Bacaan : Yehezkiel 20 : 33 – 44 | Pujian: KJ 400 : 3, 4
Nats: “Hai orang-orang Israel, sekarang terserah kepadamu. Teruskan saja berbuat dosa dengan menyembah berhala-berhalamu! Tetapi ingatlah bahwa sesudah itu kamu harus mentaati Aku dan tidak lagi mencemarkan nama-Ku yang suci dengan membawa persembahan kepada berhala-berhalamu itu.” [ayat 39]

“Dilulu” adalah bahasa Jawa yang berarti sepertinya dibiarkan atau diijinkan atau bahkan seperti disuruh berbuat yang buruk dengan maksud biar tahu sendiri akibat dari perbuatan buruk itu dan kemudian menghentikannya sendiri. Biasanya yang “dilulu” itu adalah anaknya yang masih bocah dan yang melulu adalah orang tua. Misalnya, “Ya, teruskan saja bermain api, biar terbakar semua…!” Orang tua melulu anaknya begitu biasanya karena jengkel, sebab anaknya sudah berkali-kali diberitahu dan diingatkan tetapi tetap saja tidak menurut.

Beitulah nampaknya yang dialami dan dilakukan oleh Allah terhadap bangsa Israel. Bangsa pilihannya itu sudah berulang kali diajari, ditegor dan diingatkan, tetapi mereka tetap saja tidak menurut pada perintahNya. Mereka membuat Allah menjadi jengkel dan marah. Mereka sudah tidak bisa lagi hanya diajari dan ditegor. Mereka seperti “dilulu” oleh Allah: “Teruskan saja berbuat dosa…!” Mereka perlu dibiarkan merasakan akibat dari perbuatan mereka melanggar perintah Allah, yakni negerinya dihancurkan oleh Babil dan mereka dibawa dan ditawan di negeri yang menghancurkan negeri mereka. Mereka akan mengalami kesengsaraan dan penderitaan di negeri asing itu. Setelah itu baru mereka akan sadar dan bertobat. Setelah itu baru mereka tidak akan lagi melanggar perintah Allah, mereka akan patuh pada perintahNya.

Tentunya kita juga sudah berulang kali diajari, diingatkan dan ditegor oleh Tuhan melalui berbagai-bagai kesempatan. Mari kita memeriksa sikap dan perilaku kita apakah kita sudah melakukan apa yang diperintahkan dan dikehendakiNya, ataukah kita masih saja melakukan kejahatan, dosa, kecemaran, keburukan. Jika kita masih melakukan kejahatan, dosa, kecemaran dan keburukan, seyogyanya kita segera menghentikannya, sebelum kita “dilulu” oleh Tuhan, sebelum kita dibiarkan mengalami kesengsaraan dan penderitaan akibat perbuatan buruk kita. Jika sekarang kita menderita karena itu, seyogyanya kita segera bertobat dan taat kepadaNya. [st]

“Berhentilah berbuat keburukan sebelum ditimpa penderitaan!”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak