Minggu I Setelah Natal
Stola Putih
Bacaan 1 : Yesaya 61 : 10 – 62 : 3
Bacaan 2 : Galatia 4 : 4 – 7
Bacaan 3 : Lukas 2 : 22 – 40
Tema Liturgis : Oleh Kasih Karunia, Allah Menyelamatkan Manusia
Tema Khotbah: Janji Keselamatan yang Nyata dalam Hidup Umat-Nya
Penjelasan Teks Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yesaya 61 : 10 – 62 : 3
Yesaya menggambarkan bahwa bangsa Israel yang ada dalam pembuangan akan dibangkitkan menjadi suatu bangsa kembali. Mereka juga akan mengalami masa kemakmuran melampaui apa yang pernah mereka alami sebelumnya. Yesaya mengatakan bahwa umat yang dipulihkan ini akan disebut sebagai “imam Tuhan dan pelayan Allah”. Gambaran imam dan pelayan yang dimaksudkan oleh Yesaya ini menunjuk pada gambaran seorang imam yang hadir sebagai wakil Tuhan di dunia ini, dimana hidupnya harus mencerminkan karakter dan kepribadian Allah sendiri.
Ayat 10-11 memberi jawabannya yaitu kebenaran. Kebenaran akan menjadi sumber sukacita kita. Nubuat ini menjanjikan bahwa pada tahun rahmat Tuhan, kebenaran dan puji-pujian akan tumbuh dihadapan semua bangsa.
Berbagai julukan bagi Sion seperti “yang ditinggalkan suami” dan “yang sunyi” akan segera digantikan dengan nama baru “yang berkenan kepada-Ku”. Sebab Tuhan Allah telah berkenan kepada umat-Nya. Oleh karena itu Sion perlu membuka pintu-pintu gerbang dan menyediakan jalan masuk agar banyak orang masuk ke dalamnya. Mereka yang masuk akan disebut “bangsa kudus” atau “orang-orang tebusan Allah”. Umat Israel mendapatkan keselamatan dan menjadi saksi kepada bangsa-bangsa lain tentang kemuliaan dan keagungan Tuhan. Dulu mereka adalah umat buangan yang ditindas, ditekan dan direndahkan, kini mereka adalah umat yang dipulihkan, diselamatkan, dipelihara, dilindungi dan dikuduskan Tuhan.
Janji keselamatan melalui pemulihan bagi umat Allah dikumandangkan oleh hamba-Nya dengan penuh semangat (1). Sion akan dipulihkan menjadi bangsa yang benar dan mulia serta memiliki nama baru yang berasal dari Tuhan sendiri (2,3). Hubungan yang pulih antara Israel dengan Tuhan Allah digambarkan seperti sepasang mempelai. Israel yang “diceraikan” Allah karena perbuatan dosa mereka, kini diterima kembali sebagai istri yang dikasihi (4). Allah mau mengampuni dan memulihkan umat-Nya yang mau bertobat.
Galatia 4 : 4 – 7
Dalam tatanan masyarakat Romawi, seorang anak yang beranjak dewasa (akil balig) mengganti jubah anak-anaknya dengan jubah orang dewasa. Hal ini menjadi tanda bahwa ia telah menjadi dewasa dan memiliki hak dan tanggungjawab. Konsep inilah yang dipergunakan oleh Paulus untuk menjelaskan tentang baptisan. Melalui baptisan, orang-orang percaya menyatakan diri siap bersikap dewasa iman dan memiliki tanggungjawab dalam hidupnya. Mereka yang dibaptis menanggalkan jubah lama (hukum Taurat) mereka dan mengenakan jubah baru (mengenakan Kristus dan kebenaran Firman Allah dalam hidup mereka).
Salah satu karya keselamatan Kristus bagi mereka yang percaya adalah tidak ada lagi perbedaan di antara orang percaya. Hal ini diungkapkan Paulus sebab ada sebagian orang yang mengatakan dalam doanya,”Tuhan, saya bersyukur karena saya bukan orang kafir, budak atau wanita”. Kepada mereka yang berkata seperti ini, Paulus mengingatkan mereka, bahwa sebelum Kristus datang membebaskan mereka, jati diri mereka tidak lebih daripada hamba (1-3). Namun melalui karya penebusan Kristus, semua orang yang percaya menjadi anak-anak Allah dan ahli waris surgawi (4-7). Salah satu wujud kebebasan di dalam Kristus adalah tidak lagi ada diskriminasi ras, gender dan status sosial di dalam gereja. Dulu kita semua adalah hamba dosa, tetapi sekarang oleh anugerahnya kita menjadi anak-anak Allah.
Lukas 2 : 22 – 40
Kehadiran Yesus di Bait Allah, saat masih bayi membawa pengaruh besar. Ada 2 orang tua bernama Simeon dan Hana, yang dihormati dan dikenal orang Yahudi waktu itu sebagai orang benar dan saleh. Mereka mengenali Yesus sebagai Juruselamat. Yang penting untuk diperhatikan adalah pengenalan mereka yang mendalam berlangsung dalam konteks ketaatan dan kesalehan. Ketaatan itu tampak pada Simeon yang hidup benar dan saleh dihadapan Allah (25) dan taat kepada Roh Kudus (27). Ia mendapatkan janji bahwa dirinya tidak akan mati sebelum melihat Mesias. Maka setelah ia melihat bayi Yesus, ia memuji Tuhan dengan penuh sukacita. Ia juga menubuatkan bahwa Yesus bukan hanya menjadi Juruselamat bagi Israel saja tetapi bagi semua bangsa. Demikian Hana, seorang nabiah yang rutin melayani di Bait Allah dan beribadah dengan berpuasa dan berdoa (37). Ia juga membicarakan akan karya Yesus sebagai Juruselamat.
Kedua pribadi ini dipakai Allah untuk menegaskan dan meneguhkan jati diri Yesus. Mereka mampu mengenali Yesus yang masih bayi itu sebagai Mesias sebab Roh Kudus menyatakan kebenaran ilahi itu kepada mereka (26). Mereka memelihara kehidupan saleh dan dekat dengan Tuhan (25,37). Mereka tidak kehilangan pengharapan bertemu Mesias, meskipun telah berusia “senja” dan harus menanti lama. Mereka tetap setia dalam iman yang pada akhirnya perjumpaan mereka dengan bayi Yesus memberikan kesaksian bahwa janji Allah nyata bagi umatNya.
Ketaatan yang sama juga tampak dari apa yang dilakukan oleh Yusuf dan Maria. Mereka menamai Yesus sesuai dengan perintah Allah (21). Maria taat untuk mentahirkan dirinya (22). Mereka membawa Yesus ke Yerusalem dan menyerahkan-Nya kepada Tuhan (22,23). Yusuf dan Maria menyadari dan melakukan tanggungjawabnya sebagai orang tua. Mereka menyadari bahwa sejak kecil, bayi Yesus harus diserahkan kepada Tuhan. Ketaatan Yusuf dan Maria ini juga merupakan persiapan yang Allah lakukan agar mereka siap menghadapi masa-masa sulit di masa mendatang.
Benang Merah Tiga Bacaan
Janji keselamatan Allah kepada umat-Nya senantiasa digenapi. Kendati seringkali umat Allah menyimpang dari ketetapan Allah dan berbuat dosa, namun Allah tetap setia menanti umat-Nya untuk kembali dan bertobat kepadaNya. Hanya dengan ketaatan kepada Allah secara penuh kita akan menyadari kehadiran Allah di tengah–tengah kehidupan kita. Dengan selalu menyadari penyertaan Allah dan melakukan Firman-Nya di dalam hidup, kita akan dimampukan untuk selalu menjadi pribadi yang dewasa iman dan menjadi anak-anak Allah.
Rancangan Khotbah : Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)
Pendahuluan
Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan,
Pernahkah saudara berjanji? Pastinya pernah, bisa janji kepada pasangan, janji kepada anak, janji kepada teman atau saudara bahkan janji kepada Tuhan. Apakah kita menepati janji kita? Jawabnya bisa Ya dan Tidak. Ya bagi mereka yang sungguh-sungguh berkomitmen dengan janjinya. Sebaliknya Tidak menepati bahkan mengingkari janji adalah mereka yang seringkali menyepelekan dan merendahkan orang lain. Contoh : Ada seorang ibu berhutang pada temannya sejumlah uang. Ia berjanji akan mengembalikan dengan cara mengangsur 12 kali selama setahun. Satu, dua, tiga bulan ibu ini menepati janjinya, ia membayar cicilan hutangnya tepat waktu. Masuk bulan keempat, kelima, dst si ibu ini masih membayar walaupun terlambat berberapa hari. Bulan-bulan berikutnya si ibu ini tidak membayar hutangnya dengan berbagai macam alasan. Kalau ditagih malah-malah dia yang lebih galak dan marah-marah. Itulah gambaran manusia yang mudah janji tetapi seringkali tidak mampu menepati janjinya.
Contoh kedua : Ada seorang pemuda yang angkat sidi, dia berjanji menjadi pengikut Tuhan Yesus yang setia. Ia akan mengikuti ibadah di gereja maupun kegiatan pemuda bahkan ia mau menjadi pamong, ikut melayani anak-anak. Setahun janji itu, dia penuhi, dia menjadi aktivis gereja, setiap ada kegiatan gereja khususnya pemuda dan anak, dia selalu ada. Beberapa tahun berikutnya dia masih setia sampai dia lulus sekolah dan kuliah. Pergumulannya dimulai saat dia bertemu dengan seorang gadis yang non Kristen. Pada akhirnya dia memilih menikah dengan gadis tersebut walaupun harus meninggalkan imannya dan mengikuti agama/kepercayaan si gadis pujaan hatinya. Sekali lagi manusia mengingkari janji, bahkan janji setianya kepada Tuhan.
Isi
Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan,
Manusia seringkali mengingkari janjinya kepada sesamanya dan kepada Allah. Tetapi Allah tidak pernah mengingkari janji–Nya kepada manusia. Allah dengan kasihNya selalu menepati apa yang menjadi janjiNya kepada manusia sekalipun seringkali manusia tidak setia dan melawan kehendak Allah. Gambaran tentang janji Allah yang digenapi itu diceritakan melalui bacaan Firman Tuhan pada minggu ini :
Yang pertama, janji Allah kepada Bangsa Israel. Allah melalui nabi Yesaya menjanjikan keselamatan dan pemulihan bagi bangsa Israel yang ada dipembuangan. Mereka akan dibangkitkan menjadi suatu bangsa kembali dan akan mengalami kemakmuran melampaui apa yang pernah mereka alami sebelumnya. Janji itu digenapi, umat Israel mendapatkan keselamatan dan menjadi saksi kepada bangsa-bangsa lain tentang kemuliaan dan keagungan Tuhan. Mereka yang dulu umat buangan yang ditindas, ditekan dan direndahkan, kini mereka adalah umat yang dipulihkan, diselamatkan, dipelihara, dilindungi dan dikuduskan Tuhan. Janji keselamatan melalui pemulihan bagi umat Allah dinyatakan. Bangsa Israel dipulihkan menjadi bangsa yang benar dan mulia serta memiliki nama baru yang berasal dari Tuhan sendiri. Hubungan yang pulih antara Israel dengan Tuhan Allah digambarkan seperti sepasang mempelai. Israel yang “diceraikan” Allah karena perbuatan dosa mereka, kini diterima kembali sebagai istri yang dikasihi. Allah mau mengampuni dan memulihkan umat-Nya yang mau bertobat.
Yang kedua, janji Allah kepada Simeon dan Hana. Simeon dan Hana adalah dua orang tua yang dihormati dan dikenal orang Yahudi waktu itu sebagai orang yang benar dan saleh. Mereka mendapatkan janji bahwa mereka tidak akan mati sebelum melihat Mesias. Maka setelah Simeon melihat bayi Yesus, ia memuji Tuhan dengan penuh sukacita. Ia juga menubuatkan bahwa Yesus bukan hanya menjadi Juruselamat bagi Israel saja tetapi bagi semua bangsa. Demikian Hana, ia juga menubuatkan akan karya Yesus sebagai Juruselamat. Simeon dan Hana mengenali Yesus sebagai Juruselamat sejak masih bayi. Pengenalan mereka yang mendalam pada diri Yesus berlangsung dalam konteks ketaatan dan kesalehan.
Yang ketiga, janji Yusuf dan Maria kepada Allah. Yusuf dan Maria menjadi orang tua Yesus di dunia. Yusuf dan Maria berjanji untuk hidup taat dan setia kepada Allah, terlebih dalam perannya sebagai orang tua Yesus. Sejak Yesus ada dalam kandungan Maria, Yusuf dan Maria menjaga kekudusan diri mereka. Mereka menamai Yesus sesuai dengan perintah Allah (21). Maria taat untuk mentahirkan dirinya (22). Sebagai orang tua, mereka membawa Yesus ke Yerusalem dan menyerahkan-Nya kepada Tuhan (22,23). Yusuf dan Maria menyadari dan melakukan tanggungjawabnya sebagai orang tua. Mereka menyadari bahwa sejak kecil, bayi Yesus harus diserahkan kepada Tuhan. Ketaatan Yusuf dan Maria ini juga merupakan persiapan yang Allah lakukan agar mereka siap menghadapi masa-masa sulit di masa mendatang. Hingga akhir hidup Yesus, Yusuf dan Maria senantiasa setia di sisi Yesus.
Ada sikap yang sama yang dirasakan dan dilakukan oleh bangsa Israel, Simeon, Hana, Yusuf dan Maria didalam menanti dan menghayati janji Allah dalam hidup mereka, yaitu hidup dalam ketaatan dan pengharapan. Bangsa Israel harus menunggu selama puluhan tahun sebelum Tuhan memulihkan Israel kembali ke Yerusalem. Simeon dan Hana harus menunggu sampai usia lanjut untuk bertemu bayi Yesus, Sang Mesias, Juruselamat yang dijanjikan. Yusuf dan Maria setia menjadi orang tua bagi Yesus hingga akhir hidup-Nya sebagai bentuk menepati janji mereka pada Allah.
Maka janji Allah kepada kita yang hidup taat, setia dan berpengharapan, Allah menjadikan kita sebagai anak-anak-Nya. Kita menjadi anak-anak Allah dan ahli waris Surga. Sebagaimana Allah berfirman kepada Rasul Paulus, melalui karya penebusan Kristus, semua orang yang percaya menjadi anak-anak Allah dan ahli waris surgawi (Gal. 4:4-7). Apakah artinya? Artinya kita ditebus, diselamatkan dan diberi anugerah beroleh bagian dalam Kerajaan Allah. Yesus Kristus yang telah lahir ke dunia menjadi penggenapan janji Allah yang nyata bagi manusia yang berdosa.
Penutup
Jemaat yang dikasihkaruniai Tuhan,
Sekiranya Allah telah berjanji dan menepati janji-Nya yaitu anugerah keselamatan bagi kita semua, maka saatnya kita juga bersikap dan berperilaku seperti Simeon dan Hana, Yusuf dan Maria. Simeon dan Hana setia menanti janji Tuhan digenapi dan berpengharapan pada Tuhan hingga di usia yang lanjut. Saat janji itu nyata, ada kesukacitaan, ada syukur, ada karya Allah yang dinyatakan dalam hidup mereka. Bagi kita melalui Simeon dan Hana, Tuhan menghendaki agar kita juga setia dalam menanti janji Tuhan. Sekalipun mungkin kita berpikir berapa lama lagi kita menunggu? Tetapi ingatlah ada kepastian dalam janji Tuhan. Yang Tuhan inginkan adalah kita selalu setia dan berpengharapan kepada-Nya sepanjang hidup kita. Oleh ketaatan dan pengharapan kita dalam menanti janji Tuhan, kita akan merasakan dan menyadari akan setiap karya dan kasih Allah yang nyata dalam hidup kita.
Meneladani Yusuf dan Maria, mari kita belajar untuk berkomitmen dengan janji-janji yang kita ucapkan kepada Tuhan dan sesama kita. Jangan mudah berjanji lalu melupakan, tetapi berjanji dan tepati janji itu dengan segenap hati dan kekuatan kita. Mungkin sebagai manusia kita merasa sulit melakukan atau memenuhi janji-janji kita kepada Tuhan dan sesama, karena itu berdoalah selalu agar kita senantiasa teguh memegang janji dan komitmen kita untuk terus mengikut Yesus sepanjang hidup kita. Milikilah keyakinan bahwa kesetiaan kita pada Tuhan akan menjadikan kita sebagai anak-anak Allah. Teruslah mengingat, memegang teguh janji setia kepada Kristus dan bertahanlah dengan janji kita apa pun yang akan terjadi. Ada keselamatan, berkat, sukacita dan hidup kekal bersama Kristus bagi setiap kita yang setia dengan janji kita sebagai pengikut Kristus. Tuhan memberkati kita. Amin. (AR).
Nyanyian : KJ. 369a : 1, 2 Ya Yesus Ku Berjanji
—
Rancangan Khotbah : Basa Jawi
Pambuka
Bapak, ibu lan para sederek ingkang dipun tresnani dening Gusti,
Punapa panjenengan nate janji? Kula kinten sedaya tamtu nate janji, janji dhateng semahipun, janji dhateng anakipun, janji dhateng rencang utawi sederekipun, langkung-langkung janji dhumateng Gusti Allah. Pitakenanipun punapa kita saged nindakaken janji kita punika? Wangsulanipun saged kemawon Inggih lan Boten. Inggih kanggenipun tiyang ingkang temen-temen netepi lan nindakaken janjinipun. Kosokwangsulipun Boten saged netepi langkung malih mblenjani janjinipun inggih punika kanggene tiyang ingkang asring nyepeleaken lan ngesoraken tiyang sanes ing gesangipun. Wonten contonipun : Wonten salahsetungaling ibu ingkang gadhah utang arupi arta dhateng kanca rencangipun. Ibu punika lajeng janji badhe dipun lunasi sedaya utangipun kanthi cara ngangsur ping 12 setaun. Setunggal, kalih, tigang wulan, ibu punika netepi janjinipun, piyambakipun ngangsur cicilan utangipun ing wekdal ingkang dipun sepakati. Lumebet ing wulan sekawan, gangsal, lan selajengipun, ibu punika taksih purun ngangsur senajan asring telat. Ing wulan-wulan selanjengipun ibu punika sampun boten nyaur utangipun malih, kathah lan macem-macem alasanipun. Bilih dipun tagih kapurih mbayar, piyambakipun lajeng nesu-nesu dhateng tiyang ingkang dipun utangi punika. Punika dados gambaran bilih manungsa punika gampil janji ananging asring boten saged netepi punapa ingkang dados janjinipun.
Conto ingkang kaping kalih : wonten salah setunggaling pemuda ingkang nembe angkat sidhi. Nalika sidhi piyambakipun janji ing ngarsanipun Gusti lan ing ngajengipun pasamuwan, bilih piyambakipun badhe dados pandherekipun Gusti Yesus ingkang setya. Piyambakipun badhe rajin anggenipun ngabekti dhateng Gusti ing Greja punapa malih ing kegiatan pemuda lan purun dados pamong, purun leledos dhateng anak-anak. Setaun, janjinipun saged dipun tetepi, piyambakipun dados aktivis greja, saben wonten kegiatan ing greja khususipun pemuda lan anak-anak, piyambakipun aktif. Punika kelampahan nalika piyambakipun sekolah ngantos lulus kuliah. Sak sampunipun lulus kuliah, pemuda punika pitepangan kaliyan salah setunggaling pemudi non Kristen ingkang ayu sanget. Ing pungkasanipun pemuda punika lajeng pacaran lan semah kaliyan pemudi punika senajan kedah nilar iman kapitadosanipun lan ngetut dhateng agami/kapitadosan pemudi pujaanipun punika. Sepisan malih punika dados gambaran bilih manungsa punika mblenjani janji ingkang nate dipun ucapaken inggih punika janji setyanipun dhumateng Gusti Allah.
Isi
Bapak, ibu lan para sederek ingkang dipun tresnani dening Gusti,
Manungsa punika asring mbenjani janjinipun dhateng sesami lan dhumateng Gusti Allah. Senajan mekaten, Gusti Allah boten nate mbenjani janjiNipun dhateng manungsa. Gusti Allah ingkang maha tresna tansah netepi punapa ingkang dados janjiNipun dhateng manungsa senajan asring manungsa punika boten setya dhateng Allah lan wantun nglawan karsanipun Gusti Allah. Gambaran bab janjinipun Gusti Allah ingkang dipun genepi ing gesanging manungsa saged kapanggihaken ing cariyos waosan Kitab Suci minggu punika:
Ingkang sepisan, janjinipun Gusti Allah dhateng Bangsa Israel. Gusti Allah lumantar nabi Yesaya janjiaken kawilujengan lan pemulihan kangge bangsa Israel ingkang wonten tanah Babel. Bangsa Israel badhe dipun dadosaken bangsa malih lan dipun paringi kasantosan ingkang langkung. Janji punika dipun genepi, bangsa Israel nampi kawilujengan lan dados saksi dhateng bangsa-bangsa sanesipun bab kamulyan lan kaagunganipun Gusti. Bangsa Israel ingkang waunipun dipun bucal ing Babel, dipun tindes, dipun kuya-kuya dan dipun asoraken, sa punika dados umatipun Gusti. Bangsa Israel dipun pulihaken, dipun rimati, dipun kanthi lan dipun suciaken Gusti Allah. Janji kawilujengan lumantar pulihipun Israel minangka umatipun Allah kanyataaken. Bangsa Israel dados bangsa ingkang bener lan mulya sarta kagungan nami enggal saking Gusti Allah piyambak. Pulihipun hubungan antawisipun Israel kaliyan Gusti Allah punika kagambaraken kados tiyang bebrayatan. Israel ingkang “dipun pegat” dening Gusti Allah karana tumindak dosanipun, sa punika dipun tampi malih kaliyan Gusti minangka semah ingkang dipun tresnani. Gusti Allah karsa ngapunten lan mulihaken umat kagunganipun ingkang purun mratobat.
Ingkang kaping kalih, Janjinipun Gusti Allah dhateng Simeon lan Hana. Simeon lan Hana punika tiyang sepuh ingkang dipun ajeni lan dipun kenal kaliyan tiyang Yahudi nalika semanten minangka tiyang ingkang bener lan saleh. Simeon lan Hana pinaringan janji saking Gusti Allah bilih piyambakipun boten badhe seda sak derengipun ningali Mesias. Karana punika sak sampunipun Simeon ningali bayi Yesus, piyambakipun tansah memuji dhateng Gusti kanthi sukabingah. Piyambakipun ugi nyebataken nubuatan bilih Gusti Yesus boten namung dados Juru wilujeng kangge bangsa Israel kemawon ananging kangge sedaya bangsa. Mekaten kaliyan ibu Hana, piyambakipun medharaken nubuatan bilih Gusti Yesus badhe dados Juruwilujenging manungsa sedaya. Saking prekawis punika, Simeon lan Hana saged mangertos wiwit taksih bayi Gusti Yesus punika minangka Mesias ingkang kaprasetyaaken Gusti Allah kangge manungsa. Pangertosan punika karana Simeon lan Hana gesang rumaket, setya lan soleh ing ngarsanipun Gusti.
Ingkang kaping tiga, janjinipun Yusuf lan Maria dhumateng Gusti Allah. Yusuf lan Maria dados tiyang sepuhipun Gusti Yesus ing donya punika. Ing gesangipun, Yusuf lan Maria sampun janji dhumateng Gusti Allah, gesang kanthi saestu lan setya dhumateng Gusti Allah, langkung-langkung nalika dipun pitados dados tiyang sepuhipun Gusti Yesus. Nalika Maria ngandhut Gusti Yesus, Yusuf lan Maria sami njagi kasucening gesangipun. Yusuf lan Maria ugi maringi asma Yesus kados ingkang dipun kersaaken Gusti Allah (ay. 21). Minangka tiyang sepuh, Yusuf ugi Maria sadar tumrap sedaya ayahan lan tanggeljawabipun dados tiyang sepuh. Karana punika Yusuf lan Maria sami mbekta Gusti Yesus dhateng Padaleman Suci ingkang wonten Yerusalem lan selajengipun sami masrahaken Gusti Yesus ing astanipun Gusti Allah. Yusuf lan Maria sadar bilih wiwit alit, Gusti Yesus kedhah dipun pasrahaken. Kasetyanipun Yusuf lan Maria punika wujud upaya nyawisaken manah kangge ngadepi mangsa ingkang awrat ing tembe dinten. Ing pungkasanipun kasetyanipun Yusuf lan Maria punika nyata ngantos pejahipun Gusti Yesus.
Saking cariyos ing inggil punika, wonten sikap ingkang sami, ingkang kawujud ing gesangipun bangsa Israel, Simeon Hana, Yusuf lan Maria anggenipun ngrantos lan netepi janjinipun Gusti Allah inggih punika gesang ing kasetyan lan pangajeng-ajeng. Bangsa Israel kedah ngrantos puluhan taun saderengipun Gusti Allah makarya mulihaken kahanan Israel, wangsul malih ing Yerusalem. Simeon lan Hana kedah ngrantos ngantos yuswo sepuh anggenipun saged pinanggihan kaliyan bayi Yesus, Juruwilujeng ingkang kaprasetyaaken. Mekaren ugi Yusuf lan Maria tansah setya dados tiyang sepuhipun Gusti Yesus ngantos purnaning gesangipun Gusti Yesus, punika wujud anggenipun Yusuf lan Maria netepi janji kasetyanipun dhumateng Gusti Allah.
Janjinipun Gusti Allah dhateng kita pandherekipun ingkang gesang setya lan ing pengajeng-ajeng, Gusti Allah badhe dadosaken kita anak-anakIpun. Kita kawastanan para putraning Allah lan ahli waris Kratoning Swarga. Kados ingkang sampun dipun pangandikaaken Gusti Allah lumantar Rasul Paulus, lumantar pangorbananipun Gusti Yesus Kristus, sedaya tiyang pitados kadadosaken para putraning Allah lan ahli waris Kratoning Swarga (Gal. 4:4-7). Punapa tegesipun? Tegesipun kita dipun tebus, dipun slametaken lan dipun paringi sih rahmat dados warganing Kratoning Allah. Gusti Yesus Kristus ingkang sampun wiyos ing satengahing donya dados wujud nyata janjinipun Allah ingkang dipun tetepi kangge manungsa ingkang dosa.
Panutup
Pasamuan ingkang dipuntresnani dening Gusti,
Nalika Gusti Allah sampun janji lan netepi janjinipun dhateng kita punika arupi sih rahmat kangge kita sedaya, pramila wiwit sa punika kedahipun kita ugi nuladha sikap lan tumindakipun Simeon Hana, Yusuf Maria. Simeon Hana ingkang setya ngrantos janjinipun Gusti Allah ngantos kalaksanan senanjan ngrantos ngantos yuswo ingkang sepuh. Nalika janjinipun Gusti punika nyata, wonten kabingahan, saos sokur, awit saking pakaryanipun Gusti Allah ingkang nyata ing gesangipun Simeon Hana. Kangge kita lumantar Simeon Hana, Gusti Allah ngersaaken supados kita ugi setya tuhu anggen kita ngrantos janjinipun Gusti kanyataaken. Kadang kala kita nggadhahi pemanggih ngantos kapan anggen kita kedah ngrantos janjinipun Gusti dados kasunyatan? Mangga kita sami enget bilih Gusti sampun janji tamtu badhe dipun tetepi. Ingkang dados karsanipun Gusti dhateng kita inggih punika kita tansah setya lan gesang ing pengajeng-ajeng dhumateng Gusti ing selamining gesang kita. Srana kasetyan lan pengajeng-ajeng anggen kita ngrantos-antos janjinipun Gusti dipun tetetpi, kita badhe ngarosaken lan sadar bilih pakaryan lan katresnanipun Gusti Allah punika nyata ing gesang kita.
Saking tuladha Yusuf lan Maria, kita saged sinau kados pundi anggen kita netepi janji-janji ingkang kita aturaken dhumateng Gusti Allah. Sampun ngantos kita gampang janji lajeng mbjenjani, ananging mangga janji punika kita tetepi kanthi gumolonging manah lan kakiyatan kita. Menawi kita rumaos ewet kangge nindakaken lan netepi janji-janji kita dhumateng Gusti Allah lan sesami, mangga kita sami dedonga supados kita saged netepi lan nindakaken janji kita dhumateng Gusti. Monggo kita sami nggadhahi komitmen dados pandherekipun Gusti Yesus salebeting gesang kita. Kita kedah yakin bilih kasetyan kita dhumateng Gusti Allah dadosaken kita para putraning Allah. Swawi kita tansah ngenget-enget, netepi sedaya janji kasetyan kita dhumateng Gusti Yesus Kristus lan njagi kasetyan lan janji kita ing kahanan punapa kemawon. Gusti Allah sampun nyawisaken kawilujengan, berkah, kabingahan lan gesang langgeng kangge kita ingkang setya ing janji minangka pandherekipun Gusti Yesus Kristus. Gusti tansah mberkahi kita. Amin. (AR).
Pamuji : KPJ. 160 : 1, 2 Gusti Kawula Ngaturken