BULAN PENCIPTAAN
STOLA PUTIH
Bacaan 1 : Kejadian 3 : 1 – 24.
Bacaan 2 : I Timotius 6 : 6 – 10.
Bacaan 3 : Yohanes 1 : 9 – 12, 29 – 34.
Tema Liturgis : Keselamatan Untuk Seluruh Ciptaan.
Tema Khotbah : Allah menemui dan menyelamatkan manusia.
Keterangan Bacaan.
Kejadian 3 : 1 – 24.
Peristiwa manusia jatuh dosa menjelaskan kepada kita tentang beberapa hal, antara lain :
- Ular bukanlah memperdaya manusia, tetapi memang ada dialog antara manusia dengan ular yang menjadikan manusia harus memutuskan mengikuti kehendak Allah ataukah kehendak ular. Dan ular memanglah binatang cerdik dan tidak dijelaskan (bukan) sebagai penjelmaan iblis.
- Masalah berbuat dosa merupakan keputusan bersama antara manusia laki-laki dan manusia perempuan. Tidak ada yang membujuk ataupun merayunya. Dan manusia perempuan bukanlah penyebab manusia jatuh dosa, tetapi memilih menjadi tidak taat pada perintah Allah merupakan keputusan manusia laki-laki dan perempuan.
- Perbuatan dosa selalu berdampak pada relasi manusia dengan Tuhan, dengan sesama dan juga dengan ciptaan lainnya. (Ada istilah “bersembunyi” dari hadapan Allah; saling menyalahkan antara manusia laki-laki dan perempuan; tanah menjadi terkutuk sehingga manusia harus bekerja keras untuk mengusahakannya).
- Apapun pemberontakan yang telah dilakukan manusia, Allah tetap mencari manusia dan berusaha menyelamatkannya.
- Dalam penghukuman Allah, tetap disertai dengan cinta kasihNya untuk memberi “kesempatan kedua” dan berusaha supaya manusia tidak binasa. (sebelum diusir dari taman Eden, manusia dibuatkan pakaian dari kulit binatang untuk melindungi tubuh mereka).
I Timotius 6 : 6 – 10.
Paulus mengerti bahwa ada hal yang tidak mudah yang harus dihadapi oleh Timotius, yaitu berkaitan dengan orang-orang yang materialistis. Mereka menganggap bahwa materi adalah hal yang sangat penting dalam hidup mereka. Banyak uang dianggap memberikan kebahagiaan. Oleh karena itu Paulus berpesan kepada Timotius agar berhati-hati karena cinta uang itu bisa menjadikan seseorang melakukan apa saja demi mendapatkan uang. Bahkan orang bisa melanggar ajaran Tuhan demi memburu uang (ayat 10).
Kekhawatiran jika tidak memiliki uang ini ternyata juga berpengaruh pada kwalitas peribadahan mereka. Karena segala sesuatu diukur dari materi, maka melaksanakan ibadahpun dihitung untung dan ruginya (ayat 6). Oleh karena itu Paulus berpesan agar ibadah itu diliputi dengan ucapan syukur. Dan hal itu bisa dilakukan jika masing-masing orang yang beribadah merasa dicukupkan oleh Tuhan. Jadi, titik tolaknya adalah pada apa yang telah diberikan oleh Tuhan sebagai wujud berkat, dan bukan apa yang ingin diperoleh (khususnya yang berupa materi). Ketika orang menyadari bahwa dia bisa makan dan berpakaian, maka seharusnya itu sudah bisa menjadi dasar untuk bersyukur kepada Tuhan. Harta (uang) bukanlah segala-galanya, dan bukan sesuatu yang bisa menyelamatkan manusia. Jika manusia pada akhirnya bisa memiliki harta (uang), maka itu adalah pemberian Tuhan, dan hanya bisa dimanfaatkan selama di dunia saja (ayat 7). Artinya, materi itu bukan sesuatu yang kekal, demikian juga orang kaya itu tidak kekal, jangan dimutlakkan. Jika fokus hidupnya hanya pada masalah materi, maka akan sulit bagi orang tersebut untuk berbagi dan untuk merasa bahwa Tuhan itu lebih berarti dari apapun. Itulah sebabnya setiap orang harus mengendalikan keinginannya untuk memiliki materi sebanyak-banyaknya.
Yohanes 1 : 9 – 12, 29 – 34.
Tuhan Yesus yang datang adalah sebagai “terang”. “Terang” itu sesungguhnya dibutuhkan oleh semua orang, tetapi sayangnya tidak semua orang memahami hal ini (ayat 10). Allah menciptakan alam semesta ini diawali dengan terang. Orang yang sadar bahwa dirinya membutuhkan “terang” sesungguhnya adalah orang yang sadar bahwa dirinya membutuhkan keselamatan. Sebab kegelapan menjadikan hidupnya bergelimang dosa karena tidak mampu membedakan hal-hal yang boleh dan yang dilarang untuk dilakukan menurut Tuhan. Di ayat 12 dikatakan bahwa siapapun yang menerima “terang” itu akan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah, yang tahu membedakan hal yang baik dan buruk. Hal ini juga berarti bahwa hal menjadi anak-anak Allah itu merupakan karunia pemberian Tuhan bagi siapapun yang menerima “terang” itu.
Yohanes mampu melihat “terang” itu dalam pribadi Tuhan Yesus Kristus yang juga disebutnya sebagai Anak Domba Allah Penghapus dosa dunia (ayat 29). Secara tidak langsung, Yohanes memberitahukan tujuan Tuhan Yesus Kristus hadir di tengah dunia adalah untuk menyelamatkan manusia. Sebab karena dosa-dosanya, manusia tidak bisa selamat. Karena itu, manusia membutuhkan Penyelamat yang mampu menghapus dosa-dosanya. Yesus Kristus yang diperkenalkan oleh Yohanes ini adalah pribadi yang luar biasa. Jika Yohanes membabtis dengan air sebagai perwujudan dari penyucian/ pembersihan bagi orang-orang Yahudi dan khususnya bagi mereka yang non-Yahudi. Tetapi babtisan Roh Kudus yang dilakukan oleh Tuhan Yesus bukan sekedar merupakan penyucian/ pembersihan dari dosa, tetapi merupakan wujud pengampunan dosa dari Allah.
BENANG MERAH TIGA BACAAN
Berbagai upaya penyelamatan telah dilakukan oleh Allah bagi manusia. Sejak kisah penciptaan hingga di jaman para rasul dan jaman sekarang, ternyata Allah tidak berhenti berusaha menyelamatkan manusia. Hal ini dilakukanNya dengan memberikan berbagai peraturan, dan bahkan Allah datang sendiri dalam pribadi Yesus Kristus agar lebih mudah dipahami manusia. Inilah wujud cinta kasih Allah bagi manusia.
RANCANGAN KHOTBAH : Bahasa Indonesia.
TERANG YANG SEJATI
(Nats : Yohanes 1 : 9)
Pendahuluan
Semua orang suka dan membutuhkan terang. Dengan terang itu manusia mampu beraktifitas, bisa membedakan segala sesuatu termasuk yang baik dan buruk, yang aman dan yang berbahaya. Manusia melakukan banyak hal untuk mengupayakan terang itu dan supaya bisa tetap tinggal di dalam terang. Tidak hanya dalam pengertian duniawi terang itu dibutuhkan, tetapi secara batiniah manusia juga membutuhkan terang yang bisa menerangi hatinya. Sehingga dia bisa tahu kebenaran dan apa yang harus dilakukannya.
Isi
Yohanes menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah terang yang sesungguhnya. Artinya, Dia dibutuhkan oleh semua orang dan terang itu abadi, tidak sementara dan memang sumber kehidupan. Bahkan di ayat 10 dikatakan bahwa Tuhan Yesuslah pencipta sekalian alam. Dia, Sang Pencipta itu sedang datang ke dalam dunia. Merupakan kebahagiaan bagi manusia karena didatangi oleh terang yang sejati itu. Dia datang bukan karena diundang oleh manusia, tetapi karena Dia tahu bahwa manusia akan binasa tanpa terang itu. Tuhan Yesus tahu bahwa sesungguhnya semua manusia membutuhkanNya. Tetapi sayangnya tidak semua orang menyadari hal ini. Mereka yang tidak memahami bahwa dirinya membutuhkan terang (Tuhan Yesus) adalah yang menolakNya atau memusuhiNya. Menolak Yesus berarti menolak terang, dan itu sama dengan menolak kehidupan. Sebab manusia merasakan kehidupan ketika mereka berada dalam terang.
Yohanes Pembabtis juga menjelaskan bahwa Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yoh. 1 : 29). Dalam tradisi Perjanjian Lama memang domba selalu dipakai untuk korban penghapusan dosa. Itu adalah usaha manusia yang telah menyadari untuk mengaku dosanya dan berharap dapat pengampunan. Kenyataannya manusia tidak berhasil, karena memang manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa dan memberontak kepada Allah (lihat bacaan 1). Dengan kata lain, usaha manusia untuk menyelamatkan dirinya dan mendapat penghapusan dosa itu sia-sia. Lalu Allah melihat dengan kasihNya, sehingga Dia sendiri yang harus datang kepada manusia, menemui mereka dan menyelamatkan mereka. Allah yang datang dalam terang, dalam pribadi Yesus Kristus merelakan diriNya menjadi “Domba” korban penghapus dosa. Dia datang kepada manusia sebagai “Terang” untuk menerangi hati manusia dari kegelapan dan ketidak-tahuan akan perbuatan dosa.
Dengan demikian secara tidak langsung Yohanes Pembabtis memberitahukan kepada orang banyak bahwa keselamatan adalah hal terpenting dalam hidup manusia. Yesus Kristuslah yang utama dalam hidup ini, karena tanpa Dia manusia tidak mendapatkan pengampunan dosa dan keselamatan. Untuk mendapatkan kehidupan sejati, kebahagiaan hidup, manusia membutuhkan Tuhan Yesus dan bukan harta benda duniawi (band. bacaan 2).
Memang tidak semua orang menerima Yesus Kristus sebagai Juruslamat. Tetapi siapapun yang menerima Dia, mereka akan menerima kuasa untuk menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1 : 12). Kuasa yang Allah berikan itulah yang memampukan manusia untuk selalu hidup dalam terang. Artinya, hidup sesuai kehendak Allah yang tahu membedakan hal yang baik dan buruk. Orang yang hidup dalam terang tentunya secara terbuka tidak menyembunyikan perilaku apapun karena dia yakin tidak melakukan kejahatan. Kehadiran Tuhan Yesus yang menjadi Terang sejati dan memberikan petunjuk seharusnya menyadarkan manusia bahwa mereka membutuhkan Tuhan Yesus. Terlepas dari Terang Sejati artinya tidak ada kehidupan dan keselamatan. Seharusnya manusia boleh bergantung sepenuhnya hanya kepada Tuhan yang menyelamatkannya.
Penutup
Sang Terang Sejati (Tuhan Yesus Kristus) memang sudah datang ke dunia dan menemui umat manusia. Sayangnya masih banyak manusia yang menganggap bahwa menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat belum menjadi kebutuhan saat ini. “Penyakit” materialistis, menempatkan materi menjadi hal terpenting dan segalanya, masih banyak kita lihat menjangkiti kehidupan manusia. Orang rela melakukan apa saja, bahkan mengorbankan banyak hal demi mendapatkan materi. Orang meninggalkan ibadah demi meraih materi (band. bacaan 2). Bahkan, yang lebih ekstrim ada orang meninggalkan Kristus demi materi, kedudukan atau lainnya. Banyak orang tidak sadar bahwa untuk apa memiliki materi yang banyak tetapi mereka tidak selamat? Apakah mereka bisa menikmatinya? Oleh karena itu sangatlah penting untuk menjadi pegangan bahwa Terang / Tuhan Yesus adalah hal utama dalam hidup ini. Jangan pernah “menggeser” kedudukanNya dalam hidup kita hanya demi mendapatkan materi atau lainnya. Sebaliknya, berusahalah untuk tetap tinggal di dalam terang Kristus itu, sebab di situlah kita mendapatkan kehidupan dan keselamatan. Amin. (YM)
Nyanyian : Kidung Jemaat 109 : 2, 6.
—
RANCANGAN KHOTBAH : Basa Jawi.
PEPADHANG KANG SEJATI
(Jejer : Yokanan 1 : 9)
Pambuka
Sedaya manungsa tamtu remen lan mbetahaken pepadhang. Kanthi pepadhang punika manungsa saged nyambut damel, saged mbedakaken punapa ingkang sae lan awon, ingkang aman lan ingkang mbebayani. Manungsa saged nindakaken punapa kemawon kangge ngupadi pepadhang lan supados saged tansah gesang ing salebeting pepadhang. Boten namung ing pangertosan secara jasmani kemawon bilih pepadhang punika kabetahaken, nanging ing pangertosan secara batiniah manungsa ugi mbetahaken pepadhang kangge nyunari manahipun. Supados manungsa saged mangertos bab ingkang becik lan kedah katindakaken.
Isi
Yokanan mratelakaken bilih Gusti Yesus punika pepadhang kang sejati. Panenenganipun estu kabetaheken dening sedaya manungsa lan ugi pepadhang ingkang langgeng, boten namung kangge sawetawis wekdal kemawon lan ugi pancen dados etuking gesang. Mekaten ugi ing ayat 10 kaserat bilih Gusti Yesus punika ingkang nitahaken jagad. Panenenganipun, inggih ingkang nitahaken jagad punika sampun rawuh ing ndonya. Estunipun punika dados satunggaling kabingahan tumrap manungsa awit sampun karawuhan dening pepadhang ingkang sejati. Panjenenganipun rawuh boten awit dipun undang dening manungsa, nanging awit Panjenenganipun pirsa bilih manungsa tamtu badhe tumpes tanpa pepadhang punika. Gusti Yesus estunipun pirsa bilih sedaya manungsa mbetahaken Panjenenganipun. Ananging boten sedaya manungsa ngraosaken bab punika. Manungsa ingkang boten mangertos bilih mbetahaken pepadhang (Gusti Yesus), tamtu badhe nampik lan dados mengsah. Menawi manungsa memengsahan kaliyan Gusti Yesus, ateges ugi nampik pepadhang, lan punika tegesipun ugi nampik gesangipun. Awit manungsa estunipun saged ngraosaken gesang menawi wonten ing salebeting pepadhang.
Yokanan Pembabtis ugi mratelakaken bilih Gusti Yesus Kristus punika Cempening Allah ingkang mbirat dosaning jagad (Yok. 1:29). Ing tradisi Prajanjian Lami pancen cempe punika ingkang kangge korban pambirating dosa. Punika pambudidayaning manungsa ingkang sampun ngraosaken kedah ngakeni dosanipun lan gadhah pangajeng-ajeng saged kaapunten dosanipun. Nyatanipun manungsa boten kasil, awit pancen manungsa punika gadhah kecendherungan kangge tumindak dosa lan memengsahan kaliyan Allah (mugi mirsani waosan 1). Kanthi tembung sanes, pambudidayanipun manungsa kangge milujengaken badanipun lan nampi pangapuntening dosa punika nglaha (sia-sia). Tumunten Allah mirsani kanthi katresnanipun, pramila lajeng Panjenenganipun piyambak ingkang kedah ngrawuhi manungsa, nuweni manungsa lan milujengaken manungsa. Gusti Allah ingkang rawuh awujud pepadhang, ing sarira Gusti Yesus Kristus, sampun kadadosaken “Cempe” korban pambirating dosa. Panjenenganipun ngrawuhi manungsa dados “Pepadhang” kangge nyunari manahipun manungsa saking pepeteng lan anggenipun boten mangertos bab pandamel dosa.
Kanthi mekaten estunipun Yokanan Pembabtis martosaken dhateng tiyang kathah bilih kawilujengan punika prekawis ingkang paling wigati ing gesanging manungsa. Namung Gusti Yesus punika ingkang utami ing salebeting gesang punika, awit tanpa Panjenenganipun, manungsa boten saged nampi pangapuntening dosa lan kawilujengan. Supados saged nampi gesang ingkang sejati, kabegjan, manungsa mbetahaken Gusti Yesus lan sanes donya brana (band.waosan 2).
Pancen boten sedaya manungsa nampeni Gusti Yesus Kristus dados Juruwilujengipun. Ananging, sinten kemawon ingkang nampi Panjenenganipun, tamtu badhe nampi panguwaos dados para putranipun Allah (Yok. 1:12). Panguwaos ingkang kaparingaken dening Allah punika ingkang paring kesagedan dhateng manungsa supados tansah gesang ing salebeting pepadhang. Tegesipun, gesang ingkang condhong kaliyan karsanipun Allah, mangertos ing bab mbedakaken prekawis ingkang sae lan ingkang awon. Manungsa ingkang gesang ing salebeting pepadhang tamtu boten sesingidan ing bab tumindakipun, awit piyambakipun pitados bilih boten nindakaken piawon. Rawuhipun Gusti Yesus ingkang dados pepadhang sejati lan paring pitedah kedahipun paring pangertosan dhateng manungsa bilih sedaya manungsa mbetahaken Gusti Yesus. Uwal saking pepadhang sejati tegesipun boten wonten pigesangan lan kawilujengan. Kedahipun manungsa namung gumantung dhateng Gusti ingkang paring kawilujengan.
Panutup
Sang pepadhang sejati (Gusti Yesus kristus) pancen sampun rawuh ing donya lan ugi nuweni manungsa. Emanipun, taksih kathah manungsa ingkang nganggep bilih nampeni Gusti Yesus minangka Gusti lan Juruwilujeng punika dereng dados kabetahan samangke. “Penyakit” materialistis, materi (raja brana) dados prekawis ingkang sanget wigati, punika taksih kathah dipun alami ing gesanging manungsa. Manungsa purun nindakaken punapa kemawon, paring pengorbanan, inggih namung kangge pikantuk materi. Tiyang saged nilar pangibadahipun inggih kangge ngudi materi (band.waosan 2). Ingkang langkung ekstrim, tiyang purun nilar Gusti Yesus supados nampi materi, kalenggahan lan sanesipun. Kathah manungsa ingkang sadhar, kangge punapa gadhah materi, donya brana ingkang kathah nanging wusananipun boten wilujeng? Punapa tiyang kalawau saged menikmati? Pramila, saestu wigati lan dados cepengan kita bilih Sang Pepadhang punika ingkang utawi ing gesang kita. Sampun ngantos kita “nglengseraken” Panjenenganipun saking gesang kita awit saking kepengin ngudi materi utawi sanesipun. Kosokwangsulipun, sumangga kita sami ngudi supados tansah saged gesang ing salebeting pepadhangipun Sang Kristus, awit inggih ing ngriku kita nampeni gesang lan kawilujengan. Amin. (YM)
Nyanyian : Kidung Pasamuwan Kristen 210 : 1, 2, 3.