Bacaan :Markus 15: 20b-41
Tahun Gerejawi : Jumat Agung
Sub Tema :Jumat Agung
Tujuan :
- Anak dapat menceritakan kembali kisah penyaliban dan kematian Tuhan Yesus untuk menebus dosa manusia.
- Anak dapat mendaftar urutan peristiwa penyaliban dan kematian
Lagu Tema : KJ 34:1“Disalib Yesus di Kalvari”
PENJELASAN TEKS: (Untuk Pamong)

Kematian Tuhan Yesus adalah peristiwa agung yang menggenapi nubuat tentang Mesias yang harus menderita demi banyak orang. Umat Kristen percaya bahwa kematian Tuhan Yesus terjadi justru oleh karena kasihNya kepada umat ciptaanNya. Jika dahulu, dalam tradisi Yahudi, darah dombalah yang harus dipersembahkan sebagai korban tebusan untuk keselamatan umat Allah, maka Tuhan Yesus sendiri lahir ke dunia untuk memberi diri menjadi korban tebusan bagi keselamatan manusia. Maka Ia disebut Anak Domba Allah.
Penulis Injil Markus melukiskan konflik antara Tuhan Yesus dengan para lawannya sedemikian rupa sehingga menciptakan ketegangan. Perlawanan terhadap Tuhan Yesus semakin meluas. Kelompok-kelompok penguasa, orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang terancam oleh keberadaan Yesus semakin ketat mengamat-amati pergerakanNya. Secara intensif mereka berusaha mencari cara untuk menangkapNya. Akhirnya mereka menyusun rencana untuk membunuh Yesus. Rencana itu semakin lengkap dengan kehadiran Yudas yang berkhianat. Setelah penangkapan, Tuhan Yesus dihadapkan pada pengadilan. Namun demikian, sebenarnya tidak satupun tuduhan yang dapat menjatuhakan hukuman kepadaNya. Puncak ketegangan itu adalah ketika Ia dijatuhi hukuman mati.
Kesaksian Injil Markus dengan kuat menunjukkan bahwa kematian Tuhan Yesus merupakan korban dari intrik politik para penguasa itu. Massa yang mengelu-elukan Tuhan Yesus ketika Ia memasuki kota Yerusalem dibawa pada keadaan sebaliknya. Tuhan Yesus tidak lagi dipandang sebagai Raja yang memberi pengharapan baru, tetapi ditempatkan sebagai pendosa atau terdakwa hukuman mati. Situasi yang khas dihadapi dari generasi ke generasi, bahwa mereka yang berjuang untuk kebenaran dan keadilan justru seringkali menjadi korban intrik politik penguasa yang merasa posisinya akan terancam.
Kita dapat melihat realitas masa kini. Betapa susahnya orang yang berjuang demi keadilan dan kebenaran. Berapa orang yang kemudian dipenjarakan bahkan mati di tengah perjuangannya. Tetapi sikap Tuhan Yesus yang tetap memberikan diriNya dengan taat dan setia di jalan penderitaan itu tentu saja menjadi teladan. Namun terlepas dari semua itu, kematian Tuhan Yesus toh memang harus terjadi. Karena kematian Yesus ternyata justru mewujudkan rencana Allah. KematianNya bukan wujud kekalahan seperti yang dipikirkan para penguasa, melainkan wujud ketaatan total kepada Allah yang menghendaki agar Yesus menyerahkan hidupNya kepada banyak orang. KematianNya justru mengungkapkan kebenaran bahwa Ialah Mesias sejati.
Orang-orang percaya memaknai kematian Tuhan Yesus sebagai penggenapan dari nubuat kitab-kitab para nabi, bahwa Mesias akan datang dan menderita untuk menanggung kesalahan dan dosa dunia. Yesus menjadi korban penebus dosa yang mendamaikan manusia dengan Allah yang relasinya telah hancur karena dosa. Maka kematianNya sama sekali bukan kehinaan, melainkan pembuktian cinta paling agung, wujud kasih tanpa batas. Ia adalah Tuhan yang mengambil rupa manusia, yang melalui kematianNya sekaligus memberikan teladan ketaatan dan kesetiaan kepada Allah Bapa secara total.
Pasal 15 menceritakan kisah Tuhan Yesus di hadapan Pengadilan Pilatus sampai dengan mati dan dikuburkanNya. Dalam pasal 20b-41 ada beberapa babak yang terjadi dalam proses penyaliban Yesus, yaitu:
- Yesus dibawa untuk disalibkan (lih. ay. 20) : Setelah melewati proses peradilan yang panjang, di hadapan Pilatus Yesus dijatuhi hukuman mati. Lalu dibawa ke bukit Golgota untuk disalibkan.
- Dalam perjalanan ke bukit Golgota, seorang bernama Simon dari Kirene dipaksa untuk memikul salib Yesus.
- Pada jam 9, mereka menyalibkan Dia di antara dua orang penyamun. PakaianNya diundi dan dibagi-bagikan. Terpasang tulisan “Raja orang Yahudi” pada salib Yesus.
- Di atas kayu salib Ia dihujat (ay. 29-32)
- Mulai jam 12 s/d 3 jam lamanya kegelapan meliputi daerah itu. Lalu pada jam 3, berserulah Ia, “Eloi, Eloi, lama sabakhtani? (Allahku, Mengapa Engkau Meninggalkan Aku?) Beberapa orang menyangka Ia memanggil Elia. Dalam kemanusiaanNya yang sejati, Ia kembali menggenapi nubuat tentang Mesias yang menderita, di mana seakan-akan Allah berpaling dariNya. Dalam fase penderitaan yang terlalu berat, Ia memberi teladan sempurna, taat sampai mati untuk menggenapi rencana Allah.
- Orang-orang yang berada di sana mencelupkan bunga karang ke dalam anggur asam dan mencucukkan pada sebatang buluh dan memberiNya minum sambil memperolok Ia. (lih. ay. 36)
- Tuhan Yesus Menyerahkan NyawaNya (lih. ay. 37-39) Bait suci terbelah. Lalu Yesus mati. Kepala pasukan yang telah membawaNya untuk disalibkan mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah.
PERSIAPAN CERITA :
- Siapkan salib kayu yang ukurannya melebihi tingginya anak-anak. Mereka bisa diminta untuk mencoba memikul salib itu dengan berjalan menempuh jarak tertentu. Bisa dilakukan di dalam atau di luar gedung.
- Tanyakan kepada mereka bagaimana rasanya memikul salib tersebut.
- Lalu ceritakan tentang kisah Tuhan Yesus.
CONTOH CERITA (Untuk Anak-anak):
(Mintalah beberapa anak untuk mencoba memikul salib yang telah dipersiapkan, sejauh beberapa meter! Jika tidak kuat, anak dipersilahkan meminta satu temannya untuk membantu. Tanyakan bagaimana rasanya setelah memikul salib tersebut!)
Anak-anak yang dikasihi Tuhan, bagaimana rasanya memikul salib ini? Berat bukan? Padahal jarak yang harus kalian tempuh hanya beberapa meter saja. Bayangkan jika Tuhan Yesus saat itu harus memikul salib beribu-ribu meter, apalagi salibnya pasti lebih besar dan lebih berat dari ini. Wah, pasti sangat berat ya.
Pada saat itu, setelah melewati proses pengadilan yang panjang, di hadapan Pilatus Yesus dijatuhi hukuman mati. Padahal Yesus tidak bersalah. Lalu Ia dibawa ke bukit Golgota untuk disalibkan. Dalam perjalanan ke bukit Golgota, seorang bernama Simon dari Kirene dipaksa untuk membantu memikul salib Yesus. Setibanya di bukit tersebut, Yesus disalibkan di antara dua orang penyamun. PakaianNya diundi dan dibagi-bagikan. Di atas salib Yesus, dipasang papan yang bertuliskan: “Raja orang Yahudi”. Ketika sudah di atas kayu salib, banyak orang yang mengolok-olok Yesus, karena Ia tidak mampu menyelamatkan diriNya sendiri.
Lalu, mulai jam 12 siang sampai 3 jam lamanya kegelapan meliputi daerah itu. Lalu pada jam 3, berserulah Yesus, “Eloi, Eloi, lama sabakhtani? Yang artinya: “Allahku, Mengapa Engkau Meninggalkan Aku?” Beberapa orang menyangka Ia memanggil Elia. Dalam rupa manusianya, Ia menggenapi nubuat tentang Mesias yang menderita, di mana seakan-akan Allah meninggalkanNya. Tetapi Ia memberi teladan, sekalipun Ia sangat menderita, Ia tetap taat sampai mati untuk menggenapi rencana Allah.
Ketika Ia haus, orang-orang yang berada di sana mencelupkan bunga karang ke dalam anggur asam dan mencucukkan pada sebatang buluh dan memberiNya minum sambil mengolok-olok dan menertawakanNya. Mereka menyangka kematian Yesus membuktikan bahwa Ia telah kalah. Lalu akhirnya, Tuhan Yesus Menyerahkan NyawaNya. Dan pada saat itu, bait suci terbelah. Lalu Yesus mati. Kepala pasukan yang telah membawaNya untuk disalibkan mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Anak-anak, kerelaan Tuhan Yesus memikul salib adalah bukti kasih sayang Tuhan kepada kita. Lho, kok bisa? Iya, karena dahulu, kalau manusia melakukan dosa, maka ia harus mempersembahkan korban yang berupa domba atau lembu kepada Tuhan untuk menebus kesalahannya. Tetapi karena semakin hari dosa manusia semakin besar, maka manusia tidak bisa lagi menyelamatkan dirinya sendiri. Sehingga Tuhan sendiri harus datang ke dunia dalam rupa manusia, dalam diri Yesus, untuk menolong dunia. Ia merelakan diriNya seutuhnya untuk menjadi korban penebus dosa. Pengorbanan Tuhan Yesus harus terjadi supaya kita semua selamat dari upah dosa yang seharusnya ditanggung.
Tuhan Yesus rela menderita dan mati disalibkan karena Ia tidak ingin melihat anak-anakNya menanggung akibat dari dosa-dosanya. Lihatlah begitu besar kasih Tuhan kepada kita. Penderitaan dan kematian Tuhan Yesus membuat kita menerima karunia pengampunan. Maka, sebagai anak-anak yang telah menerima anugerah itu, mari kita juga semakin menyayangi Tuhan Yesus dengan hidup menuruti firman Tuhan, berusaha untuk tidak melakukan lagi kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan serta mau saling mengampuni dan mengasihi sesama teman atau keluarga kita yang pernah menyakiti atau kita sakiti. Karena dengan begitulah kita meneladani Tuhan Yesus. Kiranya Tuhan Yesus memampukan kita. Amin.
AKTIVITAS
- Kita akan mengajak anak-anak untuk membuat gantungan salib yang dapat digantung di pintu kamar atau ruangan di rumah mereka. Terlebih dahulu simak video tutorial yang ada dalam CD dengan judul “Tutorial Membuat Gantungan Salib”.
- Siapkan kardus bekas / karton atau stik es krim, pita hias, pita kecil untuk gantungan, lem castol / tembak, cat warna-warni, benang, manik-manik atau bunga-bungaan kecil dan gunting. Potong kardus/karton dengan ukuran seperti dalam video tutorial.
- Ajak anak-anak untuk berkreasi membuat salib. Terlebih dahulu tunjukkan caranya seperti dalam video tutorial. Anak-anak bisa menambahkan kata “Aku Cinta Yesus” atau “Terimakasih Tuhan Yesus” pada tepian bingkai.
- Jika sudah jadi, jelaskan bahwa gantungan salib itu dapat digantung di pintu kamar anak-anak atau di meja belajar. Gantungan itu sebagai simbol yang akan terus mengingatkan mereka akan kasih Tuhan Yesus yang begitu besar dengan rela mati disalibkan demi menyelamatkan manusia.
- Di bagian akhir, ajak anak-anak untuk mengingat kesalahan terbesar apa yang pernah dilakukan dan berdoa memohon pengampunan dan berkomitmen untuk berubah.
Gambar: https://sweetpublishing.com/