Bacaan Alkitab : Matius 28 : 11-15
Tahun Gerejawi : Bulan Paskah
Tema : Mendustai
Ayat Hafalan : “dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu.” (Titus 2 : 7)
Lagu tema : Kidung Jemaat 422 : 1,2
Tujuan :
- Remaja dapat menjelaskan cara Mahkamah Agama berdusta
- Anak dapat menjelaskan alasan jika mereka berdusta
- Anak dapat menunjukkan cara menyampaikan berita dengan benar
Penjelasan Teks :
Para serdadu harus berbohong terhadap fakta bahwa Yesus telah bangkit. Mereka bersedia berbohong demi sejumlah uang yang telah diberikan. Efek dari berita bohong yang mereka siarkan menyebabkan fakta bangkit-Nya Tuhan Yesus tidak bisa diterima oleh orang-orang Yahudi sampai dengan sekarang.
Karena peristiwa tersebut maka kabar keselamatan menjadi putus di antara orang Yahudi dan mereka terus menantikan Mesias sampai dengan sekarang. Berita bohong yang disebarkan telah menjadi efek yang mempengaruhi kehidupan dan keselamatan suatu bangsa. Betapa dasyat kekuatan berita untuk mempengaruhi kehidupan suatu bangsa tidak hanya seseorang.
Pendahuluan
- Ajak Remaja membaca Matius 28: 11-15!
- Ajak Remaja mendiskusikan hal berikut:
- Apa arti hoax?
- Berita hoax apa yang pernah kalian terima?
- Apa dampak dari berita hoax tersebut?
Cerita
Pada tahun 2012, Justin Bieber diisukan menderita kanker setelah fotonya berkepala botak disebarluaskan di internet disertai tagar #baldforbieber. Para penggemarnya segera menjadi botak sebagai wujud empati dan dukungan. Faktanya, Bieber dalam keadaan sehat.
Seruan untuk mewaspadai hoax akhir-akhir ini menguat. Apa itu hoax ? Menurut Kamus Bahasa Inggris Oxford, hoaks berarti “mengelabui dengan membujuk agar orang percaya pada satu hal yang fiktif atau kepalsuan yang sengaja dibuat terkait hal yang menghibur atau jail.
Di Indonesia, kosakata ini menjadi populer, karena biasanya berita hoaks menjadi konsumsi yang paling diminati masyarakat menjelang peristiwa pemilihan politik. Kampanye hitam adalah bahasa yang terlebih dahulu digunakan, meskipun maknanya sama. Kominfo RI, diakhir tahun 2016 ada 800 situs yang terindikasi menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian. Media sosial membantu penyebarannya.
Melalui berita CNN, disebutkan bahwa penyebab orang mudah percaya dan atau menyebarkan hoaks adalah :
- Terlatih mempercayai kabar tertentu. Banyak orang beramsumsi bahwa berita yang berasal dari media, pasti teruji kebenarannya. Di era media yang semakin berkembang, memeriksa ulang kebenaran suatu kabar dianggap tidak terlalu penting.
- Bias konfirmasi, kita lebih cepat menerima dan membagikan informasi yang mendukung keyakinan kita akan suatu hal.
- Ingin terlibat perbincangan karena informasi yang menarik adalah modal social yang membuat kita merasa wajib membagikan ulang.
- Kurang teliti dan gampang percaya, ditambah budaya membaca yang rendah.
- Serta sengaja membagikan berita palsu untuk mengalihkan perhatian yang terfokus pada berita tertentu.
Head of Social Media Management Center dari Kantor Staf RI mengatakan bahwa remaja adalah kelompok yang paling mudah percaya dengan hoax. Mereka biasanya tidak menyaring setiap informasi yang masuk apalagi yang sensasional, bahkan cenderung langsung menyebarkan. Terlebih apa yang sudah tersebar, akan sulit dihapus lagi.
Setelah berita kebangkitan Tuhan Yesus terbukti dan tersebar, para imam berusaha merekayasa kebenaran tersebut dengan dusta dan harta. Mereka memberi uang suap kepada para penjaga kubur supaya memberikan kesaksian palsu/berita hoaks, bahwa para murid mengambil mayat Yesus ketika mereka sedang tidur. Dan setiap pertanyaan dari wali negeri akan dipertanggungjawabkan oleh para imam. Cerita bohong ini tersiar di antara orang Yahudi sampai ketika kitab ini ditulis.
Demikianlah efek berita bisa positif dan negatif. Hoaks juga beresiko bila dipercaya secara luas. Kebencian, kecurigaan, kekerasan dan ketidaksukaan terhadap pihak-pihak lain meningkat. Ditambah hilangnya rasa percaya, rasa hormat, sikap saling menghargai, keterbukaan, kejujuran dan kehilangan rasa kasih sayang.
Oleh karena itu mengapa, kejujuran merupakan gaya hidup yang harus dilatihkan terus menerus. Kejujuran juga harus didukung dengan fakta yang benar. Kekurangan data yang akurat dan persepsi salah menghadapi suatu masalah bisa menimbulkan efek yang besar. Jika terjadi kesalahpahaman bisa menimbulkan perselisihan. Maka dari itu kebiasaan menggunakan data yang akurat untuk melihat suatu masalah juga sangat penting.
Maka, remaja bijaklah bermedia sosial. Kalau media social menjadi tempat efektif untuk menyebar hoaks, maka media sosial juga berpotensi menjadi media baik untuk membagikan kebaikan, pesan damai. Ingatlah, di era ini bukan lagi “mulutmu harimaumu”, tapi “jarimu harimaumu”.
Aktivitas : Tulis pesan yang mengandung pesan damai di media social, hastag (status WA, facebook, twitter, instagram)
Contoh: #jarimuharimaumu #nohoax #saringsebelumsharing