“Karena masa depan sungguh ada
dan harapanmu tidak akan hilang”
(Amsal 23:18)
Salam Paseduluran1…..
Perkenankan kami peserta Sidang ke-115/2018 Majelis Agung GKJW menyapa seluruh warga GKJW dan lembaga mitra dengan salam paseduluran tersebut. Karena memang kehangatan paseduluran mewarnai kami para utusan dari 14 Majelis Daerah, anggota angkatan, perwakilan Badan Pembantu Majelias Agung dan tamu undangan dalam melakukan persidangan sejak tanggal 5 sampai 9 Juli 2018 di GKJW Jemaat Pare wilayah Majelis Daerah Kediri Utara II. Dan kehangatan paseduluran itu jugalah kiranya yang semakin mengikatkan kita sebagai satu kesatuan gereja Tuhan di seluruh GKJW.
Jalinan kehangatan paseduluran juga yang kami rasakan dan alami bersama pemerintah Kabupaten Kediri dengan kesediaan pejabat pemerintah daerah membuka persidangan Majelis Agung di hari pertama. Suasana paseduluran pulalah yang menjadikan kami merasakan kenyamanan dan aman bersama aparat Polri dari Polres Kediri dan TNI beserta juga keramahan warga jemaat GKJW Jemaat Pare. Dalam persidangan ini kita menyambut dengan hangat sedulur baru yang didewasakan menjadi jemaat yaitu:
- GKJW Jemaat Mulyorejo (Malang I) sebegai jemaat ke-168
- GKJW Jemaat Trosobo (Surabaya Timur II) sebagai jemaat ke-169.
- GKJW Jemaat Sekaran (Kediri Utara II) sebagai jemaat ke-170.
- GKJW Jemaat Kota Baru-Driyorejo (Surabaya Timur II) sebagai jemaat ke-171.
Lahirnya empat jemaat itu menguatkan persekutuan kita sebagai persekutuan dewasa yang sampai saat ini telah berjumlah 171 Jemaat yang terbagi dalam 14 Majelis Daerah. Paseduluran itu kami hayati bersama sebagai wujud pemeliharaan Tuhan kepada GKJW. Dan pemeliharaan Tuhan itulah yang menjadikan tiga warga GKJW menyerahkan diri dan ditabiskan menjadi pendeta GKJW. Tiga orang tersebut adalah: Pdt. Petrus Hari Santosa, S.Si, Pdt. Yosua Anggi Hermanto, S.Si dan Pdt. Yulius Setyo Nugroho, S.Si.
Dalam suasana paseduluran kami dapat menggumuli dan berdiskusi tentang berbagai pergumulan interen kami agar tema: Mandiri dan Menjadi Berkat dapat diwujudkan dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat. Senyatanya, jika kita mengingat kembali berbagai keputusan Sidang Majelis Agung lima (5) tahun terakhir (semenjak Sidang ke-111 sampai Sidang ke 115) telah melahirkan beberapa keputusan strategis sebagai upaya menterjemahkan tema pelayanan kita itu. Keputusan strategis yang telah kita hasilkan antara lain: Revitalisasi Balewiyata, Sentra Pendidikan, Pendirian Koperasi, Pembentukan Desa Wisata, Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan, sistem dana persekutuan, kemitraan GKJW, pendirian PT BAUM Agung Sejahtera dan juga merevisi Tata dan Pranata.
Tentulah semua keputusan-keputusan itu perlu dukungan dan kerjasama seluruh warga GKJW dan mitra. Sejatinya keputusan-keputusan tersebut adalah upaya kita untuk meningkatkan spiritualitas, kesadaran persekutuan dan juga upaya kita menjawab tantangan sosial. Memang tantangan kita saat ini amatlah kompleks dan berat. Sementara diri kita sendiripun sering sekali mengalami kesulitan memisahkan mana yang disebut dunia nyata dengan mana yang disebut dunia maya. Bahkan kita sering sekali dikecohkan juga dengan mana yang sebenarnya diri kita dengan mana yang seolah-olah diri kita. Penggambaran kenyataan kita semakin berlapis dan bermacam-macam sehingga mengaburkan kebenaran dari kehidupan sehari-hari kita. Penggambaran realitas demikian oleh Pdt. Prof. Dr. (h.c) Emmanuel Gerrit Singgih, Ph.D disebut sebagai hiperrealitas. Gusti Yesus mengundang kita berjuang menembus hiperrealitas untuk dapat masuk Kerajaan Allah. Kerajaan Allah itulah kenyataan yang perlu kita wujudkan. Dan keputusan-keputusan yang sudah kita buat itu adalah wujud upaya kita menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah di dunia ini sebagaimana visi GKJW.
Oleh sebab itulah, dari persidangan ke-115 Majelis Agung GKJW kali ini kami menyampaikan ajakan dan pesan:
- Mari menggali potensi diri kita seraya melihat segala apa yang kita miliki. Pengenalan potensi diri inilah yang membawa kita dapat mewujudkan cita-cita kita bersama yang tertuang dalam keputusan-keputusan yang sudah kita ambil. Sebagaimana Gusti Yesus juga bertanya kepada para murid saat melihat kerumunan 4000 orang (Markus 8: 1-10) atau 5000 orang (Markus 6:30-44) yang kelaparan dengan bertanya: apa yang ada padamu ? Maka marilah juga saat ini kita sebagai GKJW melihat secara jujur apa yang sudah kita miliki.
Kepemilikan ini sangatlah penting namun bukan untuk diri kita sendiri, kepemilikan itu adalah modal kita untuk menjawab tantangan-tantangan dunia sekitar kita terkhusus di Indonesia ini. Di saat negara ini menetapkan ideologi berbangsa dan bernegara dengan ideologi Pancasila maka saat-saat ini kembali kita melihat ada kelompok yang ingin mengganti ideologi itu dengan ideologi agama. Bahkan radikalisme dan sikap intoleran sedemikian merebak sehingga mengancam kebhinekaan Indonesia. GKJW sebagai bagian dari bangsa Indonesia ini merasa terpanggil untuk terus merawat kebhinekaan itu. Dan Secara jelas GKJW menyebutkan dalam Tata gerejanya bahwa berazaskan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam konteks inilah revitalisasi Balewiyata dan pendirian sentra pendidikan merupakan jawaban kerahiman kita akan keberlangsungan negara Pancasila ini. Dari Balewiyata dan dari sentra pendidikan kita akan mencetak kader-kader pemimpin yang berwawasan kebangsaan untuk merawat kebhinekaan Indonesia dan kebutuhan pelayanan gereja. Mari seluruh warga GKJW dengan tetap terbuka kepada para mitra melihat kembali apa yang ada pada kita untuk dapat kita pergunakan dalam mewujudkan cita-cita bersama itu. - Mari kita bersedia berbagi atas dasar welas asih kepada Semangat berbagi adalah perwujudan kita setia kepada perintah Gusti Yesus Kristus. Melihat kondisi orang banyak yang membutuhkan makan, para murid diperintahkan oleh Gusti Yesus untuk memberi mereka makan. Demikian juga dengan semua cita-cita yang kita miliki dalam keputusan yang sudah kita buat di GKJW karena dasar kerelaan berbagi supaya yang lainnya dapat tercukupi (keugaharian). Dalam semangat berbagi pulalah kita berupaya menata pertenagaan pendeta yang tertuang dalam Rencana Operasional SDM. Dalam semangat berbagi pulalah kita menata Dana Persekutuan dengan sistem 30%. Dan dalam semangat berbagi pulalah kita berupaya mewarnai dunia perekonomian dengan mendirikan PT BAUM Agung Sejahtera dan koperasi.
Jika semua keputusan ini didasari semangat berbagi maka semua gerak langkah pelayanan kita bukan atas dasar seberapa banyak yang kita dapatkan tetapi tentu semangatnya menjadi seberapa yang dapat kita berikan untuk menjawab segala pergumulan masyarakat kita. Paulus memberikan nasehat kepada kita demikian: “Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.” (2 Korintus 8:13-14). - Marilah menghidupi semangat bersaksi dan melayani disemua bidang kehidupan pelayanan Lahir dan hadirnya rumah sakit (Yayasayan Kesehatan) dan sekolah-sekolah (YBPK) GKJW adalah semangat kita berbagi dan melayani masyarakatnya. Kita bersyukur jikalau sampai saat ini keberadaan rumah sakit dan sekolah GKJW masih ada. Namun kita perlu juga menghidupinya supaya tetap ada dan memberikan pelayanan nyata bagi masyarakat. Namun disisi lain, kita perlu mengembangkan kesaksian dan pelayanan dibidang yang lainnya supaya kehadiran kita sebagai gereja dapat menggarami dan menerangi dunia sekitarnya. Mari kita menjadikan semua dimensi kehidupan sebagai wujud kesaksian dan pelayanan kita.
- Jemaat-jemaat GKJW saat ini mempersiapkan sebuah proses regenerasi pelayan yang disebut sebagai dauran penatua dan Patut diingat bahwa penatua dan diaken adalah pejabat khusus gerejawi. Karena itulah semangat pemilihan pejabat gerejawi musti diwarnai oleh semangat melayani dan mengabdikan diri kepada Tuhan melalui gerejanya. Ini berarti bahwa ruh yang mewarnai dauran ini bukan semata ruh pemenuhan perangkat organisasi tetapi di atas semua itu adalah ruh kerelaan mengadi dan melayani Tuhan itu sendiri. Oleh sebab itulah kami mengajak jemaat-jemaat melakukan pemurnian dan penjernihan kembali pemaknaan proses ini sebagai bagian dari panggilan Tuhan kepada para murid-Nya. Tuhan Yesus sendirilah yang memanggil para penatua dan diaken. Oleh sebab itu mari terus mengingat nasehat Tuhan Yesus yang demikian: Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan (Lukas 22:26)
Akhirnya, marilah dengan tetap memelihara pengharapan kita kepada kasih dan pertolongan Tuhan supaya setiap cita-cita yang kita bersama gumulkan melalui persidangan ini dapat kita wujudkan. Memang kita tidak pernah mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi hari esok tetapi marilah tetap melangkah bersama. Dan ingatlah nasehat Amsal yang demikian: Karena masa depan itu sungguh ada dan harapan itu tidak akan hilang (Amsal 23:18). Gusti Yesus merahmati dan menguatkan kita untuk memenuhi panggilan pelayanan melalui gereja-Nya.
Salam Paseduluran…
Malang, 9 Juli 2017
Atas nama Pelayan Harian Majelis Agung
Ketua | Sekretaris Umum |
Pdt. Tjondro F. Gardjito, S.Th | Pdt. Budi Cahyono, M.Th |
1 Paseduluran adalah bahasa Jawa dari akar kata “dulur” yang berarti saudara. Adapun arti kata paseduluran adalah persaudaraan atau kekeluargaan.