Menjalani Kehidupan yang Berulang dengan Bijaksana Khotbah Ibadah Tahun Baru 1 Januari 2022

20 December 2021

Tahun Baru
Stola Putih

Bacaan 1: Pengkhotbah 3: 1 13
Bacaan 2
:
Wahyu 21 : 1 6a
Bacaan 3
:
Matius 25: 31 46

Tema Liturgis: Hidup adalah Kesempatan untuk Melakukan Kehendak Allah
Tema Khotbah
:
Menjalani Kehidupan yang Berulang dengan Bijaksana

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Pengkhotbah 3 : 1 13
Menurut tradisi Yahudi, Salomo diduga kuat merupakan penulis kitab Pengkhotbah, yang tergolong kitab hikmat. Diperkirakan penulisan pengkhotbah ini dilakukan pada tahun-tahun akhir hidupnya atau ketika Salomo sudah berusia lanjut. Artinya, ia telah kenyang menjalani kehidupan. Semua sudah ia rasakan dan ia jalani. Kekayaan, kelimpahan, bahkan kebijaksanaan telah Tuhan berikan dalam memimpin bangsa Israel. Ada saat ia dekat dengan Tuhan, ada saat ia jauh dari Tuhan.

Pengkhotbah merasa pencapaian selama ini dan yang ia terima merupakan sebuah kesia-siaan. Kesia-siaan tidak selalu dipandang sebagai hal yang negatif. Istilah kesia-siaan yang umum dipakai dalam Pengkhotbah, berasal dari kata Ibrani hevel yang berati nafas atau uap. Maknanya segala yang diterima di dunia ini sifatnya hanya sementara (tidak kekal). Dengan segala pengalaman hidupnya, tema utama dari Kitab Pengkhotbah terutama Pengkhotbah 3 adalah persoalan waktu yang dikaitkan dengan pemaknaan hidup yang ia refleksikan. Semua ada waktunya. Ada kondisi yang bertolak belakang yang pada masanya akan dialami oleh setiap orang. Tidak ada yang tidak akan melewati keduanya. Semua tinggal menunggu waktunya, sehingga Pengkhotbah mengingatkan supaya para pembacanya bijak mempergunakan waktu yang ada. Apapun peristiwa yang dialami, kiranya sungguh diresapi, bukan sekedar peristiwa yang cepat berlalu.

Wahyu 21 : 1 6a
Kitab Wahyu adalah surat yang ditulis oleh Yohanes saat di pulau Patmos, saat dia ditahan oleh pemerintah Roma karena gerakan pekabaran Injil yang dilakukannya. Surat ini dialamatkan kepada tujuh jemaat Kristen di Asia yang kala itu berada dalam tekanan pemerintah kekaisaran Romawi, dimana mereka diwajibkan untuk menyembah kaisar. Dalam tekanan inilah umat Tuhan bertanya-tanya, “Bagaimanakah keyakinan mereka bahwa Tuhan Allah akan memerintah di bumi?

Yohanes mendapatkan penglihatan dari Tuhan bagi ketujuh jemaat di Asia, namun juga pesan bagi seluruh jemaat Kristen. Ia melihat langit yang baru, bumi yang baru, dan Yerusalem yang baru, setelah penglihatan iblis yang dikalahkan. Menciptakan hal baru melambangkan pembaharuan secara menyeluruh. Dalam penglihatan langit yang baru dan bumi yang baru, menunjukkan bahwa bumi yang lama yang penuh dengan kejahatan, sakit penyakit, dan kecemaran akan berlalu. Pembaharuan ini pun juga terletak pada pembaharuan situasi yang baru, suasana baru yang jauh berbeda dengan situasi yang lama, yaitu kehidupan yang dibelenggu dosa. Tidak ada air mata, tidak ada maut, tidak ada perkabungan, tidak ada dukacita. Ada masa dimana penderitaan akan berlalu.

Matius 25 : 31 46
Kambing dan domba adalah gambaran yang sering kali dipakai oleh Tuhan Yesus untuk menyingkapkan suatu gambaran. Digambarkan pada saatnya nanti Anak Manusia akan datang dalam kemuliaanNya. Peristiwa ini merujuk pada hari akhir atau masa penghakiman. Semua orang dari berbagai suku bangsa akan dikumpulkan dan dipisahkan.

Pemisahan yang dilakukan, digambarkan seperti gembala yang pada “saatnya” dalam konteks penggembalaan adalah sore hari. Kambing dan domba ditempatkan di tempat yang terpisah, sebab domba bisa tidur di luar karena mereka bisa saling menghangatkan, sedangkan kambing di suatu tempat yang gelap, hangat, sebab mereka tidak saling menghangatkan satu dengan yang lain. Kanan dan kiri juga menjadi perlambang. Kanan adalah tempat terhormat dimana domba ditempatkan, sedangkan kiri adalah tempat bagi kambing, gambaran orang-orang yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Ada waktunya nanti saatnya pemisahan.

Apa yang menjadikan Tuhan berkenan kepada “domba-domba”? Sebab semasa hidup, mereka termasuk golongan orang-orang yang berkenan bagi Tuhan. Lalu apa standart berkenan? Ayat 35-36, yang kemudian ditegaskan Tuhan Yesus di ayat 40, orang-orang yang berkenan bagi Tuhan adalah mereka yang memperhatikan orang yang lemah, yang terpinggirkan, dan menolong yang membutuhkan pertolongan. Sebab ada saatnya Tuhan hadir dalam rupa yang papa, yang hina, dan terluka.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Dalam kehidupan ini, segala sesuatu ada masanya. Masa merasakan sukacita dan dukacita. Ada saatnya menyaksikan kehadiran dan ada saatnya merasakan perpisahan. Ada saatnya gagal, ada kalanya berhasil. Kadang sendiri, kadang bersama. Ada saat mengakhiri, ada saat mengawali. Di masa-masa yang dilewati, kiranya kita dimampukan mawas diri. Setiap peristiwa bukan hanya rangkaian waktu yang berlalu begitu saja. Kiranya kita dimampukan melihat Tuhan yang hadir dalam berbagai rupa dan peristiwa. Ia menantikan respon terbaik kita.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silahkan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Setiap kita pasti pernah membantu seseorang untuk melewati dan menjalani proses di dalam hidupnya. Misalnya: Kita mendampingi anak-anak kita yang belajar dengan tata cara baru, dengan metode daring (dalam jaringan) di awal pandemi. Maka pada saat anak-anak kita sudah bisa menyesuaikan diri dan dapat belajar dengan baik, hal tersebut menjadi sukacita tersendiri bagi para orang tua. Saat anak-anak kita bertengkar, kita sebagai orang tua memberi pengertian, kemudian mereka kembali berpelukan saling memaafkan dan kembali bermain, membuat hati kita lega. Demikian juga dalam pengalaman mendampingi saudara kita yang sedang mengalami kedukaan, oleh karena ditinggalkan sanak saudara, sampai pada akhirnya meski tertatih, mereka kembali bangkit dan dapat melanjutkan kehidupannya, hal itu juga menjadi kelegaan bagi kita. Ahhh… alangkah indahnya dan sukacitanya, saat kita bersama bisa melewati setiap fase kehidupan kita dengan baik.

Isi
Dalam bacaan ketiga, terlihat bahwa fase kehidupan manusia di dunia akan sampai pada penghakiman terakhir. Saatnya kasih dan keadilan Tuhan dinyatakan. Semua orang dari berbagai bangsa akan dikumpulkan dan dipisah-pisahkan. Di ayat 32, sama seperti gembala memisahkan domba dan kambing. Pemisahan domba dan kambing harus dilakukan, sebagai upaya gembala untuk menghitung kembali jumlah ternak gembalaannya, sekaligus menempatkan mereka di tempat mereka masing-masing. Domba yang senang berkumpul dan saling menghangatkan, lebih suka berada di tempat yang terbuka. Sedangkan kambing karena bersifat individu, lebih suka tempat tertutup dan gelap untuk menghangatkan tubuhnya. Dalam bacaan digambarkan tempat mereka di kanan dan kiri. Kanan biasa digambarkan sebagai tempat terhormat dimana domba ditempatkan, yang menjadi gambaran orang-orang yang berkenan di hadapan Tuhan. Sedangkan kiri adalah tempat bagi kambing, menjadi gambaran orang-orang yang tidak berkenan bagi Tuhan. Melalui penggambaran ini, kita diingatkan akan datangnya hari akhir, dimana manusia akan diadili menurut kesetiaannya kepada Tuhan.

Dalam bacaan kedua, dipaparkan bahwa penderitaan tidak akan selamanya dialami. Hal ini menjadi penghiburan tersendiri bagi umat Tuhan di tujuh jemaat di Asia-Kecil. Mereka mengalami penindasan iman, karena mereka dipaksa untuk menyembah dan mempersembahkan korban kepada Kaisar Romawi yang didewakan. Penglihatan Yohanes pada bacaan yang kedua menjadi penghiburan yang besar, sebab Tuhan Yesus tidak membiarkan umatNya mengalami penderitaan kekal. Ada saatnya nanti, bumi, langit yang lama yang penuh dengan kejahatan, kecemaran, dan sakit penyakit, akan digantikan dengan bumi, langit, dan Yerusalem baru (tempat Tuhan bertahta dan memerintah) menjadi sumber pengharapan.

Secara gamblang di bacaan yang pertama, Pengkhotbah mengingatkan kita bahwa segala sesuatu itu ada masanya. Ada waktu lahir, ada waktu meninggal. Ada waktu menanam, ada waktu mencabut yang ditanam. Ada waktu memeluk dan ada waktu menahan untuk tidak memeluk (seperti di masa pandemi yang kita lewati bersama) (Ay. 2-8). Kondisi situasi ini pasti akan berulang, terjadi kembali di kemudian hari, dalam peristiwa-peristiwa yang berbeda.

Bagi Pengkhotbah, hal yang berulang-ulang terjadi bisa saja akan kosong makna dan menjadi sia-sia. Sehingga Pengkhotbah mengingatkan kita supaya kita bijak dalam menyikapi setiap peristiwa kehidupan. Apapun peristiwa yang dialami, kiranya sungguh diresapi, bukan sekedar peristiwa yang cepat berlalu dengan terburu-buru. Sebab setiap peristiwa membawa pesan, membawa pembelajaran, serta pendewasaan diri manusia secara utuh. Bahkan, peristiwa yang terjadi pada seseorang akan sangat berpengaruh dan bermakna bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.

Kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan juga bisa dilihat saat kita mampu merasakan kehadiran Tuhan di dalamnya. Dalam Matius 25:35-36, Tuhan Yesus berkata, “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan…”. Dan sudah dapat dipastikan pertanyaan selanjutnya adalah, “Kapan, dimana, kok tidak pernah tahu? Tidak mungkin Tuhan Yesus kelaparan, kehausan, menjadi orang asing, apalagi telanjang karena Tuhan Yesus sangat termasyur!” Tuhan Yesus menjawab di ayat 40, “…. segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Melalui pernyataan Tuhan Yesus ini, Ia hendak menegaskan kembali, bahwa Ia hadir dalam realitas kehidupan manusia. Ia hadir dalam keperkasaan, namun juga dalam kerapuhan di sekitar kehidupan kita, dalam rupa sesama yang papa, hina, dan terluka.

Penutup
Hari ini, kita mulai menapaki hari baru di tahun baru 2022. Memang kehidupan ke depan masih menjadi misteri bagi kita, namun yang pasti semua akan ada waktu dan masanya. Suka duka, sehat sakit, gagal berhasil akan kembali mewarnai kehidupan kita ke depan. Tentu kita juga tidak ingin terjebak dalam pemahaman bahwa hidup ini rutinitas saja dan hari-hari yang bergerak begitu cepat tanpa makna. Atau malah kita jatuh pada lubang yang sama, kita tidak bisa belajar dari peristiwa yang kita alami, meski berkali-kali.

Lalu bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan kita? Mari bijak melihat hari-hari kita ke depan. Meski semua berulang, namun ada pesan-pesan baru dari setiap peristiwa. Ingatlah Tuhan selalu hadir dalam setiap peristiwa dan fase kehidupan kita. Tuhan hadir dalam keperkasaanNya, menolong kita dalam kerapuhan dan menyadarkan kita, bahwa kesedihan dan penderitaan, bukan akhir dari kehidupan. Tuhanpun mengingatkan kita bahwa kehidupan kita akan jauh lebih bermakna saat kita berguna bagi sesama. Kiranya Tuhan memberikan kekuatan dan kepekaan kepada kita untuk dapat merasakan kehadiranNya dalam setiap peristiwa kehidupan kita. Dan kita dimampukan meresponnya dengan respon terbaik seperti yang dihekendakiNya. Amin. [PKS].

 

Pujian: KJ. 331 : 1, 3 Siang, Malam, Musim, Tahun

Rancangan Khotbah: Basa Jawi

Pambuka
Saben tiyang tamtu nate paring pambiyantu dhateng tiyang sanes salebeting gesangipun. Contonipun: Kita ngrencangi anak-anak kita ingkang sinau kanthi tatanan enggal (metode daring) ing wiwitan mangsa pagebluk Covid-19. Para tiyang sepuh badhe ngraosaken bingah nalika anak-anakipun saged adaptasi ing tatanan enggal, saged sinau kanthi sae. Ing wekdal anak-anak kita sami cecongkrahan, kita maringi pangertosan, salajengipun anak -anak punika sami ngapunten-ingapunten. Prekawis punika tamtu ndadosaken kita bingah. Mekaten ugi nalika kita ngrencangi sedherek ingkang saweg nandang sisah awit katilar seda sedherekipun, semahupun, utawi tiyang sepuhipun. Senajan awrat ananging nalika kita saged ningali piyambakipun taksih nggadhahi semangat kangge nglajengaken gesangipun, punika dados kabingahan kangge kita. Ahh… mendah bingahipun manah kita, menawi kita saged nglangkungi fase pigesangan kita punika kanthi sae.

Isi
Ing waosan kaping tiga, Matius 25:31-46, ngetingalaken bilih fase gesangipun manungsa ing alam ndonya punika, badhe wonten ing salebeting pangadilan pungkasan. Inggih punika wekdal katresnan lan kaadilanipun Gusti kawujudaken kanthi sampurna. Sedaya tiyang saking maneka warna bangsa badhe kakempalaken lan kapisahaken. Ing ayat 32, kagambaraken juru pangon ingkang misahaken antawisipun wedhus gembel lan wedhus jawa. Juru pangon punika nggolongaken lan ngempalaken menda-mendanipun punika kangge ngetang pinten menda ingkang dipun angen, ugi kangge mapanaken menda-menda punika ing panggenanipun piyambak-piyambak. Wedhus gembel ingkang remen kempal supados saged anget, manggenipun wonten papan ingkang jembar. Dene wedhus jawa ingkang sipatipun individu, manggen wonten papan ingkang katutup lan peteng supados ngraosaken anget.

Papan kangge wedhus gembel lan wedhus jawa kagambaraken ing sisih tengen lan kiwa Sang Nata Agung. Sisih tengen kapiji golongan kinormat kangge wedhus gembel, punika nggambaraken tiyang ingkang mituhu dhateng karsanipun Gusti. Dene ing sisih kiwa minangka papan kangge wedhus jawa, inggih papan kangge manungsa ingkang mboten mituhu dhateng karsanipun Gusti. Lumantar gegambaran punika, kita kaengetaken bilih badhe wonten wancinipun, manungsa badhe dipun adili manut miturut kasetyanipun dhateng Gusti Allah.

Waosan kaping kalih, Wahyu 21: 1-6a dados pawartos kabingahan, awit kasangsaranipun umat ingkang setya dhateng Gusti punika mboten langgeng. Pawartos punika dados panglipuran saha pangajeng-ajeng para umatipun Gusti Allah ing pitung pasamuwan Asia-Alit. Pasamuwan-pasamuan punika pancen ngalami panindhes sacara iman, karana kedah nyembah lan misungsungaken korban dhateng Kaisar Romawi ingkang kaanggep Dewa. Wahyu ingkang katampi dening Yohanes dados kabar kabingahan lan panglipur ingkang ageng sanget. Gusti Yesus mboten negakaken umat-Ipun nglampahi kasangsaran langgeng. Dumugi wekdalipun, bumi lan langit lami ingkang kebak kadurakan, sesakit saha piawon badhe kagantosaken bumi, langit saha Yerusalem enggal (Papan panggenanipun Gusti Allah dhedampar saha mimpin umat-Ipun).

Kanthi cetha ing waosan kapisan, Kohelet 3, ngengetaken kita bilih sedaya prastawa gesang wonten wekdal lan watesipun. Wonten wekdal lahir, wonten wekdal tilar donya. Wonten wekdal nanem, wonten wekdal panen ingkang katandur, lsp (Ay. 2-8). Kahanan ingkang kados mekaten punika mesthi badhe gilir gumantos kedadosan ing lampah gesang kita, kanthi prastawa ingkang benten-benten.

Miturut Kohelet, prekawis ingkang gilir gumantos punika badhe karaos nglaha lan mboten wonten ginanipun. Kanthi mekaten, Kitab Kohelet paring panuntun dhumateng umatipun Gusti, supados kanthi wicaksana nglangkungi saben prekawis ing lampah gesangipun. Sadhengah kahanan pigesangan, mugi kita saged raosaken kanthi lebet, mboten namung dados prekawis ingkang sagebyaran kemawon. Saben kedadosan ing lampah gesang kita punika dados pasinaon lan pandadar kangge kadewasan iman lan ndadosaken kita manungsa ingkang utuh. Punapa malih, prastawa gesang kita saged migunani kangge tiyang kathah ing sakiwa tengen kita.

Kawicaksanan anggen kita nglampahi gesang saged katengeran nalika kita ngraosaken rawuh lan nunggilipun Gusti ing gesang kita. Kaserat ing Matius 25:35-36,Awitdene nalika Ingsun kerapan, sira caosi dhahar; nalika Ingsun kasatan, sira caosi ngunjuk; nalika Ingsun lelana, sira caosi palereban, …” lst. Lajeng pitakenanipun tiyang kathah, Kapan? Ing pundi? Kok kula mboten nate mangertos Gusti Yesus kerapan, kasatan? Mokal bilih Gusti Yesus ngantos kerapan, kasatan, kawudan, lelana dados tiyang asing! Gusti Yesus punika misuwur, dados mokal menawi mboten wonten ingkang nggatosaken. Wangsulanipun Gusti Yesus ing ayat 40, “Samubarang kabeh kang sira tindakake kanggo salah sawijining saduluringSun kang asor dhewe iki, iku iya sira tindakake kagem Ingsun.” Lumantar punapa ingkang dipun aturaken, Gusti Yesus negesaken malih bilih rawuh-Ipun punika nyata ing gesanging manungsa. Gusti Yesus rawuh mboten namung ing kuwaosipun, ananging ugi ing salebeting karingkihan, ing gesang sesami kita ingkang papa lan mboten gadhah daya.

Panutup
Dinten punika, kita lumebet ing warsa enggal 2022. Pancen kahanan gesang ingkang badhe kita lampahi taksih dados misteri. Nanging ingkang baku, sedaya kalawau wonten wekdal lan titi mangsanipun. Kabingahan, sesakit, gagal, berhasil, tamtu sedaya badhe kita tampeni lan kita lampahi malih. Mila sampun ngantos kita kajebak ing pangertosan bilih kahanan gesang kalawau namung rutinitas tanpa wonten maknanipun. Sampun ngantos kita dhawah ing salebeting kalepatan utawi kegagalan ingkang sami. Mboten purun sinau saking prekawis ingkang kalampahan, senajan sampun makaping-kaping.

Lajeng kados pundi kedahipun kita nglampahi gesang ing warsa enggal punika? Sumangga kita wicaksana ningali saha nglampahi gesang ing warsa enggal punika. Senajan wongsal-wangsul kalampahan, ananging saben prastawa wonten makna lan piwucal enggal tumrap gesang kita. Kita kedah enget bilih Gusti Allah tansah nunggil ing salebeting proses utawi fase pigesangan kita. Gusti Allah rawuh ing kuwaosipun, paring pitulungan saha kesagedan. Mila kasangsaran, kasedhihan punika sampun ngantos dipun pirsani minangka pungkasaning gesang.

Saking sabdanipun Gusti ing dinten punika, kita kaengetaken bilih gesang kita badhe langkung maedahi menawi kita saged paring pambiyantu dhateng sesami kita ingkang mbetahaken. Awit karsanipun Gusti kedah dipun wujudaken ing satengah pitulungan saha pangluwaran ingkang nentremaken gesang. Sugeng lumebet warsa enggal 2022. Mugi Gusti paring kekiyatan lan kasagedan kangge kita ngraosaken rawuhipun saha panganthi-Nipun ing lampah gesang kita. Amin. [PKS].

Pamuji: KPJ. 390 : 1, 2 Gunakna Wektumu Paringe Gusti


Gambar depan: Freepik background vector created by Vikayatskina

Renungan Harian

Renungan Harian Anak