by

Pesan Sidang ke-116/ Tahun 2019 Majelis Agung Greja Kristen Jawi Wetan

9 July 2019

Kita hidup di tengah konteks the internet of things yang memungkinkan disrupsi terhadap realitas dan membuka keluasan akses terhadap berbagai hal yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Namun, di sisi lain berpotensi menghadirkan kekosongan makna, kekeringan spiritual, dan krisis pengharapan. Interkoneksi atau keterhubungan memang berkait-kelindan dengan alienasi atau keterasingan. Maka, terhadapnya gereja diundang untuk menghadirkan tata cara mengatur, membebaskan, dan merengkuh kehidupan melalui teladan dan pola Allah Tritunggal yang berlimpah cinta.

Mengatur—Sebagaimana Allah Bapa, bersama Anak, dan Roh Kudus.

Allah Bapa adalah Sumber Cinta. Dalam Cinta-Nya, Sang Bapa sekaligus menjadi Sang Ibu yang merendahkan diri-Nya sendiri demi hidup manusia. Allah berkenan mengosongkan diri dan menarik diri, dari diri-Nya sendiri menuju ke diri-Nya sendiri, untuk membuka ruang kerahiman-Nya dalam rangka memungkinkan hadirnya ciptaan. Allah adalah Bapa-Ibu yang baik, lembut, pengampun, pemurah, dan rendah hati, yang setia memanggil serta menunggu dengan sabar, supaya kita bersedia berbalik kembali ke dalam hati-Nya.

Implikasinya, gereja diundang untuk mengatur diri dan menata kehidupan di dalam dan melalui Cinta Bapa yang merengkuh dan membebaskan. Cinta Bapa harus menguasai dan mendasari kesediaan kita sebagai gereja-Nya guna setia mereksa diri, memeriksa setiap aturan, keputusan, dan kebijakan organisatoris melalui panduan cahaya Cinta-Nya yang membebaskan, merangkul, rekonsiliatif, dan menghidupkan pengharapan.

Sebagai sebuah upaya untuk mengatur dirinya secara organisatoris, Majelis Agung Greja Kristen Jawi Wetan telah menyelenggarakan sidang ke 116/2019 di tengah keindahan dan keramahan warga kota Madiun, sejak 4-9 Juli 2019. Di dalam persidangan telah diputuskan penjemaatan calon pasamuwan Gumuk Kembar, Sidorejo, Besuki Barat menjadi jemaat ke-172. Persidangan juga telah mentahbiskan 12 vikaris menjadi pendeta GKJW. Selain itu persidagan juga telah melakukan pemilihan Pelayan Harian Majelis Agung dengan hasil:

Ketua : Pdt. Tjondro F. Gardjito
Wakil ketua : Pdt. Retnosari
Sekretaris Umum : Pdt. Budi Cahyono
Wakil Sekretaris Umum : Pdt. Natael Hermawan Prianto
Bendahara I : Pdt. Tri Agus Kriswiadi
Bendahara II : Bpk. Paulus Ngatiman
Pembantu Umum :

1. Pdt. Kristanto 8. Pdt. Indro Sujarwo
2. Pdt. Suwito 9. Pdt. Widi Nugroho
3. Pdt. Sinung Mawanto 10. Pdt. Suyono
4. Pdt. Widi Kurnianto 11. Pdt. Kurniawan
5. Pdt. Noerdwi Pamoedji 12. Pdt. Agus Budi Kristanto
6. Pdt. Musa Wahyu Bimantoro 13. Pdt. Kukuh Supitono
7. Pdt. Adi Sanyoto 14. Pdt. Ardi Tjahjo Wibowo

 

Merengkuh—Sebagaimana Yesus Kristus bersama Bapa dan Roh Kudus

Yesus Kristus, Sang Anak, adalah ekspresi dari cinta, yang  bersumber dari rengkuhan cinta Sang Bapa. Yesus Kristus adalah Sang Sabda yang keluar dari Sang Bapa (exitus a Deo) demi meretas kesunyian, merengkuh kehampaan, menawarkan toya wening di tengah kekeringan spiritual, serta menghantar manusia pada kedalaman misteri cinta-Nya (Yoh 1:1-14). Yesus adalah Sang Bapa yang juga keluar dari diri-Nya sendiri (exitus a se), sebab Yesus memberikan diri-Nya sebagai korban demi mengutuhkan dan menyelamatkan kita yang dicintai-Nya. Dengan demikian, Tuhan menegaskan misi-Nya yang berangkat dari pinggiran (mission from the margin), bersama kerapuhan dan ketidakberdayaan kita dalam rangka ngemban sejatining sukma, atau merengkuh kehidupan. Bersama terang kebangkitan dan kembalinya Yesus kepada Sang Bapa dan kepada dunia melalui Roh-Nya, kita diundang menuju persekutuan ilahi kekal dalam Trinitas Kudus.

Implikasinya, gereja yang meneladani laku merengkuh Yesus Kristus haruslah taat mendengar kehendak Bapa (obedient berasal dari kata Latin oboedentia, akar kata ob-audire, mendengar), sebagaimana Sang Anak mendengar Sang Bapa dan senantiasa bergantung kepada-Nya. Melalui ketaatan terhadap tuntunan-Nya, gereja akan memeroleh kekuatan untuk menghadirkan program-program kegiatan yang menyentuh setiap hati yang diliputi kegelisahan. Secara konkret, melalui Dewan Pembinaan Anak dan Remaja, GKJW menyediakan Renungan Harian Anak yang dapat digunakan untuk membangun iman dan ketaatan anak terhadap kehendak Allah.

Merengkuh berarti berkomitmen untuk hidup dalam rekonsiliasi. Pasca pemilihan umum presiden dan anggota legislatif, kita diundang untuk terus menjadi agen perdamaian yang menebarkan cinta dan persahabatan. Merengkuh juga berarti hidup dalam solidaritas dengan mereka yang miskin-terpinggirkan, menyelamatkan yang terbelenggu derita, menghidupi “passion for unity,” mempromosikan dialog dan kolaborasi, bertanggung jawab dalam turut menghadirkan kualitas kehidupan yang jauh lebih baik bagi keluarga umat manusia. Secara konkret, GKJW telah memutuskan pembentukan pokja sadar hukum, memperpanjang penugasan Pdt. Yessy Kapitan sebagai upaya mengawal pendampingan TKW dan buruh migran di Hongkong, menugaskan Pdt. Dr. Dyah Ayu Krismawati sebagai Executive Secretary UEM wilayah Asia, menggalang donasi dalam bentuk program United Action demi belarasa ekumenis terhadap anak-anak yang menderita, mempromosikan perhatian terhadap kelestarian alam (green church) melalui penggunaan solar cell sebagai energi alternatif, pengolahan sampah di beberapa jemaat rintisan dan memutuskan untuk meminimalisir pemakaian plastik non degradable. Kiranya jemaat-jemaat memulai meminimalisir penggunaan botol air minum kemasan plastik di dalam setiap rapat/persidangan gerejawi.

 

Membebaskan—Sebagaimana Roh Kudus bersama Bapa dan Yesus Kristus

Roh Kudus adalah ikatan cinta Allah yang abadi dengan kita (vinculum aeterna caritatis) yang menyatukan keterpisahan sekaligus membedakan. Roh yang “menyatukan dan membedakan” dibutuhkan demi hadirnya cinta kasih yang sejati. Perhatian pada perbedaan memungkinkan keterbukaan bagi ruang cinta kasih. Jadi perbedaan harus dipelihara. Namun, kesatuan antara yang berbeda pun harus diperhatikan, sebab jika satu sama lain menjadi asing maka cinta kasih pun menghilang. Peluang dan ruang yang dicipta secara kreatif oleh Roh akan membuat gereja terbuka terhadap pencerahan. Pencerahan menguatkan gereja untuk membebaskan. Namun, kebebasan harus dibarengi dengan kewaspadaan menjaga keseimbangan di tengah kecenderungan gereja yang terlampau menekankan hierarki klerikal dan keseragaman (patromonistis) atau sebaliknya, terlampau menekankan perbedaan keunikan tradisi gereja lokal dan pengalaman spiritual yang dihayati secara bebas-partikular, tanpa sama sekali mempertimbangkan tradisi gereja universal serta pengalaman-pengalaman spiritual lainnya (pneumatomonistis).

Dalam konteks interreligius, Roh Kudus sebagai sang pembuat peluang harus mendasari laku apresiatif gereja, sehingga gereja bebas dan terbuka untuk melihat kemungkinan ruang penyataan Allah yang terdapat dalam agama-agama lain (Kis. 10:1-35). Secara konkret, GKJW menyadari keharusan untuk berpartisipasi dalam merawat keutuhan Pancasila, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika ditengah gempuran fundamentalisme berjubah agama, melalui program-program perjumpaan dan penguatan jejaring lintas iman, silaturahmi informal, camp lintas agama untuk anak-anak dan perempuan yang diselenggarakan secara berkesinambungan dan terpadu oleh Komisi Antar Umat, DPAR, DPPW dan IPTh Balewiyata. Terkait jebakan pemburuan kuasa, harta, dan popularitas, gereja diundang untuk berjalan bersama tuntunan Roh Kudus demi membebaskan diri dari belitan “mamon,” dan bergerak memprovokasi hadirnya kualitas pembaruan hidup  yang menghasilkan buah-buah Roh (Gal. 5:22). Secara strategis, upaya reccuring income dan pemberdayaan aset-aset gereja kiranya semakin menguatkan GKJW untuk semakin mandiri dan berarti bagi sesama.

Demikianlah, laku “mengatur, membebaskan, dan merengkuh” seturut pola Sang Bapa, Sang Roh Kudus, dan Sang Anak perlu dijalani supaya integrasi mewujud nyata. Melaluinya GKJW akan menjadi semakin “mandiri dan berarti” dalam mengalirkan cinta kasih Ilahi, sebagaimana visi GKJW selaku mitra kerja Tuhan Allah Trinitas dalam merahmati dunia demi kepenuhan segala sesuatu di dalam Sang Trinitas Kudus.

 

Madiun, 9 Juli 2019

Atas nama Pelayan Harian Majelis Agung GKJW

Ketua Sekretaris Umum
Pdt. Tjondro F. Gardjito, S.Th Pdt. Dr. Budi Cahyono

 

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak