Emergency Positioning Indicating Radio Beacon Pancaran Air Hidup 22 Februari 2022

22 February 2022

Bacaan: 1 Korintus 11: 17 22, 27 33 | Pujian: KJ. 256 : 1,3
Nats:
“Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan.(Ayat 20)

Emergency Positioning Indicating Radio Beacon (EPIRB) adalah salah satu alat keselamatan yang wajib ada di atas sebuah kapal. Alat ini berfungsi mengirimkan sinyal bila kapal mengalami keadaan darurat atau kecelakaan, sehingga segera mendapat pertolongan dari kapal-kapal lain. EPIRB secara tidak langsung menjadi sarana penghubung antara kapal satu dengan kapal-kapal yang lain. Itu berarti, secara “sosial” alat ini juga berfungsi mempersatukan satu kapal dengan kapal lainnya. Tidak peduli apakah mereka satu negara atau bukan, ketika sinyal bahaya itu diterima, maka kapal lain harus langsung memberi pertolongan.

Dalam kehidupan orang Kristen di Korintus, sebetulnya ada “EPIRB” yang mempersatukan mereka yaitu Perjamuan Kasih. Penekanan utama pada Perjamuan Kasih yang dilakukan Jemaat Korintus adalah saling menunjukkan kasih kepada orang lain dengan saling berbagi. Namun dalam perkembangannya, makna, tujuan, dan penghayatannya mulai diselewengkan. Orang-orang kaya yang datang lebih awal, mereka langsung menikmati sendiri makanan dan minuman yang mereka bawa. Mereka tidak mau menunggu anggota jemaat yang lain (yang umumnya adalah jemaat yang tak punya) untuk berbagi makanan dengan mereka. Jadi sementara mereka kekenyangan, jemaat yang lain harus rela berdiri dengan perut kosong. Apa yang dilakukan jemaat Korintus ini mendapat kecaman dari Paulus. Di ayat 20, Paulus menegaskan bahwa perjamuan yang mereka lakukan itu bukanlah perjamuan Tuhan. Sebab sikap mementingkan diri dan tidak mau berbagi akan membawa dampak tidak sehat dalam kehidupan jemaat. Sikap yang demikian bertentangan dengan makna perjamuan Tuhan yang sedang mereka rayakan. Tidak ada kasih di dalam perjamuan kasih yang mereka lakukan.

Di dalam hati kita pun sebetulnya ada “EPIRB” yang mempersatukan kita, yaitu kasih Kristus. Hendaknya hal tersebut, tidak membuat kita memikirkan diri dan keselamatan kita sendiri, melainkan kita mau melakukan sesuatu untuk mereka yang menderita dan membutuhkan pertolongan. Sikap mementingkan diri dan sikap tidak mau berbagi, tentu saja bukan cara kita untuk mengingat Sang Juru Selamat yang mati untuk orang berdosa, baik kaya maupun miskin. Amin. [YHS].

 “Segala bentuk mementingkan diri sendiri dan mengabaikan orang lain dengan alasan apapun tidak sejalan dengan panggilan kita sebagai orang Kristen.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak