Khotbah Minggu 12 Juni 2016

12 June 2016

PEMBUKAAN BULAN KELUARGA
STOLA PUTIH

 

Bacaan  1        :  2 Samuel 11: 26-12: 10, 13-15
Bacaan  2        :  Galatia 2: 15-21
Bacaan  3        :  Lukas 7: 36-8: 3

Mazmur          :  Mazmur 5: 1-8

Tema Liturgis  : Keluarga Kristen yang Melayani.
Tema Minggu : Melayani dengan kerendahan hati dan pengorbanan.

 

Keterangan Bacaan

2 Samuel 11: 26-12: 10, 13-15

Daud telah terbelit rentetan dosa-dosa: zinah, perencanaan pembunuhan, dusta. Natan beroleh hikmat Tuhan. Ia tidak berkhotbah, tidak menegur atau menuding, tetapi bercerita. Cerita itu berhasil memojokkan Daud ke posisi yang melibatkan pertimbangan kebenaran dan tanggung jawab.

Cerita itu menggambarkan kehidupan gembala miskin, hidup sederhana dan memiliki hanya seekor anak domba. Ia memperlakukan domba itu seperti anak perempuannya sendiri. Celakanya, ada orang kaya yang memiliki banyak domba. Saat ia memerlukan daging untuk makan siangnya, ia “mengambil” anak domba betina milik si miskin. Spontan Daud menyatakan bahwa orang kaya itu harus dihukum mati. Segera sesudah Daud mengungkapkan kemarahan dan tindakan yang harus diambil, Natan menempatkan Daud dalam kisah itu. Ia juga “merampas” Batsyeba, istri Uria itu. Natan dengan keras mengecam Daud, menyampaikan firman Allah kepadanya, suatu khotbah penghukuman. Allah mengucapkan sebuah kalimat yang sangat dramatis: Daud telah memiliki segala-galanya (ayat 8). Betapa bodohnya tindakan Daud!

Syukurlah, Daud sembuh dari kebutaannya. Ia berani mengaku salah. Daud sadar akan dosanya terhadap Uria dan istrinya. Namun demikian, konflik dan pertumpahan darah tidak akan beranjak dari dinasti Daud. Akibat dari dosa terlalu berat untuk ditanggung! Kasih Tuhan terhadap orang yang bertobat jauh lebih besar dari penghukuman. Ini membuktikan Tuhan itu adil dalam kasih-Nya.

Galatia 2: 15-21

Hukum Taurat telah berjasa bagi Paulus sekalipun tidak menuntun dia kepada pembenaran. Melalui hukum Taurat dia telah mati terhadap hukum Taurat itu sendiri, sebab hukum Taurat telah menghasilkan kesadaran akan dosa yang akhirnya membawa dirinya kepada Kristus. Hukum Taurat juga telah membawa Kristus ke kayu salib agar Dia dapat menebus mereka yang telah melanggar hukum Taurat ini. Kristus merupakan wakil Paulus dalam kematian terhadap hukum Taurat tersebut. Hasilnya adalah sebuah hidup yang baru untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus. Bentuk waktu perfect menekankan baik peristiwa masa lalu maupun dampak-dampaknya yang berlanjut terus. Kematian ini menghasilkan hidup, suatu hidup yang sama sekali baru; bukan sekadar hidup ilahi yang dianugerahkan begitu saja, tetapi Kristus yang hidup itu sendiri yang berdiam di dalam diri orang yang sudah ditebus. Sekalipun demikian, di dalam hidup yang baru ini, kepribadian manusia tidak dibenamkan – Hidupku yang kuhidupi sekarang ini. Hidup yang baru dijalani berlandaskan prinsip iman kepada Kristus. Iman ini didasarkan pada fakta tentang kasih Sang Juruselamat secara pribadi kepada orang-orang yang bagi mereka Ia mati. Jika kebenaran dapat diperoleh melalui hukum Taurat, maka kematian Kristus tentu tidak dapat dipahami; kematianNya tidak ada gunanya.

 

Lukas 7: 36-8: 3

Seorang Farisi mengundang Yesus datang makan di rumahnya. Sepertinya orang Farisi ini tidak percaya kepada Kristus, tidak mau mengakui-Nya sebagai nabi. Walaupun demikian, Kristus menerima undangannya, datang ke rumahnya, lalu duduk makan, agar mereka dapat melihat bahwa Ia mau bergaul dengan siapa saja, baik dengan orang Farisi maupun dengan para pemungut cukai, dengan harapan dapat menolong mereka.

Rasa hormat mendalam ditunjukkan kepada-Nya oleh seorang perempuan berdosa yang penuh penyesalan, ketika Ia sedang duduk makan di rumah orang Farisi itu. Ia seorang bukan-Yahudi, seorang perempuan sundal. Setelah mendengar khotbah-Nya, ia bertobat dari jalan hidupnya yang buruk dan datang untuk menyatakan kewajibannya kepada-Nya, dengan cara membasahi kaki-Nya dan mengurapi-Nya dengan minyak harum yang sengaja dibawanya untuk itu. Ia melakukan pekerjaan seorang pelayan yang bertugas membasuh kaki para tamu.

Ia merasa luar biasa hina karena dosa. Ia berdiri di belakang-Nya sambil menangis. Sekarang wajah yang biasanya penuh riasan itu tampak buruk karena menangis. Rambut yang biasanya dikepang-kepang dan penuh hiasan itu sekarang dijadikannya penyeka.

Tuhan Yesus memperhatikan kasihnya yang mendalam kepadaNya. Ia membasuh kaki-Nya, sebagai tanda bahwa ia rela menundukkan diri untuk melakukan tugas paling hina untuk menghormati-Nya. Ia bahkan membasuh kaki-Nya dengan air matanya, air mata bahagia karena bisa berada begitu dekat dengan Juruselamat. Ia mencium kaki-Nya, bagaikan orang yang merasa tidak layak mencium pipi-Nya. Ia menyekanya dengan rambutnya, seperti orang yang sepenuhnya mengabdi demi kehormatan-Nya. Ia meminyaki-Nya dengan minyak wangi itu, mengakui-Nya sebagai Mesias, Dia yang diurapi. Semua orang yang benar-benar menyesali dosanya akan sangat mengasihi Tuhan Yesus.

Kristus mengetahui apa yang dikatakan orang Farisi itu dalam hatinya, lalu memberikan jawaban, “Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu”. Walaupun dilayani dengan baik oleh Simon dalam perjamuannya, Ia tetap menegur Simon karena Ia melihat ada yang salah pada dirinya. Memang benar bahwa perempuan ini dulunya orang berdosa. Kristus tahu itu. Namun, sekarang ia telah diampuni. Apa yang dilakukan perempuan itu terhadap-Nya adalah ungkapan kasih yang besar kepada Juruselamatnya yang mengampuni dosanya.

Orang yang telah diampuni dosanya, wajib mengasihi Dia yang telah mengampuni mereka. Semakin banyak dosa mereka diampuni, semakin mereka harus mengasihi-Nya. Orang yang lebih berdosa sebelum bertobat, harus menjadi orang yang lebih kudus setelah bertobat, semakin keras berusaha bekerja bagi Allah, dan semakin taat kepada-Nya. Ketika Saulus si penganiaya itu berubah menjadi Paulus si pemberita Injil, ia bekerja lebih keras.

Kristus menenteramkan ketakutan perempuan itu, yang mungkin merasa kecil hati karena perilaku orang Farisi itu, dengan berkata kepadanya, “Dosamu telah diampuni”. Betapa besar balasan yang diterima perempuan itu atas penyesalan dosa, jerih payah pelayanan dan pengorbanannya.

Kemudian Yesus berjalan berkeliling. Ia tidak menetap di kota-kota besar melainkan masuk ke desa, di antara penduduk desa yang sederhana, untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di pedusunan. Ia memberitakan berita kesukaan mengenai Kerajaan Allah, yang sekarang akan ditegakkan di antara mereka. Ini adalah kabar baik bagi dunia, bahwa masih ada harapan bagi dunia untuk diubahkan dan diperdamaikan.

Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia untuk belajar tentang apa yang kelak harus mereka khotbahkan dan cara melakukannya. Ada beberapa orang perempuan, yang dengan teratur mengikuti pelayanan-Nya, melayani-Nya dengan kekayaan mereka. Beberapa dari mereka disebut namanya, tetapi masih ada lagi banyak perempuan lain, yang menerima pengajaran Kristus dengan tekun, dan menganggap diri mereka pantas menyokong pemberitaan ajaran-Nya itu karena mereka telah merasakan manfaatnya, dan mereka berharap banyak orang akan menerima manfaat yang sama juga.

Kebanyakan dari mereka pernah disembuhkan oleh Kristus dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit. Beberapa dari mereka pernah terganggu pikiran mereka. Ada yang depresi, dan ada pula yang mengalami gangguan kesehatan jasmani, dan Ia menyembuhkan mereka semua dengan kuasa-Nya yang ajaib. Mereka yang telah disembuhkan oleh-Nya layak melakukan apa saja yang bisa mereka persembahkan kepada-Nya.

Banyak dari antara mereka yang melayani rombongan Kristus dengan kekayaan mereka. Sudah menjadi kewajiban bagi orang-orang yang diajar dalam firman Tuhan untuk berbagi dengan mereka yang mengajarkan banyak hal yang baik kepada mereka. Mereka yang memberi dengan murah hati dan penuh sukacita, menghormati Tuhan dengan kekayaan mereka.

 

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Iandonesia

Pendahuluan

Adakah di antara Bapak, Ibu dan Saudara yang ingat tujuan perkawinan menurut Tata Pranata Gereja kita? (diam sejenak untuk memberi waktu kepada warga mengingat-ingatnya) Siapa yang ingat silahkan menjawabnya! Mungkin keluarga yang termuda, silahkan…! Tujuan perkawinan adalah kehidupan rumah tangga yang bahagia, lestari dan ikut serta dalam karya Tuhan Allah. Karya Tuhan Allah ini tidak hanya lahirnya anak. Sangat banyak karya Tuhan dimana rumah tangga bisa ikut serta melakukannya.

 

Isi

Diceritakan dalam bacaan Injil kita hari ini seorang Farisi yang mengundang Tuhan Yesus untuk datang ke rumahnya makan perjamuan yang disediakan oleh keluarganya. Walaupun nampaknya orang Farisi ini tidak beriman kepada Tuhan Yesus sebagai Mesias atau sebagai nabi, Tuhan Yesus datang memenuhi undangan itu. Ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus mau datang makan di rumah orang yang tidak beriman kepadaNya sekalipun. Keluarga Farisi itu melayani kebutuhan makan Tuhan Yesus dan para muridNya, dan Dia mau menerima pelayanan keluarga Farisi itu. Pelayanan seperti itu juga dilakukan oleh para perempuan yang mengikuti perjalanan Tuhan Yesus berkeliling memberitakan Injil dari kota ke kota, dari desa ke desa. Para perempuan itulah yang memenuhi kebutuhan Tuhan Yesus dan para muridNya dengan harta kekayaan mereka sendiri.

Ketika sedang duduk di rumah orang Farisi itu, Tuhan Yesus didatangi oleh seorang perempuan berdosa. Rupanya dia ini adalah salah seorang dari para perempuan yang kemudian mengikuti dan melayani perjalanan Tuhan Yesus dan para muridNya itu.

Sambil menangis perempuan ini mendatangi Tuhan Yesus di rumah itu. Rupanya dia sudah mendengarkan khotbah Tuhan Yesus sebelumnya, sehingga dia menyadari dan sangat menyesali dosa-dosanya. Karena itu dia ingin sekali mendekat kepadaNya, melakukan pelayanan kasih kepadaNya, serta ingin mendapat pengampunan atas dosa-dosanya. Tanpa ragu-ragu atau malu-malu dilihat orang banyak dia menangis dan memberanikan diri mendekat dan menjamah Tuhan Yesus. Itu pasti karena rasa penyesalan yang sangat dalam atas dosa-dosanya dan atas kesadaran akan berharganya pengampunan Tuhan.

Perempuan itu membasahi kaki Tuhan Yesus dengan air matanya, menyekanya dengan rambutnya, menciumi dan meminyaki kakiNya dengan minyak wangi. Perbuatan itu menandakan bahwa perempuan itu siap merendahkan diri serendah-rendahnya untuk melakukan pekerjaan yang sangat dan paling rendah dan hina sekalipun bagi kemuliaan Tuhan Yesus. Dia siap mengorbankan sesuatu yang sangat mahal harganya dari miliknya untuk kemuliaan Tuhan. Sebab, rupanya dia menyadari betul bahwa pengampunan dan karya Tuhan itu jauh lebih besar dari pada harga dirinya dan dari harta miliknya yang sangat mahal sekalipun.

Banyak orang merasa bahwa harga dirinya lebih penting dari apapun, termasuk lebih dari pekerjaan Tuhan. Sehingga, orang melakukan pekerjaan Tuhan justru untuk mendapatkan penghargaan, untuk menunjukkan harga dirinya yang tinggi. Tidak ada kerendahan hati dalam dirinya, bahkan dalam melakukan pekerjaan Tuhan. Begitulah rupanya sikap orang Farisi yang mengundang Tuhan Yesus makan di rumahnya itu. Dengan itu rupanya dia ingin mendapat penghargaan dari Tuhan Yesus dan orang banyak. Tetapi sebaliknya orang Farisi itu malah mendapat malu, karena Tuhan Yesus menunjukkan kepadanya bahwa perempuan berdosa itu malah melakukan pelayanan yang lebih mulia dari pada dia. Farisi itu tidak menyediakan air untuk membasuh kaki Tuhan Yesus, tetapi perempuan itu yang membasuh kakiNya dengan air mata dan bahkan menyekanya dengan rambutnya. Justru perempuan itu yang  mendapatkan pengampunan dosa.

Dalam bahasa Paulus hidup yang diampuni itu adalah hidup yang mati terhadap dosa, disalibkan bersama Kristus dan hidup baru di dalam Dia. Yang hidup di dalam dirinya adalah Kristus, sehingga hidupnya adalah untuk Allah. Paulus yang merasa sangat berdosa karena menganiaya orang percaya, setelah diampuni, dia melakukan pekerjaan Allah dengan sepenuh hidupnya, sepenuh jiwa raganya. Daud yang juga menyadari dan mengakui kesalahan dan dosanya, diampuni oleh Tuhan, pemerintahannya untuk karya Tuhan lestari sampai akhir hidupnya.

 

Penutup

Kita, masing-masing sebagai pribadi, sudah mendapatkan pengampunan yang sangat mahal dan berharga dari Tuhan atas segala dosa kita. Pengampunan dosa itu sangat mahal harganya. Sebab, itu diberikan dengan perjuangan dan penderitaan yang sangat berat di kayu salib. Pengampunan dosa itu sangat penting dalam hidup kita. Sebab, dengan pengampunan itu kita dibebaskan dari kuasa dosa dan kita bisa hidup berdekatan erat dan bersama dengan Tuhan yang maha kasih.

Sebagai rumah tangga, kita juga diberi berkat oleh Tuhan. Kebutuhan rumah tangga kita dicukupi oleh Tuhan, baik kebutuhan jasmani dan materi maupun kebutuhan rohani dan jiwa kita. Kita semua diberi berkat oleh Tuhan melalui, dengan dan di dalam rumah tangga kita.

Mengingat berkat anugerahNya yang sudah kita terima itu, seharusnya kita melakukan pelayanan untuk karya Tuhan Allah. Masing-masing kita baik sebagai pribadi maupun keluarga, seharusnya kita melakukannya dengan kerendahan hati,  bukan mencari penghargaan. Seharusnya kita mau melakukan sesuatu yang paling rendah sekalipun untuk kemuliaan Tuhan. Jangan pernah kita melakukan pelayanan karya Tuhan untuk mencari penghargaan dari manusia! Sebaliknya, seharusnya untuk pelayanan karya Tuhan itu kita rela mengorbankan harta kekayaan dan harga diri (gengsi) kita. Seharusnya kita melakukan pelayanan karya Tuhan dengan sepenuh jiwa raga. Tuhan memberkati karya pelayanan kita! Amin. [st]

 

Nyanyian   :    KJ 357 / Kid. Kontekstual 171; 97; 48 (pengumpulan persembahan).

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi

Pambuka

Menapa wonten ing antawisipun Bapak, Ibu tuwin Sedherek ingkang enget tujuwaning neningkahan manut Tata Pranata greja kita? (sidhem sawatawis ngaturi wekdal warga ngenget-enget) Sinten ingkang enget kaaturan mangsuli! Mbokmenawi kulawarga ingkang paling anem, mangga…! Tujuwaning neningkahan inggih menika gesanging bale griya ingkang ayem tentrem, lestantun lan ndherek ing pakaryanipun Gusti Allah. Pakaryanipun Gusti Allah menika boten namung lairipun anak. Kathah sanget pakaryanipun Gusti ingkang saged katindakaken dening kulawarga.

 

Isi

Kacariyosaken ing waosan Injil dinten menika satunggaling tiyang Farisi ingkang ngulemi Gusti Yesus rawuh ing dalemipun dhahar bujana ingkang kacawisaken dening brayatipun. Nadyan semunipun tiyang menika boten pitados dhateng Gusti Yesus minangka Sang Mesih utawi nabi, Gusti Yesus rawuh minangkani ulemanipun menika. Tumindakipun Gusti Yesus menika nedahaken bilih Penjenenganipun karsa rawuh dhahar ing dalemipun tiyang ingkang boten pitados dhateng Panjenenganipun. Kulawarga Farisi ngladosi kabetahaning dhaharipun Gusti Yesus lan para sekabat, lan Gusti Yesus karsa nampeni peladosanipun kulawarga Farisi menika. Peladosan kados menika ugi ingkang katindakaken dening para wanita ingkang ndherekaken tindakipun Gusti Yesus ndlajahi kitha makitha, desa ngadesa mawartosaken Injil. Para wanita menika nyekapi kabetahanipun Gusti Yesus lan para sekabat klayan bandha darbekipun piyambak.

Nalika saweg lenggah dhahar ing dalemipun tiyang Farisi menika, Gusti Yesus dipun dhatengi satunggaling wanita tuna susila. Semunipun wanita menika salah satunggal ing antawisipun para wanita ingkang salajengipun ndherekaken lan ngladosi Gusti Yesus lan para sekabat.

Kanthi muwun wanita menika sowan dhateng Gusti Yesus ing griya menika. Mesthinipun wanita menika sampun nate mirengaken kotbahipun Gusti Yesus saderengipun, temah piyambakipun ngrumaosi lan nlangsani dosa-dosanipun kanthi sanget. Awit saking menika, piyambakipun lajeng kepengin sanget sowan ing ngarsanipun, cecaketan kaliyan Panjenenganipun, nindakaken sih paladosan kagem Panjenenganipun, sarta pikantuk pangapunten saking dosa-dosanipun. Tanpa mangu-mangu lan isin dipun tingali tiyang kathah, piyambakipun muwun lan nekat nyaket saha malih nggepok ampeyanipun Gusti Yesus. Pratingkahipun menika mesthi kasurung raos panalangsa ingkang sanget karana dosa-dosanipun lan anggenipun ngaosi ajining pangapuntenipun Gusti.

Wanita menika nelesi ampeyanipun Gusti Yesus klayan tetesing luhipun, nyeka ampeyanipun Gusti Yesus mawi rambutipun, ngambungi sarta ngolesi ampeyanipun klayan lisah wangi. Tumindakipun menika nedahaken bilih wanita menika sumadya ngasoraken dhiri saasor-asoripun nindakaken pakaryan kagem kamulyanipun Gusti, nadyan pakaryan menika asor sanget. Piyambakipun sumadya ngurbanaken barang darbe ingkang awis lan aji kagem kaluhuranipun Gusti. Awit, piyambakipun ketingal ngrumaosi saestu bilih pangapuntening dosa lan pakaryanipun Gusti menika langkung ageng sanget tinimbang ajining dhirinipun lan ajining barang darbekipun ingkang kathah.

Kathah tiyang ingkang nganggep bilih ajining dhirinipun nglangkungi samukawis, ugi nglangkungi pakaryanipun Gusti. Temahan, tiyang nindakaken pakaryanipun Gusti kangge pikantuk pangalembana (penghargaan), kangge nedahaken ajining dhirinipun ingkang inggil. Boten wonten andhap asoring budinipun, nadyan nindakaken pakaryanipun Gusti. Lah mekaten rupinipun ingkang dados pangajapipun tiyang Farisi ingkang ngulemi Gusti Yesus dhahar ing dalemipun. Rupinipun srana tumindak mekaten piyambakipun kepengin pikantuk pangalembana saking Gusti Yesus lan tiyang kathah. Nanging kosokwangsulipun, tiyang Farisi menika malah kewirangan, karana Gusti Yesus nedahaken bilih wanita dosa menika malah nindakaken peladosan ingkang langkung mulya tinimbang tiyang Farisi menika. Tiyang Farisi menika boten nyawisi toya wijik kagem Gusti Yesus, nanging wanita menika mijiki klayan luhipun lan nyeka ampeyanipun Gusti Yesus klayan rekmanipun. Dados nggih wanita menika ingkang pikantuk sih kanugrahan pangapuntening dosa.

Miturut basanipun Rasul Paulus, gesang ingkang dipun apunten menika gesang ingkang pejah tumraping dosa, sinalib kaliyan Gusti Yesus lan gesang enggal ing salebeting Sang Kristus. Ingkang gesang ing salebeting gesangipun menika Sang Kristus pribadi, temah gesangipun menika kagem Allah. Paulus ingkang rumaos kedosan sanget karana nganiaya tiyang pitados, sasampunipun kaapunten, panjenenganipun nindakaken paladosan pakaryanipun Allah kanthi sawetahing gesangipun, sakatoging budnipun. Mekaten ugi raja Dawud ingkang ngrumaosi lan ngakeni dosanipun, kaapunten dening Gusti, lan peprentahanipun kagem pakaryanipun Allah lestantun ngantos ing puputing gesangipun.

 

Panutup

Kita, minangka pribadi, sampun pikantuk pangapuntening dosa ingkang awis lan aji sanget saking Gusti. Pangapuntening dosa menika aji sanget, awit menika kaparingaken mawi perjuangan lan kasangsaran ingkang awrat sanget ing kajeng salib. Pangapuntening dosa menika wigatos sanget tumraping gesang kita. Awit, srana pangapunten menika kita kauwalaken saking rehing dosa lan kita saged gesang nunggil raket kaliyan Gusti ingkang maha asih.

Minangka kulawarga, kita ugi binerkahan dening Gusti. Kabetahaning brayat kita dipun cekapi dening berkahipun Gusti, dadosa kabetahan jasmani lan bandha donya lan ugi kabetahan rohani lan jiwa kita. Kita sedaya dipun paringi berkah dening Gusti lumantar, klayan lan ing salebeting kulawarga kita.

Ngengeti berkah kanugrahanipun Gusti ingkang sampun kita tampeni menika, kedahipun kita nindakaken peladosan kagem pakaryanipun Gusti Allah. Kita sedaya minangka pribadi utawi kulawarga, kedahipun kita nindakaken peladosan menika kanthi andhap asoring budi, sanes kangge pados pangalembana. Kedahipun kita purun nindakaken pakaryan ingkang asor sanget kagem kamulyanipun Gusti. Sampun ngantos kita nindakaken peladosan pakaryanipun Gusti kangge pados pangalembana saking manungsa! Kedahipun kita malah sumadya nindakaken peladosan pakaryanipun Gusti kanthi ngurbanaken bandha donya lan ajining dhiri kita. Gusti mberkahi peladosan kita! Amin. [st]

 

Pamuji: KPK 85: 1, 2. / Kid. Kontekstual 77 (x3)

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak