Bacaan: Lukas 21 : 5 – 19 | Pujian: KJ. 309
Nats: “Dalam ketabahanmu, kamu akan memperoleh hidupmu.” (Ayat 19)
Kisah dalam perikop ini menceritakan nubuatan dan tanda hari akhir yang dinyatakan Tuhan Yesus. Dinarasikan Bait Allah runtuh, penderitaan serta bencana alam dahsyat akan terjadi, akan ada penyakit sampar dan kelaparan, terjadi situasi yang menakutkan, serta penganiayaan yang mengakibatkan berakhirnya hidup umat percaya dan kehancuran kota Yerusalem sampai kedatangan Anak Manusia. Di masa sulit ini, Tuhan Yesus menekankan pentingnya ketabahan, tetap berani bersaksi, setia kepada-Nya, dan komunitas yang saling peduli dan mendukung. Mereka yang tabah menghadapi kesulitan dan penganiayaan serta setia tetap disertai Tuhan sampai akhirnya. Janji Tuhan Yesus di ayat 19 ini sangat menguatkan hati. Ketabahan itulah yang membuat umat percaya mendapatkan hidup yang jauh lebih indah daripada yang ditawarkan dunia. Dan itulah tujuan umat beriman, bahkan manusia di muka bumi ini, saat kehidupan terhenti di dunia, mereka akan memasuki kebahagiaan baru bersama Tuhan.
Iman adalah percaya bahwa kehidupan ini ada yang memiliki dan menguasainya. Berjalan di dalam iman berarti tabah dan riang dalam menjalani hidup. Hal itu bisa terjadi saat kita tahu kepada siapa kita akan kembali dan bahagia pada saat-Nya tiba. Ketabahan, kesungguhan, dan keberanian menanggung tantangan adalah harga kesetiaan kepada Tuhan Yesus. Hidup sejati bersama Tuhan Yesus inilah kebahagiaan umat beriman yang sesungguhnya.
Panggilan untuk bertahan dan setia itu telah, sedang, dan selalu dilakukan GKJW. GKJW telah banyak berkarya melalui bidang pendidikan dan kesehatan, juga turut mengembangkan ekonomi lokal di jemaat guna meningkatkan pendapatan dan kualitas hidup dalam masyarakat. Sebagai komunitas iman, GKJW terpanggil mendorong sesama menjadi saksi nyata dalam setiap momen kehidupan. Tak terbilang perjuangan gereja mendapatkan izin dan sulitnya menembus birokrasi, kenyataannya gereja tetap ada bahkan semakin bertumbuh. Inilah kegigihan iman dalam membangun komunitas yang inklusif. Panggilan kita kini adalah melibatkan diri secara intergenerasi, termasuk penyandang disabilitas di dalam pelayanan gereja sebagai bagian dari kesaksian kita dan warisan iman nyata. Tantangan dan kesulitan dalam menyaksikan karya kasih Tuhan Yesus menjadi jawab atas kesetiaan dan kesaksian nyata ini. Mari terus menjadi saksi-Nya yang menghidupi komunitas sehingga semesta pun turut berbahagia. Amin. [LUV].
“Warisan bukan apa yang tersisa ketika anda pergi, melainkan apa anda berikan itu memberikan dampak dan kontribusi yang berkelanjutan.”
(Rasheed Ogunlaru)