Ada Udang Dibalik Batu Renungan Harian 16 November 2020

16 November 2020

Bacaan : Hakim-hakim 4 : 8 – 24 | Pujian : KJ. 356 : 1, 2
Nats: “Baik, aku turut! Hanya engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan.” (Ay. 9).

Ada sebuah peribahasa “Ada udang di balik batu” yang artinya adalah jika ada seseorang kelihatannya berbuat baik, belum tentu hatinya tulus. Bisa jadi ia memiliki maksud-maksud tertentu dibalik kebaikan yang ia lakukan. Ada pamrih dari kebaikan yang diperbuatnya. Misalnya : seorang pamong tampil melayani di sebuah perayaan gereja, apa yang dia lakukan karena ia ingin diperhatikan, dipuji, dihargai atas hasil kerja dan jerih payahnya. Ini mengartikan bahwa tindakan yang ia lakukan mengandung pamrih, tidak tulus.

Debora sebagai hakim wanita mendapat sebuah tugas mengutus Barak untuk segera melaksanakan perintah Tuhan Allah dalam hal berperang melawan Sirera. Tentu saja hal itu bukan perkara yang mudah bagi Barak, melihat kekuatan pasukan Sirera yang besar. Pada akhirnya Barak maju bersama Debora. Kata Debora,“Hanya engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan.” Kalimat ini menegaskan bahwa pada dasarnya kemenangan Bangsa Israel atas bangsa Kanaan bukan karena kekuatan mereka sendiri tetapi karena kuasa Tuhan. Dimana pada akhirnya panglima Sisera mati dibunuh oleh seorang perempuan bernama Yael. Apa yang diperbuat Yael bukan untuk mendapat pujian atau perhatian, tetapi sebagai wujud kesetiaannya kepada Allah dan bangsa Israel.

Bagaimanakah dengan kita saat ini? Apakah kita sungguh-sungguh tulus dalam melakukan perintah dan kehendak Tuhan? Belajar dari Debora, Barak dan Yael selayaknya kita memiliki kerendahan hati dan tidak menyombongan diri dengan pelayanan, pekerjaan dan tanggungjawab yang dipercayakan pada kita. Segala sesuatu yang kita perbuat marilah kita lakukan dengan tulus, dengan tanpa pamrih. Kebaikan, keramahan, pertolongan yang kita lakukan kepada orang lain bukan untuk mendapatkan pujian atau perhatian, tetapi menjadi bagian penghayatan kita agar hanya Tuhanlah yang dimuliakan. Maka sadarilah semua semata-mata adalah berkat penyertaan dan kuasa Tuhan atas hidup kita. (Gantrung)

“Aja rumangsa bisa nanging bisaa rumangsa”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak