Pemahaman Alkitab Oktober 2020

7 September 2020

Pemahaman Alkitab Oktober 2020 (I)
Bulan Ekumene

Bacaan :  Ulangan 6 : 10 – 25
Tema Liturgis : 
Kesetiaan kepada Leluhur Bangsa
Tema PA : 
Sejarah sebagai Peristiwa Iman

Pengantar :
Pada bulan ini kita bersama merayakan bulan ekumene. Dalam peringatan ini ada dua hal yang perlu menjadi perhatian kita, yakni sejarah akan timbulnya berbagai aliran gereja (yang saling memecahkan diri) serta kesatuan spirit di dalam tubuh Kristus yang ditengarai dalam istilah ekumene. Perpecahan gereja menjadi sebuah sejarah yang kelam dalam Kekristenan, keberbedaan tidak dapat dibendung bahkan dengan perdamaian sehingga pada masa lalu timbullah sikap saling menolak dan saling menutup diri karena perbedaan. Namun peristiwa kelam ini mulai diterangi oleh karya Tuhan Allah yang menyatukan gereja dalam ke-esa-an yang diwadahi dalam gerakan ekumene sehingga gereja-gereja diseluruh Indonesia maupun dunia menyatukan diri dalam semangat ke-esa-an demi mewujudnyatakan damai sejahtera yang utuh dan menyeluruh. Oleh sebab itu bulan ekumene tidak hanya sebagai suatu peristiwa yang kita peringati melainkan juga kita renungkan sebagai sejarah masa lalu untuk masa kini yang nyata serta membangun Iman dimana Tuhan Allah telah menyatukan keberagaman gereja menjadi satu tubuh yang utuh dalam gerakan ekumene. Peristiwa sejarah yang membangun iman ini pula juga terlukis dalam pembahasan PA kita kali ini.

Penjelasan Teks :
Kitab Ulangan ini ditulis sebagai catatan tentang pidato Musa yang disampaikannya kepada umat Israel ketika mereka berkemah di dataran Moab, di sebelah Timur sungai Yordan, berhadapan dengan kota Yerikho. Dalam pidatonya, Musa menyampaikan nasihat / wejangan yang menjadi “wasiat” kepada Israel dalam mempersiapkan umat memasuki tanah Perjanjian, mengingat bahwa Israel telah mencapai akhir dari pengembaraan di padang gurun dan siap untuk masuk ke tanah Perjanjian. Pada pasal 6 ini, Musa memperingatkan bangsa Israel untuk mengambil pelajaran dari masa lalu jika ingin mengamankan masa depannya. Perjalanan Israel selama melewati padang gurun setelah keluar dari tanah Mesir telah berkali-kali memberikan pelajaran kepada umat, bahwa ketaatan mendatangkan berkat, ketidaksetiaan mengakibatkan hukuman.

“Kasih kepada Allah” (ay. 5) menjadi perintah utama yang perlu diperhatikan oleh bangsa Israel secara turun temurun, kepada angkatan/generasi yang baru (ay.7). Kasih yang digambarkan di sini adalah ketaatan dan perasaan Israel terhadap Allah yang menyudahi belenggu perbudakan mereka di Mesir. Oleh sebab itu melalui peristiwa sejarah yang dialami oleh para Nabi dan pendahulu Israel, angkatan/generasi baru bangsa Israel yang akan menduduki tanah Perjanjian, tidak melupakan peristiwa-peritiwa iman yang menyejarah, dimana karya Allah benar-benar terjadi dan menyertai bangsa Israel. Begitu pula dalam kehidupan iman kekinian, tumbuh-kembang gereja saat ini tidaklah terlepas dari karya Tuhan Allah.

Ay.10-12 Orang Israel bersiap-siap akan memasuki tanah yang subur. Musa mengingatkan Israel akan kesimpulan gegabah bahwa kesuburan tanah adalah hasil ibadat kepada para dewa yang dilakukan oleh penduduk asli. Oleh sebab itu peringatan untuk tidak melupakan Allah sangat penting (ay. 12) sebab peristiwa pembebasan bangsa Israel dari Mesir telah menempa suatu perjanjian yang tidak boleh diberatkan oleh penyembahan dewa-dewa yang dilakukan oleh bangsa lain, sehingga Israel tidak boleh membagi ketaatannya, atau bisa dikatakan kesetiaan Israel hanyalah kepada Tuhan Allah.

Ay. 13-19 Pada bagian ini, frasa “Allah Pencemburu” menjadi tema dari bagian ini (ay. 13-15). Kecemburuan Allah merupakan dampak kasih yang selama ini dinyatakan Allah kepada umat melalui peristiwa sejarah bangsa Israel. Perjanjian Allah kepada Israel berkaitan dengan kesetiaan Allah yang harus direspon dengan ketaatan dan kesetiaan umat Israel hanya kepada Allah, sebab ketaatan mendatangkan berkat, ketidaksetiaan mengakibatkan hukuman. Pelajaran selama di Padang Gurun, mencobai Allah seperti di Masa, bahkan menduakan Allah hanya akan membawa Israel pada malapetaka pada diri mereka sendiri.

Ay. 20-25 pada bagian akhir perikop ini merupakan pengulangan nasihat sebagai bagian dari pengajaran. Bahwa Israel pernah menjadi budak atas Mesir (ay. 21). Allah membebaskan Israel dengan kuasa-Nya (ay. 22) sebagai bagian pemenuhan janji-janji yang dibuat-Nya terhadap nenek moyang Israel (ay. 23). Sekarang Allah menuntut Israel hidup dalam ketaatan (ay. 24) sebab ketaatan dan hormat merupakan kata kunci untuk hubungan dengan Allah yang akan menjamin masa depan mereka (ay. 25).

Bahan Diskusi :

  1. Apakah anda setuju dengan istilah Allah yang menyejarah, yang artinya Allah yang juga “terlibat” dalam sejarah kehidupan umat manusia? Mengapa demikian?
  2. GKJW sebagai gereja yang hidup dan bertumbuh di tanah Jawa Timur juga memiliki sejarah penting dalam perjalanan iman di tanah Jawa Timur, menurut anda apakah sejarah tumbuh kembang GKJW penting untuk diwariskan lintas Generasi? Apa langkah konkrit gereja dalam nguri-uri sejarah perjalanan iman GKJW di tanah Jawa Timur?
  3. Bagaimanakah menurut anda sebagai warga GKJW tentang ke-esa-an gereja? (TA).

 


 

Pemahaman Alkitab Oktober 2020 (II)
Bulan Ekumene

 

Bacaan :  Yudas 1 : 17 – 25
Tema Liturgis : 
Kesetiaan kepada Leluhur Bangsa
Tema PA :  Menyelamatkan Bangsa dari Pengajar Palsu – HOAX

Pengantar :
Dalam dunia modern ini, istilah “pengajar palsu” sangat menggema, tidak hanya dalam dunia keagamaan, melainkan juga dalam kehidupan di tengah masyarakat majemuk ini. Pengajar palsu tersebut memiliki ciri khas yakni menyebarkan dan mempromosikan informasi-informasi palsu atau HOAX demi keuntungan diri sendiri. Dampaknya pun luar biasa, selain membuat gaduh dan adu domba antara manusia, para pengajar palsu tersebut justru memperoleh keuntungan dibalik kepalsuan informasi yang disampaikan. Tidak heran apabila Indonesia saat ini kerukunannya diuji oleh berita-berita HOAX yang semakin marak. Oleh sebab itu, maraknya berita-berita HOAX menjadi salah satu hal yang perlu gereja-gereja saat ini hadapi dalam misinya menyelamatkan dan membawa damai sejahtera bagi bangsa. Terlebih dalam bulan ekumene saat ini dimana gereja-gereja dalam kesatuan hati dan iman, untuk mengambil sikap yang tepat dalam berjuang menghadapi para “pengajar-pengajar palsu kekinian” yang mulai mengusik kerukunan di bumi Indonesia ini. Kondisi yang demikian pun juga dialami dalam konteks Surat Yudas dalam bahasan PA saat ini.

Penjelasan Teks :
Surat Yudas merupakan naskah Alkitab yang paling pendek dalam kitab-kitab Perjanjian Baru, sebab dalam teks ini hanya memuat 1 Pasal. Pengenalan akan tokoh Penulis disini cukup terang dalam ayat 1-2, bernama Yudas, hamba Yesus Kristus, saudara Yakobus, sehingga sangat jelas bahwa nama Yudas disini bukanlah salah satu dari 12 murid yakni Yudas Iskariot.

Penulisan naskah Surat Yudas ini cukup lugas dan tujuannya pun jelas, yakni para pembaca diminta untuk “tetap berjuang mempertahankan iman” (ay. 3). Penulis menegaskan bahwa situasi yang terjadi pada saat itu adalah kemunculan para pengajar palsu, yakni orang fasik, yang telah menyusup dalam “Gereja” dan yang mempromosikan perilaku amoral, menyalahgunakan karunia serta ajaran-ajaran palsu yang menyangkal Yesus Kristus (ay. 4; 18-19). Dalam beberapa catatan pengajaran yang paparkan adalah “antinomianisme”, memanfaatkan “kebebasan Kristiani” untuk kenikmatan duniawi; uang, makanan, dan pelamiasan nafsu. Kondisi yang demikian menurut Yudas sangat berpotensi akan memecah belah Gereja untuk kedepannya (ay. 19).

Dalam situasi ini, Yudas dalam suratnya memperingatkan mereka (juga para pembaca) tentang penghakiman yang menimpa mereka yang berpaling dari Allah. Yudas mengutip beberapa peristiwa dari Perjanjian Lama dalam menguatkan argumentasinya tentang kejadian-kejadian masa lampau atas ketidaksetiaan umat kepada Allah (lih. Ay 5, 7, 11, 14). Pada ayat 21-23 Yudas memberikan nasihat untuk para anggota Gereja (juga para pembaca) untuk membangun iman mereka dan memelihara diri mereka dalam kasih Allah. Tindakan  kasih dan “ajakan” menjadi langkah konkrit yang diminta oleh Yudas kepada Gereja (juga para pembaca) dalam menanggapi situasi yang demikian. Bagian terakhir dari ayat 23 frasa “tunjukanlah belas kasihan….membenci pakaian mereka…” menerangkan sebuah nasihat untuk mengasihi orangnya, tetapi membenci perbuatannya. Nasihat ini sangat bijaksana namun penuh dengan resiko, sebab apabila berbicara tindakan kasih juga berbicara tentang pengorbanan, apalagi yang kita kasihi adalah orang-orang yang telah terpapar ajaran sesat (atau malah bisa jadi para pengajar sesat)! Pada bagian akhir teks, di ayat 24-25 Yudas menegaskan bahwa perjuangan iman di dalam Yesus Kristus akan selalu diteguhkan dan dijaga oleh-Nya sehingga tekad dan semangat perjuangan dalam iman dan kebenaran akan membuahkan kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya.

Bahan Diskusi :

  1. Bagaimanakah pendapat anda tentang nasihat mengasihi orangnya tetapi bencilah perbuatannya?
  2. Menanggapi situasi modern saat ini, menurut anda apa tindakan atau langkah yang bisa kita bersama gereja lakukan dalam merespon para “pengajar sesat kekinian” yang menyebarkan bahkan mempengaruhi orang lain tentang berita HOAX? (TA).

Renungan Harian

Renungan Harian Anak