Belenggu Keangkuhan Renungan Harian 18 November 2020

18 November 2020

Bacaan : Ester 7 : 1 – 10 | Pujian : KJ. 246
Nats:
Siapakah orang itu dan dimanakah dia yang hatinya mengandung niat akan berbuat demikian?” (Ayat 5b)

Seekor burung gagak merasa dirinya yang paling baik di antara burung lainnya. Ia menganggap bulunya yang indah dan perkasa, tidak ada yang menandingi. Hingga ia tidak mau untuk disaingi. Ia merasa berkuasa. Ia ingin semua burung mengakui kehebatannya. Namun tidak demikian dengan Kutilang. Ia tidak pernah takut dengan kesombongan Gagak. Sampai suatu hari ada seorang pemburu datang ke hutan. Gagak menghasutnya untuk memanah Kutilang dengan menawarkan bulunya sebagai anak panah. Namun pemburu itu berulang kali gagal memanah Kutilang hingga bulu burung gagak itu habis. Karena kesal tidak mendapatkan hasil, sebagai gantinya pemburu menangkap Gagak yang kini tidak dapat terbang.

Angkuh memiliki banyak padanan kata seperti sombong, congkak, pongah, takabur, dll. Semua ini mengarah pada pengertian yang sama yaitu menghargai diri sendiri secara berlebih-lebihan dan memandang orang lain lebih rendah dari diri sendiri. Sementara Andrew Murray menulis: “Keangkuhan adalah sebuah kehidupan tanpa kasih, tidak ada kepedulian terhadap kebutuhan orang lain, tidak bisa merasakan perasaan dan kelemahan orang lain, perkataan yang penuh penilaian dan ucapan yang tajam, nampaknya selalu tergesa-gesa dan tidak sabar untuk menunggu yang dimanifestasikan dalam bentuk kemarahan dan kejengkelan, kepahitan dan keterasingan, semuanya itu berakar dalam keangkuhan. Keangkuhan hanya mencari dan mementingkan dirinya sendiri.”

Haman terlihat angkuh. Ketika Mordekhai tidak bersedia menyembahnya, ia marah. Ia pun menggunakan jabatan dan kedudukannya untuk membunuh Mordekhai beserta seluruh orang Yahudi di kerajaan itu. Namun tipu daya yang dilakukannya disingkapkan oleh Ester sehingga Raja Ahasyweros murka. Raja semakin murka ketika Haman melanggar kesusilaan istana dengan berlutut memohon kepada Ester yang tengah berbaring, hingga ia disulakan.

Keangkuhan itu menjerumuskan manusia ke dalam kebinasaan. Kesombongan hanya mau menutupi kelemahan dan kekurangan dalam diri. Akibatnya kebinasaan justru yang mengancam kehidupan manusia. Semoga kita dijauhkan dari keangkuhan, didekatkan dengan kerendahan hati dan rasa peduli dengan sesama. (vie)

 “Belenggu keangkuhan menjauhkan kita dari kasih Allah.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak