Aku Mengenal Budayaku Tuntunan Ibadah Anak 12 November 2023

Tahun Gerejawi: Bulan Budaya
Tema: Budaya lokal

Judul: Aku Mengenal Budayaku
Bacaan: Yohanes 13:1-15
Ayat Hafalan: Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu;  sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. (Yohanes 13:14-15)

Lagu Tema: Rukun cinta satu sama lain

Penjelasan Teks (Hanya untuk Pamong)
Di daerah beriklim panas seperti Timur Tengah, orang-orang berjalan di jalan-jalan berdebu dengan kasut yang terbuka. Hal tersebut tentu saja menyebabkan kaki menjadi sangat kotor (berdebu). Maka setiap orang harus membersihkan atau membasuh kaki ketika sampai di rumah. Dan apabila seseorang menyediakan air untuk mencuci kaki para tamunya, hal itu merupakan tanda keramah-tamahan dan kebaikan hati. Abraham menghormati tamu agungnya (para malaikat) dengan menyediakan pembasuhan kaki (Kejadian 18:1-4); contoh-contoh lainnya adalah Lot, Laban, dan Abigail (Kejadian 19:1, 2; 24:29-32; 1 Samuel 25:41; Lukas 7:38, 44; 1 Timotius 5:10).

Menurut tradisi Yahudi mencuci kaki adalah sebuah bentuk penghormatan seseorang terhadap orang yang dianggap mempunyai status atau jabatan lebih tinggi atau lebih terhormat. Murid membasuh kaki gurunya, sebab menganggap guru mempunyai status yang lebih terhormat daripadanya. Namun pada malam Kamis Putih Yesus mencuci kaki para murid. Jelas ini melawan adat, maka ditolak oleh Petrus. Dia yang adalah murid merasa tidak pantas dihormati gurunya sedemikian rupa.

Tentu yang gelisah dan menolak bukan hanya Petrus melainkan semua murid dan mungkin juga Yudas. Yesus melakukan sebuah perbuatan pasti ada tujuannya. Tindakan mencuci kaki merupakan salah satu bentuk pengajaran bagi para murid. Ini adalah keteladanan mengenai kerendahan hati dan pelayanan.

Pada umumnya orang hanya “menghormati” dan melayani orang yang dianggap mempunyai status atau kasta yang sederajat atau yang lebih tinggi. Yesus sejak awal berusaha membuat sebuah hukum baru, yang berbeda dengan aturan yang berlaku pada umumnya. Dia mengajarkan penghormatan dan pelayanan atasan pada bawahan. Dari guru pada para murid.

Ini adalah pukulan penyadaran bagi para murid. Beberapa kali mereka memperdebatkan siapa yang terbesar di antara mereka, sebab dengan merasa terbesar mereka berhak mendapatkan penghormatan dari yang lainnya. Ini adalah suatu bentuk ketidakadilan di mana orang hanya menuntut penghormatan sebaliknya dia tidak mau menghormati sesamanya. Yesus juga selalu menggunakan hal-hal yang sudah akrab dengan kehidupan sehari-hari (tradisi) untuk mengajar (perumpamaan maupun tindakan secara langsung). Dan dalam perikop kali ini Yesus mengajarkan kerendahan hati melalui tradisi atau kebiasaan membasuh kaki. Dalam budaya Jawa, dikenal juga “gugon tuhon”. Gugon tuhon sebenarnya bermaksud mengajarkan hal-hal yang baik, sopan-santun dan etika. Hanya saja penjelasannya sering kali dianggap tidak masuk akal dan menakuti-nakuti. Misalnya : jangan duduk di depan pintu, nanti tidak akan punya jodoh (pasangan hidup). Jangan memberikan atau menerima sesuatu dengan mengunakan tangan kiri, ora ilok (akan berakibat tidak baik).

Refleksi untuk pamong
Sebagai pamong tentu saja kita harus mengikuti teladan Yesus yang sudah bersedia “merendahkan diri” untuk melayani para murid. Kitapun juga harus melayani anak-anak semaksimal mungkin, tanpa harus “meributkan” siapa yang seharusnya “dihormati”. Tetapi di sisi yang lain kita juga harus mengajarkan kepada anak-anak, tentang sopan santun dan etika yang sudah menjadi budaya kita (jawa). Dengan memberikan penjelasan-penjelasan yang bisa diterima oleh anak-anak.


TUNTUNAN IBADAH ANAK BALITA

Tujuan: Anak dapat menceritakan kembali pembasuhan kaki para murid yang dilakukan Tuhan Yesus

Alat Peraga

Gambar selengkapnya bisa diunduh di sini.

  1. Gambar Yesus dan para murid berjalan di daerah yang berdebu
  2. Gambar Yesus membasuh kaki murid-Nya
  3. Jubah, kain, ember atau baskom, air (jika pamong akan menyampaikan cerita dengan role play atau drama)

Catatan : cerita ini bisa disampaikan dengan “role play” (pamong berperan sebagai Yesus yang membasuh kaki murid-muridnya)

Pendahuluan
Selamat pagi anak-anak,

Siapa yang hari ini datang ke tempat ibadah ini dengan memakai sepatu? Kalau kalian jalan-jalan atau bermain biasanya memakai alas kaki apa? sandal atau sepatu? Kalau kalian pergi pada waktu hujan, kakinya jadi basah atau tidak, jika kita memakai sandal? Kalau sedang panas dan di jalan banyak debu, kaki kita jadi kotor atau tidak? Kalau setelah pergi dan kaki kita menjadi kotor, apa yang kita lakukan? ya, kita akan membersihkan dengan cara mencuci kaki. Nah, cerita yang akan kita dengarkan bersama-sama hari ini, juga tentang membersihkan kaki. Wah, bagaimana ya ceritanya?

Ceritanya ada di Injil Yohanes 13:1-15 (meskipun perikopnya tidak perlu dibacakan tetapi tetap tunjukkan Alkitab, supaya anak-anak tahu bahwa cerita tersebut benar-benar diambilkan dari Alkitab)

Inti Penyampaian
(tunjukkan gambar Tuhan Yesus berjalan dengan para murid)

Tuhan Yesus sering bepergian dengan murid-murid-Nya. (anak-anak bisa diajak menyebutkan atau mengulang nama-nama para murid. Bisa juga dinyanyikan) Tuhan Yesus sangat mengasihi semua muridNya. Pada suatu hari Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya berkumpul untuk makan malam bersama. Tiba-tiba Tuhan Yesus berdiri dan melepaskan jubah-Nya (Pamong bisa memperagakannya). Lalu Ia mengambil kain lenan dan mengikatkannya di pinggang. Kemudian Yesus mengambil tempat air dan membasuh kaki murid-muridNya dan menyekanya dengan kain itu (pamong bisa memperagakan dengan membasuh kaki anak-anak). Kenapa ya ,Yesus kok membasuh atau mencuci kaki murid-murid-Nya? Tuhan Yesus mencuci kaki murid-murid-Nya karena ingin memberi contoh bahwa kita harus saling melayani dan saling menolong serta rendah hati. Rendah hati itu artinya tidak sombong ya.

Penerapan
Anak-anak, Tuhan Yesus ingin kita semua menjadi anak yang rendah hati, tidak sombong, suka menolong teman atau orang lain.

Aktivitas
Jika pada waktu penyampaian cerita tadi pamong membasuh kaki anak-anak, tentunya anak-anak akan melepaskan sepatu dan kaos kakinya. Maka untuk aktivitas kali ini anak-anak diajak untuk belajar menolong atau melayani temannya dengan cara mengambilkan kaos kaki dan sepatu temannya. Bahkan mereka bisa juga saling membantu mengenakannya.

(ketika anak-anak melakukan aktivitas tersebut, guru bisa membimbing dan mengulang-ulang teladan Yesus, bahwa kita harus mau melayani, menolong, rendah hati)


TUNTUNAN IBADAH ANAK PRATAMA

Tujuan:

  1. anak dapat menceritakan kembali pembasuhan kaki para murid yang dilakukan Tuhan Yesus
  2. anak dapat menyadari bahwa Tuhan Yesus melakukan tradisi dengan cara yang berbeda untuk mengajarkan kerendahan hati

Alat Peraga
Seperti pada jenjang Balita

Pendahuluan
Selamat pagi anak-anak,

Siapa yang hari ini datang ke tempat ibadah ini dengan memakai sepatu? mengapa memakai sepatu? (beri kesempatan pada anak-anak untuk menjawab) Kalau kalian jalan-jalan atau bermain biasanya memakai alas kaki apa? sandal atau sepatu? Apa tujuan orang memakai alas kaki kalau bepergian? Ya, salah satu tujuannya supa kaki kita tidak kotor. Kalau setelah pergi dan kaki kita menjadi kotor, apa yang kita lakukan? ya, kita akan membersihkan dengan cara mencuci kaki. Nah, cerita yang akan kita dengarkan bersama-sama hari ini, juga tentang membersihkan kaki. Wah, bagaimana ya ceritanya?

Ceritanya ada di Injil Yohanes 13:1-15 (meskipun perikopnya tidak perlu dibacakan tetapi tetap tunjukkan Alkitab, supaya anak-anak tahu bahwa cerita tersebut benar-benar diambilkan dari Alkitab . jika ada anak-anak yang sudah lancar membaca, bisa diminta untuk membaca dari ayat 12-15). Apa ya maksud dari ayat tersebut?

Inti Penyampaian
(tunjukkan gambar Tuhan Yesus berjalan dengan para murid)

Tuhan Yesus sering bepergian dengan murid-murid-Nya, untuk mengajar, menyembuhkan, melakukan mujizat, menceritakan tentang Firman Tuhan pada banyak orang di banyak tempat (anak-anak bisa diajak menyebutkan atau mengulang nama-nama para murid. Bisa juga dinyanyikan). Tuhan Yesus sangat mengasihi semua muridNya. Pada suatu hari Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya berkumpul untuk makan malam bersama. Karena pada waktu alas kaki yang digunakan bentuknya tidak tertutup, atau seperti sepatu sandal saat ini, maka kaki Yesus dan murid-murid-Nya menjadi kotor. Orang-orang pada itu punya kebiasaan untuk membersihkan atau mencuci kaki setelah sampai di rumah. Pada saat itu nampaknya para murid belum membersihkan kaki mereka. Maka tiba-tiba Tuhan Yesus berdiri dan melepaskan jubah-Nya (Pamong bisa memperagakannya) Lalu Ia mengambil kain lenan dan mengikatkannya di pinggang. Kemudian Yesus mengambil tempat air dan membasuh kaki murid-muridnya dan menyekanya dengan kain itu (pamong bisa memperagakan dengan membasuh kaki anak-anak). Kenapa ya, Yesus kok membasuh/ mencuci kaki murid-murid-Nya? Para murid juga terkejut. Karena biasanya yang membasuh atau membersihkan kaki adalah para pembantu atau orang yang tingkat atau kedudukannya lebih rendah. Misalnya murid yang membasuh kaki gurunya. Tetapi sekarang mengapa Tuhan Yesus yang seorang Guru bagi para murid, kok malah yang membasuh? Tuhan Yesus mencuci kaki murid-murid-Nya karena ingin memberi contoh, bahwa kita tidak boleh sombong, tidak boleh merasa yang paling hebat. Tetapi kita harus rendah hati, mau melayani, mau menolong.

Penerapan
Jadi pada hari ini, kita belajar bahwa Tuhan Yesus mau melakukan hal yang tidak biasa, yaitu mencuci kaki para murid untuk memberi contoh tentang kerendahatian yuk sekarang kita baca bersama-sama dari kitab Injil Yohanes 13:14–15 “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu;  sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” Jadi kita juga harus menjadi rendah hati juga sama seperti Yesus.

Aktivitas
Jika pada waktu penyampaian cerita tadi pamong membasuh kaki anak-anak, tentunya anak-anak akan melepaskan sepatu dan kaos kakinya. Akan lebih baik jika anak-anak diminta untuk melepas sepatu dan kaos kakinya serta meletakkannya di luar ruangan atau kelas. Maka untuk aktivitas kali ini anak-anak diajak untuk belajar menolong atau melayani temannya dengan cara mengambilkan kaos kaki dan sepatu temannya. Bahkan mereka bisa juga saling membantu mengenakannya. (ketika anak-anak melakukan aktivitas tersebut, guru bisa membimbing dan mengulang-ulang teladan Yesus, bahwa kita harus mau melayani, menolong, rendah hati)


TUNTUNAN IBADAH ANAK MADYA

Tujuan:

  1. Anak dapat menceritakan kembali pembasuhan kaki para murid yang dilakukan Tuhan Yesus
  2. Anak dapat menyadari bahwa Tuhan Yesus melakukan tradisi dengan cara yang berbeda untuk mengajarkan kerendahan hati
  3. Anak dapat membedakan tradisi atau adat yang relevan bagi kehidupan sehari-hari.

Alat Peraga
Sama dengan jenjang Balita

Pendahuluan
Selamat pagi anak-anak,

Siapa yang hari ini datang ke tempat ibadah ini dengan memakai sepatu? Mengapa memakai sepatu? (beri kesempatan pada anak-anak untuk menjawab) Kalau kalian jalan-jalan atau bermain biasanya memakai alas kaki apa : sandal atau sepatu? Apa tujuan orang memakai alas kaki kalau bepergian? Ya, salah satu tujuannya supa kaki kita tidak kotor. Kalau setelah pergi dan kaki kita menjadi kotor, apa yang kita lakukan? ya, kita akan membersihkan dengan cara mencuci kaki. Nah, cerita yang akan kita dengarkan bersama-sama hari ini, juga tentang membersihkan kaki. Wah, bagaimana ya ceritanya? Ceritanya ada di Injil Yohanes 13:1-15 (anak-anak bisa diminta untuk membaca ayat-ayat ini secara bergiliran atau disesuaikan dengan kondisi dan kreativitas pamong setempat)

Inti Penyampaian
(tunjukkan gambar Tuhan Yesus berjalan dengan para murid)

Tuhan Yesus sering bepergian dengan murid-murid-Nya untuk mengajar, menyembuhkan, melakukan mujizat, menceritakan tentang Firman Tuhan pada banyak orang di banyak tempat (ajak dan bimbing anak-anak untuk menyebutkan beberapa nama tempat dan peristiwa, misalnya : Yesus mengubah air menjadi anggur di Kana, Yesus mengusir setan di Geraza, dsb ).

Pada suatu hari Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya berkumpul untuk makan malam bersama. Karena pada waktu itu alas kaki yang digunakan bentuknya tidak tertutup atau seperti sepatu sandal saat ini, maka kaki Yesus dan murid-murid-Nya menjadi kotor. Orang-orang pada itu punya kebiasaan atau tradisi untuk membersihkan atau mencuci kaki setelah sampai di rumah. Pada saat itu nampaknya para murid belum membersihkan kaki mereka. Maka tiba-tiba Tuhan Yesus berdiri dan melepaskan jubah-Nya (Pamong bisa memperagakannya) Lalu Ia mengambil kain lenan dan mengikatkannya di pinggang. Kemudian Yesus mengambil tempat air dan membasuh kaki murid-muridNya dan menyekanya dengan kain itu (pamong bisa memperagakan dengan membasuh kaki anak-anak). Kenapa ya Yesus kok membasuh atau mencuci kaki murid-murid-Nya? Para murid juga terkejut. Karena biasanya yang membasuh atau membersihkan kaki adalah para pembantu atau orang yang tingkat atau kedudukannya lebih rendah. Misalnya murid yang membasuh kaki gurunya. Tetapi sekarang mengapa Tuhan Yesus yang seorang Guru bagi para murid, kok malah yang membasuh? Bukankah hal itu bertentangan dengan budaya yang ada/berlaku pada saat itu? Tuhan Yesus memang sengaja mencuci kaki murid-murid-Nya karena ingin memberi contoh, bahwa kita tidak boleh sombong, tidak boleh merasa yang paling hebat, dan juga tidak boleh merasa bahwa semua orang harus melayani aku. Tetapi seperti yang diajarkan Tuhan Yesus, kita harus rendah hati, mau melayani, mau menolong. Jadi Tuhan Yesus memberikan makna atau arti yang baru pada kebiasaan yang sudah menjadi budaya di tempat tersebut.

Penerapan
Nah anak-anak, dalam tradisi atau budaya Jawa, ada juga budaya yang mengajarkan tentang kebaikan, sopan-santun atau etika. Apakah kalian pernah mendengar kata “ gugon tuhon” ? apakah kalian tahu artinya ? mungkin sudah banyak di antara anak-anak yang tidak mengetahuinya lagi ya. Gugon tuhon sebenarnya adalah sesuatu ajaran atau yang digugu dan disampaikan dan dianggap sebagai suatu kebenaran. Tetapi pada saat ini seringkali hanya dianggap mitos sehingga diabaikan. Misalnya: jangan duduk diatas bantal, nanti bisulan (wudunen).

Sebenarnya hal tersebut mengajarkan tentang etika atau kesopanan. Hanya saja karena dikatakan menyebabkan bisulan, maka hanya dianggap mitos. Dan akibatnya ajaran baik juga diabaikan. Akhirnya kita akan santai saja duduk di atas bantal. Toh tidak apa-apa, tidak akan bisulan. (ajak anak-anak untuk mencari contoh yang lain tentang gugon tuhon yang masih ada di daerah masing-masing, dan jelaskan makna ajaran baiknya).

Aktivitas
ajak anak-anak bermain (dolanan tradisional) sambil ajak anak-anak untuk mencari nilai-nilai positif yang bisa dijadikan budaya (kebiasaan baik) anak-anak, misalnya dalam permainan tradisional itu ada nilai-nilai gotong-royong, dsb.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak