God’s Rules Are Fun! Tuntunan Ibadah Remaja 2 Juni 2024

Judul: God’s Rules Are Fun!
Tahun Gerejawi: Pekan UEM
Tema: Suka Menolong

Bacaan: Markus 2:23-3:6
Ayat Hafalan: Siapa menghina sesamanya berbuat dosa, tetapi berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita (Amsal 14:21)

Lagu Tema: Kasih Pasti Lemah Lembut

Penjelasan Teks (Hanya Untuk Pamong)
Hari sabat adalah hari yang sangat dihormati orang-orang Yahudi. Hal ini didasarkan pada pemahaman mereka terhadap hukum dan aturan agama yang selalu diajarkan oleh nenek moyang mereka, yaitu Musa dan Umat Israel. Pemahaman ini didasarkan pada penghayatan iman, bahwa Tuhan Allah telah menciptakan dunia dengan segala isinya selama enam hari lamanya. Pada hari ke tujuh Tuhan Allah berfirman bahwa IA menyelesaikan segala pekerjaan-Nya—karya Allah dalam penciptaan—dan berhenti untuk menguduskan segala pekerjaan yang dibuat-Nya itu (Bdk. Kejadian 2:1-3). Firman Tuhan ini kemudian ditekankan kembali di dalam 10 Hukum Taurat yang diberikan oleh Tuhan melalui Bapa Musa kepada Umat Israel (Bdk. Keluaran 20:8-12), di sana dituliskan “Ingatlah dan Kuduskanlah Hari Sabat”. Oleh karena hal inilah, orang-orang Yahudi pada zaman Yesus pun masih menghormati hukum dan ketentuan Tuhan tersebut.

Tuhan Yesus, sejak kecil tumbuh dan berkembang dalam pendidikan orang tua yang menghormati Hukum Taurat. Sehingga Tuhan Yesus sangat memahami keaadaan di mana Ia hidup dengan segala ketetapan hukum yang dihayati oleh orang-orang Yahudi. Akan tetapi, Tuhan Yesus bukanlah pribadi yang pasif, sehingga IA hanya menaati hukum atau peraturan secara mentah-mentah tanpa meninjau lebih dalam tentang kenyataan yang sering IA hadapi saat itu. Masalahnya dalam diri orang-orang Yahudi, secara khusus para tokoh-tokoh agama, penekanan menaati hukum tentang hari Sabat adalah hal yang mutlak. Namun yang sebenarnya terjadi, motivasi para tokoh-tokoh agama tadi adalah melakukan pengkudusan hari sabat hanya supaya terlihat sebagai orang yang saleh, dan agar dipuji oleh orang lain. Jadi banyak orang-orang Yahudi yang tidak tulus untuk taat terhadap hukum dan hanya memikirkan kepentingannya sendiri.

Oleh karena kenyataan inilah, dalam dua perikop tersebut, apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus bersama para muridNya, bukan karena IA tidak taat terhadap peraturan. Akan tetapi Tuhan Yesus sedang mendobrak pemahaman yang keliru terhadap hukum, dan tergambarkan jelas dalam pasal 2 dan 3 tadi. Tuhan Yesus mengajarkan bahwasanya hari Sabat memang diciptakan untuk manusia, agar manusia pun sama seperti Tuhan Allah, memiliki jeda beristirahat dari pekerjaannya. Tuhan Allah tidak memerintahkan bahwa di hari Sabat manusia juga berhenti menghayati tugas dan tanggung jawabnya sebagai manusia yang saling menghasihi sesamanya. Pemahaman inilah yang sedang diajarkan oleh Tuhan Yesus, bahwa nilai-nilai kemanusiaan, mencintai sesama, dan bahkan menolong sesama tidak ada hari liburnya, sekalipun hari Sabat. Jika ada sesama manusia yang kelaparan, kesakitan, bahkan menderita di hari Sabat, kita harus segera menolongnya, karena itu bukan soal melakukan pekerjaan yang melanggar aturan. Akan tetapi, melakukan pekerjaan Kasih yang tidak mementingkan diri sendiri.

Tujuan:

  1. Remaja dapat menceritakan persamaan kedua cerita dalam Markus 2:23-28 dan Markus 3:1-6
  2. Remaja dapat menceriterakan pesan penting yang diajarkan Tuhan Yesus dalam dua perikop bacaan tersebut.
  3. Remaja dapat menyimpulkan bacaan Alkitab dan dikaitkan dengan tema suka menolong
  4. Remaja dapat menjadi pelopor penolong sesamanya.

Pendahuluan

  1. Ajak remaja membaca Markus 2:23-28 disambung Markus 3:1-6
  2. Ajak remaja untuk berdiskusi tentang manfaat sebuah peraturan bagi kehidupan mereka.
  3. Ajak remaja untuk menyebutkan peraturan yang pernah mereka ketahui, atau sedang dijalani dan pernah mereka alami. (Baik di rumah, di sekolah, atau lingkungan masyarakat)
  4. Kemudian, dari jawaban-jawaban diskusi tersebut tanyakan kepada remaja apakah memberlakukan sikap tolong-menolong bisa berbenturan dengan hukum atau peraturan yang berlaku? Bagaimana menyikapinya?

Cerita
Teman-teman yang dikasihi Tuhan.

Ada suatu sekolah bernama SMP Mutiara Kasih yang menerapkan tata tertib dan aturan ketat terhadap para muridnya. Salah satu perarutannya ialah mengenai keterlambatan; setiap siswa dan guru harus tiba di sekolah maksimal pukul 06.45, jika terlambat 5 menit dari jam itu maka presensinya terhitung Alpha selama 3 hari. Suatu hari ada seorang siswi bernama Veronica, ia tergolong siswi yang rajin dan tidak pernah terlambat, sekalipun jarak rumahnya ke sekolah itu 10 Km. Namun pada waktu  itu, Veronica melihat secara langsung ada seorang ibu dan anak balitanya mengalami kecelakaan dan pelakunya melarikan diri. Melihat kejadian ini, Veronica segera menolong anak balita tersebut yang menangis kesakitan. Untungnya anak balita itu tidak mengalami luka serius, tetapi ibunya harus dibawa ke Puskesmas. Sambil menunggu keluarganya datang, Veronica tetap menggendong balita yang tidak ingin terlepas dari gendongannya itu, sampai akhirnya balita itu dijemput ayahnya. Veronica tetap melanjutkan perjalanan ke sekolah, meskipun terlambat 20  menit. Ia ditegur oleh gurunya, ia sudah menjelaskan kondisinya dan memohon agar tidak diberi keterangan Alpha. Akan tetapi tidak diizinkan oleh gurunya untuk masuk ke sekolah.

Remaja yang dikasihi oleh Tuhan,  pengajaran tentang kasih itu selalu ditekankan dalam iman Kristen, salah satunya tentang  hukum kasih yang kedua, “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Menegaskan dengan jelas bahwa mengasihi, menolong mereka, seperti kita ingin dikasihi adalah kewajiban yang mutlak. Demikian juga Tuhan Yesus selalu memberikan contoh dan bukti konkrit cara mengasihi dan menolong sesama.

Seperti dalam bacaan hari ini di dalam Injil Markus 2:23-3:6, dua cerita tersebut pada dasarnya sama, menceritakan sikap Tuhan Yesus yang sangat mengasihi sesama, dan suka menolong atau mengedepankan nilai-nilai kasih yang memanusiakan manusia. Ia mengajak para muridNya memetik anggur di hari Sabat, karena Tuhan Yesus mengerti bahwa para murid bukan hanya butuh makanan rohani tetapi makanan jasmani. IA menyembuhkan orang kesakitan di hari Sabat  merupakan sikap kasih yang harus diwujudkan kepada sesama, dan sikap tersebut harus didahulukan dibandingkan dengan peraturan yang lain. Sekalipun pada akhirnya dipandang keliru oleh orang-orang Yahudi, dan dibenci, Tuhan Yesus tetap menegakkan peraturan utama yaitu kasih dan kepedulian.

Tuhan Yesus tidak ingin umat manusia hidup dalam sebuah peraturan yang kaku dan mengesampingkan kasih, bahkan tidak memanusiakan manusia atau sesamanya. Peraturan itu merupakan hal yang baik dan diperlukan untuk menata tatanan hidup. Akan tetapi peraturan yang kaku akan menghilangkan makna kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu, para remaja yang terkasih, Veronica akhirnya mengajak teman-temannya dan pegurus OSIS untuk meninjau ulang berbagai peraturan di sekolah yang sudah lama dan perlu diubah dengan mengedepankan nilai-nilai kasih agar tidak kaku. Salah satu peraturan baru yang kemudian diusulkan oleh Veronica dan teman-temannya adalah; setiap siswa-siswi yang terlambat wajib membayar denda sebesar 3000 rupiah dan uang yang terkumpul 1 tahun akan disumbangkan kepada panti asuhan atau kepada warga setempat yang miskin dan kurang mampu. 

Aktivitas

  1. Ajak remaja untuk menyebutkan contoh-contoh sikap menolong sesama yang kurang tepat dan dapat membedakan sikap menolong yang benar dan tepat. Misalnya menolong temannya untuk diberikan contekan, menolong temannya untuk berbohong pada orang tua, atau menolong temannya untuk melakukan hal-hal yang tidak benar, dan lain-lainnya.
  2. Kemudian ajak remaja untuk melakukan melakukan jargon bersama bernama SALAM RAMEN.
  3. Cara melakukan jargon SALAM RAMEN, pertama ucapkan kata “SALAM RAMEN”, lalu lakukanlah tepuk pramuka selama 3 kali. Setelah tepuk pramuka 3x selesai, ucapkan bersama-sama Remaja Suka Menolong.
  4. Pada saat mengucapkan kalimat Remaja Suka Menolong, PERHATIKANLAH, himbauan gerakan ini: ketika menyebut kata Remaja, kedua tangan (ditekuk) memutar-mutar di depan dada. Kemudian pada saat mengucapkan kata Suka, gerakkan kedua tangan mengayun ke atas sambil kedua telapak dikepalkan. Lalu bagian terakhir pada saat kata Menolong silangkan kedua tangan ke depan dada, seperti gerakan memeluk.
  5. Ajaklah melakukan jargon SALAM RAMEN ini sampai remaja bisa dan hafal. Jika perlu jargon ini bisa diulangi di minggu depan sebelum ibadah di mulai. Tujuannya adalah menanamkan semangat kepada para remaja dan menumbuhkan jiwa yang suka menolong.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak