Pemahaman Alkitab April 2020 (I)
Masa Paskah
Bacaan : Yeremia 31 : 1 – 30
Tema Liturgis : Mengabarkan Kebangkitan Kristus sebagai Penggenapan Perjanjian Baru
Tema PA : Hidup yang Diperbaharui oleh Allah
Penjelasan Teks :
Perjanjian yang baru
Yeremia 31 dapat dikatakan sebagai bab “nabi Hosea” menurut versi nabi Yeremia. Pasal ini menunjukkan pengaruh Hosea dalam teologi, bahasa dan gaya Yeremia. Kesamaan bahasa dan gaya sangat jelas. Persamaan teologi menjadi jelas bila pembaca membandingkan tekanan yang dialami oleh Yeremia dan Hosea untuk mewartakan kasih Allah kepada Israel dan nubuat Yeremia mengenai Perjanjian yang baru dan kekal (Yeremia 31:31-34) dengan nubuat Hosea mengenai perkawinan yang baru dan kekal (Hosea 2:18-25).
Ayat 1 – 6, mengumumkan kabar gembira mengenai kepulangan dari pembuangan, menekankan kasih Allah bagi Israel (Ay. 3,“Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal”).
Ayat 7 – 14, mengemukakan sukacita orang buangan yang kembali.
Ayat 15 – 20, seruan kepada Israel supaya menghentikan tangisan mereka. Ayat 15, secara puitis menyebut Rakhel, salah seorang nenek moyang Israel, supaya menghentikan tangisannya terhadap anak-anaknya yang dibuang. Mereka akan kembali dari pembuangan (ay. 16-17), dengan bertobat (ay. 18-19), yakin akan pengampunan Allah yang penuh kasih (ay. 20). Dalam Parjanjian Baru, Matius menggunakan kutipan yang sama tentang Rakhel dalam kisah pembunuhan anak-anak yang tak berdosa oleh Herodes (lih. Mat. 2:16).
Dalam Yeremia 31:21–22, Yeremia mulai berbicara mengenai perjanjian yang baru. Dengan berseru secara puitis kepada orang buangan supaya memasang rambu-rambu jalan, ketika mereka berangkat ke pembuangan, sehingga mereka dapat mengikutinya lagi ketika kembali (ay. 21), ia bertanya secara dramatis, “Berapa lama lagi engkau mundur maju, hai anak perempuan yang tidak taat?” (ay. 22). Kemudian ia menjawab pertanyaannya sendiri dengan pernyataan misterius dalam ay. 22b. Para pakar tidak sependapat mengenai arti yang sesungguhnya dari kata kerja “merangkul”. Tetapi kebanyakan sependapat bahwa “sesuatu yang baru” yang “Tuhan menciptakan di negeri” adalah Israel yang tanggap dan yang penuh kasih, tidak seperti wanita yang tidak setia dalam analog pernikahan menurut Hosea (lih. Hos 1-3), akan “merangkul laki-laki” (Allah, dalam analog Hosea). Dengan ini Yeremia berbicara secara tidak langsung mengenai perjanjian yang baru, yang akan ia lukiskan dalam Yeremia 31:31-34.
Ayat 23 – 30, menerapkan kepada Yehuda segala hak yang dulunya dikatakan Yeremia kepada Israel dalam Yeremia 30:1-31. Ayat 28, mengulangi apa yang disebut sebagai aspek positif dari perutusan Yeremia. Ayat 29-30, meyakinkan orang Israel bahwa Allah akan menghakimi mereka sesuai dengan kelakuan mereka, bukan menurut dosa-dosa mereka yang dibuat nenek moyang mereka, yang kejahatannya mendatangkan kehancuran dan pembuangan bagi bangsanya.
Pertanyaan untuk digumuli
Nabi Yeremia bertugas untuk “mencabut dan merobohkan”, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk “membangun dan menanam” (lih. Yer. 1:10). Di sini membangun dan menanam, pengharapan yang ia tanam dan masa depan yang ia mulai bangun akan mengakar selama bertahun-tahun pembuangan dan mencapai kepenuhan pada Perjamuan Akhir, ketika Yesus menjelaskan: “Cawan ini adalah perjanian baru oleh darah-Ku yang ditumpahkan bagi kamu” (Luk 22: 20). Pertanyaan untuk kita pergumulkan bersama saat ini :
- Sudahkah kita merasakan dicabut dan dirobohkan oleh Tuhan dalam hidup saudara? Apa yang saudara alami saat itu?
- Apakah yang harus kita lakukan agar hubungan antara kita dan Allah dapat pulih kembali? (DPM).
Pemahaman Alkitab April 2020 (II)
Masa Paskah
Bacaan : Yohanes 20 : 11 – 23
Tema Liturgis : Mengabarkan Kebangkitan Kristus sebagai Penggenapan Perjanjian Baru
Tema PA : Perjumpaan yang Memampukan untuk Bersaksi
Penjelasan Teks :
Susunan Literer
Yohanes menyusun bab ini dengan karya seni tinggi. Babak 1, bertempat di makam, di mana ada dua adegan. Babak 2, di ruang atas, dengan dua adegan yang terpaut satu minggu. Masing-masing mempunyai dua tokoh utama yaitu : Petrus dan murid yang dikasihi, Maria Magdalena dan Yesus. Yesus dan para murid. Yesus dan Thomas. Jika kita mamperhatikan peristiwa-peristiwa itu, tokoh kecil dalam adegan yang satu (Maria, para murid, Thomas) menjadi tokoh besar dalam adegan berikutnya. Semuanya disusun dengan ketat. Jika dicermati, kita akan mendapati susunan demikian:
Babak 1 – Di Makam
Adegan 1 (Minggu pagi) : Maria Magdalena, Petrus, murid yang dikasihi
Adegan 2 (Minggu yang sama, pagi) : Maria Magdalena, dua malaikat, Yesus, para murid.
Babak 2 – Di Ruang Atas
Adegan 1 (Minggu yang sama, sore) : Yesus, para murid, Thomas.
Adegan 2 (Minggu, seminggu kemudian) : Yesus, para murid, Thomas.
Isi Teologis
Teologi Yohanes menjadi jelas melalui pengamatan atas reaksi mereka yang mengambil bagian dalam kisah tersebut. Bagaimana mereka sampai percaya kepada Tuhan yang bangkit? Pada adegan pembukaan, Marta pemeran yang kecil, melihat batu terguling dari makam. Reaksinya wajar: “Tuhan telah diambil orang dari kubur-Nya” (ay. 2). Ia belum percaya.
Petrus dan Murid yang Dikasihi, pemeran utama, maju ke makam dengan tergesa-gesa. Mereka melihat kain kafan dan penutup muka tergulung rapi. Petrus tetap terkejut, tetapi reaksi dari Murid yang Dikasihi adalah reaksi iman. Ia melihat dan percaya (ay. 8). Murid yang Dikasihi dan mengasihi hanya melihat hal yang kecil lalu percaya.
Dalam adegan berikutnya (ay. 11-18) Maria menjadi tokoh yang penting. Ia masih berpegang pada penjelasan biasa (ay. 13, 15), mengulangi hal pokok (ay. 2). Ia menjadi percaya sesudah mendengarnya (ay. 10) dan melihat Tuhan (ay. 18). Domba Yesus mengenal suaranya (10: 4).
Para murid yang diperkenalkan dalam adegan 2, menjadi pemeran sentral dalam adegan berikutnya (ay. 19-25). Dimulai dengan keadaan takut, mereka beralih dari ketakutan menjadi kegembiraan ketika mereka melihat Tuhan (ay. 20). Bagi mereka, iman adalah melalui penglihatan.
Thomas, pemeran kecil dalam (ay. 19-25), menjadi pusat perhatian dalam adegan terakhir. Sikapnya sangat tidak percaya. Ia tidak mau percaya sebelum ia melihat dan menyentuh Yesus (ay. 25). Dan karenanya, Yesus mengundangnya kepada iman melalui melihat dan menyentuh (ay. 27).
Penginjil memperhatikan semua reaksi dan kemungkinan yang berbeda dari orang-orang pada zamannya. Apakah reaksi mereka terhadap kebangkitan? Apakah mengalami kebingungan seperti Petrus? Atau seperti Murid yang Dikasihi, yang begitu cepat percaya? Atau seperti Maria Magdalena dan murid yang lainnya, yang hanya percaya sesudah melihat dan mendengar? Atau seperti Thomas yang percaya sesudah melihat dan menyentuh? Penginjil mengatakan kepada orang yang sezamannya, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” (ay. 20). Dan memang berbahagialah kita yang tanpa melihat percaya kepada Yesus yang bangkit, Tuhan dan Allah kita.
Ayat – ayat khas :
Ayat 2 : Tuhan telah diambil orang dari kubur-Nya! Yohanes mengetahui penjelasan dasariah, barangkali dari perdebatan dengan orang-orang non Kristen (Mat. 28: 13-15). Ia juga menyangkal hal itu. Kain kafan ditemukan dan digulung rapi (ay. 6-7), yang hampir tidak mungkin terjadi jika seseorang mengambil mayatnya. Kain kafan ini sengaja disamakan dengan yang digunakan Lazarus (bab 11), namun yang tetap digunakan. Kebangkitan Yesus sama sekali berbeda.
Ayat 8 : Ia melihatnya dan percaya. Ia yang tunggal terbatas pada Murid yang Dikasihi. Intensitas kasih menghantar kepada cepatnya ia percaya. Kasih seperti itulah yang memungkinkan dia mengenal Tuhan dalam 21: 4, 7, ketika yang lain belum percaya.
Ayat 9 : ayat ini menunjuk kepada proses bagaimana para murid, sesudah kebangkitan, menafsirkan kehidupan Yesus dengan mempergunakan Kitab Suci Perjanjian Lama (Yoh. 2: 17, 23; 12: 16)
Ayat 14 : Tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Berbagai cerita kebangkitan menekankan gejala ini, bahwa Yesus yang bangkit benar-benar Yesus dari Nazaret. Ia melalui pintu-pintu yang tertutup (Yoh. 20:19,26) dan tidak dikenal oleh sahabat-sahabat-Nya (oleh Maria dalam perikop ini, oleh para murid dalam Yoh. 21:4, dua orang Emaus dalam Luk. 24:16). Namun Tuhan dikenal berkat suara-Nya (Maria dalam ay. 16), dengan kasih tokoh Murid yang Dikasihi dalam Yoh. 20:8 dan Yoh. 21:7), dalam memecahkan roti (Luk. 24:30-32) dan dalam kekuatan firman Allah yang tertulis (Luk. 24:32). Semua unsur ini merupakan unsur integral dalam liturgi jemaat.
Ayat 16 : Kata Yesus kepadanya: “Maria!”. Hal ini mengingatkan kita akan Yoh. 10:4. Domba Yesus mengenal suara-Nya.
Ayat 17 : Jangan engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa. Makna kalimat ini sukar ditentukan. Apakah Yesus pada waktu itu dalam perjalanan kepada Bapa dan Maria dianggap menganggu perjalanan itu? Atau bahwa ia memeluk kaki-Nya untuk menyembah (seperti dalam Mat. 28: 9), di mana kemanusiaan Yesus akan menjadi pusat penyembahan (Kenisah baru) hanya sesudah kenaikan dengan pemenuhan dan kemuliaan-Nya?
Ayat 17: … kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu, dapat menekankan perbedaan hubungan antara hubungan Yesus dengan Bapa dan hubungan kita dengan-Nya. Tetapi, hal ini dapat sebaliknya, mengungkapkan bahwa Bapa Yesus adalah benar-benar Bapa kita, dan bahwa Allah-Nya juga Allah kita.
Ayat 20 : Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. dalam konteks tinggal sesaat lagi, dalam 16:22, para murid diberi tahu: “Demikian juga kamu, sekarang diliputi dukacita tetapi Aku akan melihat kamu lagi, dan hatimu akan bergembira …” (ayat 20:20), merupakan pemenuhannya. Yesus telah kembali, melalui kebangkitan dan melalui karunia Roh Kudus dalam ay. 22.
Ayat 21-22 : sangat penting dalam teologi Yohanes. Para murid menerima Roh Kudus pada kedatangan kedua Yesus; eschaton, zaman akhir, pada saat sekarang. Masa depan sudah hadir. Dalam 7: 39, Roh Kudus akan diberikan, karena Yesus belum dimuliakan. Di salib, Yesus memanifestasikan hakekat Allah, yang adalah kasih, yang memberikan Roh (19:30), yang dilambangkan kemudian oleh aliran lambang sakramental Allah, darah dan air. Dan, pada perjumpaan-Nya yang pertama dengan jemaat yang percaya. Ia menghembuskan Roh, ketika Ia merayakan penciptaan kembali umat Tuhan, sekaligus Ia mengutus para murid, seperti Bapa telah mengutus-Nya (ay. 21). Perutusan-Nya menjadi perutusan mereka; pekerjaan-Nya diletakkan di tangan mereka. Dalam perutusan itu, pekerjaan para murid adalah memanifestasikan Allah yang adalah kasih dalam perkataan dan pekerjaan mereka. Melalui mereka, dengan dihidupkan oleh Roh Kudus, kehadiran Allah menjadi dikenal, dilihat dan dirasakan dalam dunia.
Pertanyaan untuk digumuli :
- Apa makna penglihatan Yesus kepada Maria itu dalam sejarah umat manusia? (ingat kisah manusia yang jatuh dalam dosa)
- Apakah makna bagi hidup kita, Yesus yang sudah bangkit itu? (DPM).