahun 1945, agen Alkitab itu diserahkan kepada Lembaga Alkitab Belanda, dan Mr. Giok Pwee Khouw dipindahkan ke Makassar. Baru setelah Pengakuan Kedaulatan Indonesia oleh masyarakat internasional pada tahun 1950, agen Alkitab dipindahkan ke Jakarta yang berkedudukan di Jalan Teuku Umar No. 34.
Berdirinya Lembaga Alkitab Indonesia
Pada tahun 1950 bersamaan dengan diterimanya Republik Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa Bangsa, beberapa tokoh kristiani mulai memprakarsai berdirinya LAI. Sejalan dengan aspirasi kemerdekaan bangsa dan negara, timbullah keinginan untuk berdikari, bertanggungjawab penuh terhadap pengadaan serta penyebaran Alkitab.
Walaupun berdirinya Lembaga Alkitab Nasional yang mandiri telah diusahakan sejak tahun 1951, tetapi realisasinya baru pada tanggal 9 Februari 1954 yaitu pada waktu penandatanganan Akta Notaris pendirian Lembaga Alkitab Indonesia sebagai Yayasan dihadapan Notaris Elisa Pondaag. Akta Notaris yang bernomor 101 tersebut mencatat susunan pengurus LAI yang pertama. Susunan Badan Pengurus Yayasan LAI yang pertama adalah: Ketua: Dr. Todung Sutan Gunung Mulia; Wakil Ketua: Elvianus Katoppo; Panitera/Bendahara: Mr. Giok Pwee Khouw; Anggota: Ny. Tjitjih Leimena, Ds. Peter Dominggus Latuihamallo, Ds. Mas Komarlin Tjakraatmadja, Ds. Pouw Ie Gan, dan Ds. Raden Saptojo Judokusumo.
Sementara itu pada tahun 1952, LAI diterima sebagai anggota madia (associate member) dari Persekutuan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia pada persidangannya di Ootacamund, India; dan diterima menjadi anggota penuh (full member) pada persidangan Persekutuan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia di Eastbourne, Inggris pada bulan April 1954. Sejak berdirinya LAI sampai sekarang, ada beberapa nama yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Umum (General Secretary) LAI adalah: Mr. Giok Pwee Khouw; Ph.J. Sigar, S.H; Pdt. W.J. Rumambi; Pdt. Chr. A. Kiting dan Drs. Supardan, M.A.
LAI hadir untuk menerjemahkan, menerbitkan dan menyebarkan Alkitab dan bagian-bagiannya dalam bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah. Dalam upayanya tersebut LAI selalu berusaha menerbitkannya dalam bahasa yang mudah dimengerti, dalam bentuk yang menarik dan disukai, serta disebarkan dengan harga yang mudah dijangkau oleh masyarakat umum.
Untuk melaksanakan tugas-tugasnya tersebut, LAI membagi tugas kerja ke dalam 7 departemen: Departemen Penerjemahan, Departemen Produksi dan Percetakan, Departemen Penyebaran, Departemen Gereja & Masyarakat, Departemen Keuangan, Departemen Administrasi Umum & SDM dan Departemen Penelitian & Pengembangan serta ditambah Pusat Pelayanan Komputer (Puspelkom) dan Biro Informasi. Semua Departemen, Puspelkom dan Biro Informasi berkedudukan di Jalan Salemba Raya No. 12, Jakarta, kecuali Departemen Penerjemahan yang berkantor di Jalan Ahmad Yani No. 90 Bogor. Sedangkan Departemen Produksi dan Percetakan berlokasi di Jalan Roda Pembangunan No. 96, Nanggewer Km. 49, Cibinong, Bogor. Dalam melaksanakan tugasnya di daerah-daerah, LAI ditunjang oleh Kantor-kantor Perwakilannya di Medan, Manado, Makassar dan Jayapura. (sumber : http://www.alkitab.or.id/tentang-kami/sejarah/)